33-Adek

1.3K 125 7
                                    

"Anjir! Gem?! Pagi amat lo ke sini?! Nggak bisa lebih pagi lagi?!"

Kediaman Bright pagi hari waktu Belanda, telah dihebohkan dengan kedatangan si bungsu Gemini bersama pasangannya secara tiba-tiba. Hampir membuat Win terkena serangan jantung karena kehadiran keponakannya yang satu ini.

Sementara si tersangka hanya tertawa kecil, tidak merasa bersalah sama sekali karena kehebohan yang terjadi, "Sengaja gue ambil flight yang nyampe pagi disininya, gue mau ngecek abang, siapa tau udah cuddle aja dia ama Pond,"

Tuk!

"Pak Pond!" Tegur Fourth geram.

Gemini mengangguk cuek sambil masih mengusap kepalanya yang nyeri karena pukulan maut Fourth, "Iya maksudnya itu," ujarnya cuek, "Oh iya ini Fourth omega gue, kayanya kalian seumuran," dirangkulnya bahu kecil omeganya untuk diperkenalkan kepada Shandy, sepupunya.

Kedua remaja itu berjabat tangan, tidak lama karena Gemini segera melepaskannya, "Omega gue, jangan macem-macem lo!" Peringatnya galak..

"Ck! Terserah! Oh iya, kalo mau grebek abang lo, dia ada di dapur," Tutur Shandy memberi petunjuk.

***

Di dapur, Gemini mendapati sang kakak yang tengah berdiri memunggungi pintu, bekerjasama dengan sosok alpha yang sangat Gemini waspadai kehadirannya. Namun kini Gemini menghela nafas lega, sang kakak bisa tersenyum lebar dengan lelaki tersebut.

Keinginan Gemini sangat sederhana, ia ingin melihat semua orang yang berada di dekatnya tersenyum, melihat sang kakak yang akhirnya tersenyum dan tertawa, kelegaan luar biasa bagi si bungsu keluarga Ruangroj tersebut.

"Ekhem, asik banget bang gue liat-liat," sapa Gemini menginterupsi kegiatan Phuwin dan Pond, berjalan mendekat pada meja pembatas, dengan tingkahnya yang absurd itu mencoba bersikap galak.

Sementara itu Pond tersenyum getir, tatapan Gemini bisa saja menusuk dirinya. Apalagi aura yang menguar, Pond rasanya ingin lari saja.

Namun lain halnya dengan Phuwin, omega itu berusaha bersikap biasa saja, menahan salah tingkahnya dengan buru-buru menyajikan makanan yang baru saja ia dan Pond buat untuk sarapan pagi ini. Tentu saja menghindari intimidasi sang adik, Gemini nampak galak kali ini kepada dirinya.

Gemini menatap piring saji dan kedua pria di depannya bergantian dengan tatapan tak terartikan, "Gak biasanya lo masak, bang?" Tanya Gemini datar.

"Er... hehe," Phuwin menggaruk tengkuknya pelan, tersenyum hambar antara takut dan bingung bagaimana menghadapi sang adik yang tiba-tiba berdiri gagah di hadapannya.

Buru-buru Phuwin menetralkan ekspresinya agar terlihat lebih santai, "Ekhem... lo pagi banget dah sampe sini? Ambil flight jam berapa?" Tanya Phuwin berbasa-basi seraya menghampiri alpha itu dengan sepiring masakannya, "Cobain deh,"

Sesendok pasta ia suap, Gemini mengunyah dengan perlahan, menikmati masakan sang kakak sambil menatap tajam alpha yang berdiri di seberang meja bar, tatapannya begitu menohok seakan bisa melukai Pond saat itu juga.

"Enak," komentar Gemini singkat seraya mengembalikan sendok yang dipegangnya. Phuwin tersenyum cerah, "Ini pak Pond yang bik,—"

"Huek!"

Gemini berlari menuju wastafel, merogoh tenggorokannya mengeluarkan makanan yang baru saja ia telan begitu mengetahui siapa koki dari masakan yang ia makan. Suara Gemini tentu mengundang perhatian Fourth dan Shandy yang sedang bercengkrama di ruang tamu yang kecil itu.

Kedua remaja tersebut berlari menuju dapur, mendapati Pond dan Phuwin yang nampak tercengang menatap Gemini yang tengah mencuci mulutnya di wastafel. Fourth langsung menghampiri alphanya dengan panik mengusap punggungnya, "Kak? Lo gapapa?"

Kekhawatiran Fourth tak dihiraukan, Gemini justru memasang wajah datar seolah tidak terjadi apa-apa, "Gapapa, pastanya keasinan, gak enak," komentar Gemini cuek.

***

Cuaca sedang baik hari ini, salju tidak turun tetapi udara tetap membuat salju tidak mencair meski matahari nampak bersinar cerah. Satu lapis jaket tebal dan satu set pakaian hangat cukup untuk Gemini membawa omeganya keluar untuk menikmati suasana sekitar dan menjernihkan pikirannya.

Fourth yang mulai kedinginan itu masuk kedalam dekapan sang alpha yang hangat, "Seharusnya lo nggak gitu sama pak Pond, kak," tegur Fourth pelan sambil menggerutu.

Bahasan tentang Pond cukup membuat suasana hati Gemini rusak, tetapi ia ingin membalas omeganya, "Dia udah bikin banyak air mata buat bang Phuwin gue, terus gue harus nerima dia gitu aja? Seenggaknya jalan dia nggak boleh lebih gampang daripada mas Ajung, Fourth," jelas Gemini sambil memberikan usapan lembut di kepala omeganya yang tertutup hangatnya topi wol.

Helaab nafas yang mirip seperti asap itu keluar dari bilah merona Fourth, "Terserah lo deh, kak. Asal jangan sampe kelewatan aja,"

"Sure, adik manis,"

"Wlek!"

Sepasang remaja tersebut masih betah duduk berduaan di bangku taman kota yang lumayan sepi, dengan Gemini yang asyik memberikan kehangatan untuk Fourth. Keduanya terdiam untuk beberapa saat, menikmati momen yang ada sebelum kegiatan masing-masing membuat keduanya sibuk kembali.

Usapan tangan Gemini terhenti ketika ia ingat sesuatu, "Cil, besok lo ulang tahun, kan? Main, yuk? Gue turutin apa mau lo," ajak Gemini, "Asal jangan beli barang mahal, gue belom sanggup, hehe" ujarnya dengan cengiran khasnya.

Kemudian Fourth berpikir sejenak, memasang wajah meledek sang alpha yang menggemaskan, "Gue mau... main salju! Terus ke resto pasta yang ada di ujung komplek ini, terus..." Fourth terkikik pelan dengan ide jahilnya.

"Adek pengen denger kakak baca puisi bikinan kakak sendiri buat adek, harus jadi besok pagi!"

Gawat seribu kali gawat. Gemini dan puisi adalah musuh bebuyutan. Sedangkan panggilan khusus yang Fourth gunakan baru saja itu adalah kelemahannya yang lain. Jadi, Gemini harus bagaimana?








Bersambung, eakk ketemu lagi wkwk

Hp Vee rusak dan baru balik hehe jadi maaf yah baru update, hehe enjoyy!

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang