24-Alpha Baik

1.3K 136 19
                                    

"...Suatu saat nanti, Fourth pasti bakal ketemu sama alpha baik yang bisa gantiin aku jagain dia. Aku sayang sama Fourth, tapi kalo aku nggak bisa milikin hatinya, aku nggak akan bisa maju lebih jauh, sampai kapanpun. Karena bukan kebahagiaan yang kita dapet, mungkin nanti kita bisa saling nyakitin satu sama lain..."

Malam itu, bukan hanya Gemini saja yang tersambung dengan para orang tua, tetapi tanpa sepengetahuan Gemini, Fourth juga ikut mendengarkan. Malam itu ia tahu semuanya, namun Fourth berpura-pura tidak tahu apapun demi mengikuti kata hatinya.

"Fourth, dia alpha baik kamu, Gemini Norawit," Tutur nenek Davi lembut menunjuk Gemini yang juga kebingungan dengan penuturan nenek Davi.

Berbeda dengan dua sejoli yang kebingungan, keluarga Gemini yang mengantarkannya serta Tay yang juga datang dan nenek Davi tersenyum. Krist menepuk bahu bungsunya, "Gem, Fourth juga sayang sama kamu, jadi nggak ada alesan lagi buat nolak, kan?"

Gemini menatap Fourth penuh tanya, begitupun sosok pendek di depannya. Alpha itu lalu menatap nenek Davi dan Singto, "Ini maksudnya... Fourth dijodohin sama Gemini?!"

Anggukan mantap Davi dan Singto membuat Gemini langsung merengkuh Fourth erat. Keduanya menangis sesenggukan, "Kak... gue dikerjain nenek!" Ujar Fourth tersedu-sedu, "Lagian lo juga! Jahat banget! Mau flight gak bilang-bilang!"

"Maaf,"

"Loh? Nenek nggak bohong! Kamunya aja yang nggak mau dijodohin!" Protes nenek Davi tidak terima, "Kalo kamu nurut dari kemaren, nggak ada drama beginian, kan? Langsung tak nikahin kamu sama Gemini! Ngeyel, sih!"

Semua orang di sana tersenyum melihat interaksi Fourth, Gemini, dan nenek Davi, tapi yang paling kencang menangis adalah Dunk dan Phuwin. Kedua kakak tersebut adalah saksi nyata lika-liku huru hara cerita sedih dan senang dua orang termuda di sana. Menemukan ujung ketersesatan membuat perasaan lega di hati keduanya.

Gemini benar-benar erat memeluk Fourth sampai matanya terpejam meskipun air matanya tidak berhenti mengalir deras dari pelupuk matanya. Sepasang remaja tersebut dengan rakus menghidu aroma tubuh masing-masing seakan bisa disimpan untuk esok hari selama mereka berpisah.

Lalu setelah beberapa saat Gemini melepas pelukannya, menatap penuh puja sosok manis di depannya, "Jelek banget lo kalo nangis! Hahaha!" Ejek Fourth.

"Gapapa, yang penting omega gue Fourth Nattawat,"

"Bucin banget najis!" Cibir Dunk yang berada di belakang Gemini.

"Gem, Phu, flight kalian masih jam sepuluh, mending kalian chek in dulu sama ngurus barang kalian, kita tunggu di resto depan buat makan malem, Fourth belum makan," Titah nenek Davi mengingatkan Fourth pada rasa laparnya, Gemini juga, terakhir mereka hanya meminum susu kocok yang energinya sudah di serap untuk menangis.

***

Pemberitahuan keberangkatan telah diumumkan, Phuwin dan Gemini telah bersiap memasuki pesawat, dengan Fourth yang sedari tadi tidak mau melepas pelukannya pada Gemini. Para orang tua sudah kembali ke rumah dan membiarkan Fourth pulang dengan Dunk nanti.

"Phu, gue baru tau, Fourth ternyata se-clingy ini, ga sanggup beneran gue ngeliatnya tiap hari nanti," Bisik Dunk pada Phuwin.

"Gue denger!" Sentak Fourth cemberut.

Gemini terkekeh, ia berusaha melepaskan tangan Fourth yang melingkar di lengannya, "Fou, kita udah mau flight," bujuknya pada Fourth yang murung. Lalu sedetik kemudian Gemini mengangkat wajah omeganya lalu menyerangnya dengan kecupan wajah bertubi-tubi hingga Fourth merasa geli. Mulai dari kening, pipi kanan dan kiri, hidung, semuanya terjamah, "Nah! Udah tuh, stok buat dua bulan, nanti kan lo sama kak Dunk mau nyusul, nanti kalo lo ke sana gue kasih lagi,"

"Kak..." tahan Fourth, lalu omega itu menunjuk bibirnya, "Yang bagian sini belom,"

"Heh! Gak! Gak ada!" Sentak Phuwin panik saat Gemini maju satu langkah. Bukan untuk Gemini, tetapi melindungi Fourth yang masih polos.

Dunk juga menahan Fourth, "Gak! Enak aja kecap-kecup bibir! Adek gue masih di bawah umur!" Sergah Dunk galak melindungi Fourth dari Gemini, "Pokoknya awas aja lo, Gem! Kalo berani kecup bibir Fourth, bibir lo gue lelehin! Liat aja!"

"Lagian lo juga! Nakal banget minta cium-cium begitu, siapa yang ngajarin?!" Oceh Phuwin mengomeli Fourth.

"Hehe,"

Dunk mencibir, "Haha hehe aja lo! Udah Gemini sama Phuwin sana masuk!"

Dan begitulah akhir dari perjalanan rumit antara Gemini dan Fourth si remaja akhir yang selalu goyah oleh perasaan dan pemikiran negatif yang selalu berkecamuk di pikiran mereka sendiri.

***

"Udah ya! Sedih mulu lo jelek banget! Gemini ga bakal kepincut noni-noni Belanda!" Bujuk Dunk selama perjalanan pulang dengan Fourth yang menangis sesenggukan, "Lagian, noni-noni sama male omega di sana jelek-jelek! Ga memenuhi syarat jadi mantunya nenek Edelweis, hahaha!"

Candaan Dunk sedikit banyak meredakan kegundahan Fourth tentang kekhawatirannya kepada Gemini, meskipun Fourth selalu tahu, bahwa Gemini tidak akan pernah berpaling darinya.

Mobil Dunk berbelok ke sebuah restoran cepat saji, "Turun, rumah masih jauh, mending kita makan dulu, gue laper,"

Dengan murung Fourth turun dari mobil dan masuk ke dalam restoran, Dunk memesan makanan untuknya dan untuk Fourth, membiarkan adiknya mencari tempat duduk.

Fourth mengamati punggung Dunk dari tepat duduknya, banyak sekali pertanyaan yang ingin ia tanyakan mengenai Daddy Singto dan nenek Davi, juga perjodohannya dengan Gemini.

Tapi tubuhnya lelah, ia ingin beristirahat, ia menangis terus sejak sore tadi. Yang terpenting, ia dan Gemini sudah bersama, tidak ada tuntutan aneh lagi selain meraih cita-cita masing-masing.












Selesai!
























Bercanda! Masih bersambung dong! Pak Pond masih belum dapet restu Gemini, nih!

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang