46-Sepi

619 66 3
                                    

Krist menghela nafas lelah, sepertinya ia tak bisa diberikan jarak sedikit saja untuk bernafas dan rehat dari menjadi saksi percintaan anak-anaknya. Beberapa hari yang lalu, baru saja Dunk resmi menjadi omega seseorang, lalu kini alpha lain datang mendekati putra omeganya yang lain.

"Pond, saya setuju maksud kamu melamar Phuwin. Tapi kakaknya baru nikah, Phuwinnya juga masih baru diterima kerja," Ujar Krist mencoba menjelaskan, "Jujur saya belum rela kalo Phuwin menjalin hubungan. Saya mohon, buat kasih kami waktu seenggaknya satu atau dua tahun lagi, untuk kami habisin waktu kami sama Phuwin dan masa lajang dia," Krist memelas, "Atau biar Phuwin yang kasih keputusan," Final Krist.

Pond akhirnya mengangguk mengerti, "Iya om, saya akan berusaha ngertiin om dan keluarga, saya juga udah janji sama Gemini nggak akan paksain Phuwin," Ujar Pond dengan senyum terpaksa, "Kalo gitu saya pamit dulu, ada kelas siang hari ini,"

Selepas kepergian Pond, Krist menyandarkan punggungnya lelah, nampak dari kerutan di wajahnya yang jelas.

"Papi! Papi di mana?"

Krist kembali menegakkan punggungnya ketika mendengar suara ceria yang memasuki gendang telinganya. Seketika Krist memasang senyum cerah, "Papi di dapur, Fourth!" Seru Krist membalas.

Lalu tak lama, muncul Fourth dengan satu loyang kue berukuran sedang, "Papi, ini papa lagi nyoba bikin lapis legit, Fourth suruh kesini anterin satu loyang buat papi sama Daddy," Ujar Fourth seraya meletakkan kue tersebut, "Aku siapin deh pi, papi duduk aja, aku izin ambil piring ya pi,"

"Pake izin segala, kayak sama siapa aja," Melihat tingkah ceria Fourth, Krist yang tengah suntuk itu berangsur ceria, suasana hatinya membaik karena pancaran positif dari mahasiswa tahun ketiga tersebut.

Tak lama, Fourth kembali dengan sebuah kotak penyimpanan dan sebuah piring kecil yang akan ia gunakan untuk menyajikan kue bawaannya pada Krist, "Oh iya pi, tadi di depan aku papasan sama pak Pond, emang bang Phuwin belum balik ke Belanda?" Tanya Fourth seraya mendorong piring berisi kue kepada Krist, menyajikannya seakan Krist adalah pelanggan khusus.

Krist tak menjawab, ia justru menyantap satu sendok lapis legit buatan calon besannya, "Enak Fourth, kamu udah cobain?" Ujar Krist sambil menyuapi Fourth seperti putranya sendiri.

"Phuwin udah balik ke Belanda, Gemini juga kan kemaren kamu yang anter dia?" Tutur Krist menjawab pertanyaan Fourth.

Lalu omega yang lebih tua itu menghela nafas, "Sekarang rumah berasa banget sepinya, Dunk udah nikah dan bakalan jarang banget pulang ke rumah, Gemini sama Phuwin juga pulang kalo inget," Omega itu termenung, memakan kuenya tanpa minat.

Kemudian Krist tersenyum pada Fourth, "Memang harinya udah dateng, papi sama daddy nya Gemini dateng ke rumah ini awalnya cuma berdua, ya endingnya bakal tinggal kita berdua lagi," Krist menggenggam tangan Fourth yang masih diam menyimak, "Nanti kalo kamu nikah sama Gemini, kalian boleh nentuin dimana aja kalian mau tinggal. Di rumah orang tua kamu, di rumah ini, atau kalian buat rumah sendiri, itu keputusan kalian," Nasehat Krist.

"Semua orang tua pasti berharap anaknya tetep tinggal sama mereka, tapi semua orang tua juga pengen liat anak mereka hidup bahagia sama hidupnya sendiri, berdiri di kakinya sendiri tanpa bantuan kami orang tuanya. Ya, nak?"

Fourth mengangguk, ia tersenyum dan mengusap air mata yang melintasi pipi Krist, "Pasti papi kesepian, ya? Wajar kok kalo sedih,"

"Iya, tapi ini awalnya doang, nanti juga terbiasa," Ujar Krist setuju, "Kan ada papa kamu, papi bisa main tiap hari ke sana kalo daddy nya Gemini ngajar di kampus. Papi bakal habisin semua kue bikinan dia!"

"Hahahaha!"

***

Aroma kari yang kuat itu menyapa penciuman Krist yang masih tajam, pun bumbu dari daging sapi yang hampir matang itu menggugah selera sang koki. Daging sapi yang di panggang dengan kuah kari kental adalah kesukaan Gemini si bungsu. Dan Krist teringat satu hal.

Kompor dimatikan, Krist menepuk keningnya pelan, "Yaampun, kenapa gue masak banyak banget? Kan udah tinggal berdua sama mas Singto aja," Rutuk Krist pada dirinya sendiri yang terlanjur memasak lebih dari dua porsi, karena biasanya Dunk dan Joong akan makan malam di rumah.

Namun kini keadaannya telah berubah, Dunk telah menggunakan dapurnya sendiri untuk makan malamnya dengan Joong. Krist terduduk di kursi dapur dengan tangan menyangga kepalanya yang terasa pening.

"Kenapa, sayang? Kepalanya pusing?" Sebuah usapan lembut terasa di bahu Krist.

Sementara sang omega mulai menyandarkan tubuhnya pada sosok yang berdiri di belakangnya, "Mas, aku masak kebanyakan, aku lupa kalo kita udah tinggal cuma berdua doang," Keluh Krist mengadu.

Singto tersenyum, ia mengerti jika ini bukan tentang kelebihan porsi makan malam, "Kangen ya sama anak-anak?" Tanya Singto mencoba mengerti perasaan sang omega. Krist pun mengangguk lemah.

"Biasanya rumah rame, tapi sekarang kita cuma berdua aja," Krist menghela nafas pelan, "Yaudahlah gapapa. Mas kalo besok kita sarapan pake makanan sisa hari ini, gapapa?" Krist mencoba memberikan penyelesaian.

Yang lebih tua mengangguk, "Apapun yang kamu masak, pasti aku makan, kok," Tutur Singto lembut, "Aku bantuin siapin makanan, ya? Abis itu kita makan bareng,"

Krist hanya menurut, ia mengambil dua piring yang ia isi dengan nasi secukupnya, lalu Singto menyiapkan lauk pauk di atas meja. Setelah keduanya duduk dan mulai makan, Krist kembali melamun.

Semua pergerakan Krist tak luput dari pengamatan sang alpha, Singto menggenggam lembut tangan omeganya, "Cuman sebentar, nanti kalo Dunk hamil juga Joong pasti nitipin dia kesini," Ramal Singto mencoba menenangkan, "Kontrak kerja Phuwin juga udah tinggal setengah tahun, rumah bakalan rame lagi, percaya sama aku,"

Singto memang pandai merangkai kata, salah satu hal yang Krist sukai. Karena kemampuan Singto satu ini, Krist selalu merasa tenang ketika ia tengah bergelut dengan pikirannya sendiri.

"Iya, mas,"
















Bersambung, siapa yang kangen Vee?

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang