Tuk!
Tuk!
Tuk!
Fourth menghela napas kesal, jam enam pagi begini sudah ada suara menjengkelkan dari pintu balkon kamarnya. Siapa lagi jika bukan Gemini? Hanya alpha itu yang tinggal di seberang kamarnya.
"Apasih--aduh! Sakit kak!" Protes si omega manis yang mengaduh, kepalanya tidak sengaja terkena rematan kertas yang di lempar Gemini. Sedangkan alpha itu tertawa usil, "Bangun! Hari ini masuk sekolah," Ujar Gemini semangat, tanpa ada rasa bersalah sama sekali karena lemparannya mengenai kepala si manis.
Semester baru, semester terakhir untuk Gemini di bangku sekolah berseragam. Hari ini alpha itu begitu bersemangat menyambut hari pertama di semester terakhirnya, bahkan jam enam pagi ia sudah rapi dengan seragamnya.
Fourth mendengus kasar, "Iya ini udah bangun, lo makan dulu, kek!" Titahnya mencebik, "Gue juga mau makan,"
"Abis makan, kalo lo belom turun, gue seret lo, liat aja!" Gemini mengancam, lalu beranjak pergi sarapan.
Sedangkan Fourth terdiam di tempatnya, memandang isi kamar Gemini dari jendela yang sengaja di buka demi mendapatkan sirkulasi udara yang baik. Sorot mata omega itu berubah jadi sendu, memikirkan sikap Gemini yang tidak berubah setelah penolakannya tempo hari. Alpha itu bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa di dalam hubungan mereka.
"Fourth! Ada temenmu di bawah!"
Dari luar, New memutar kenop pintu kamar putranya yang tidak terkunci, nampak sang putra dengan pakaian rapi sedang berdiri melamun di balkon kamarnya. New mengetuk pintu sekali lagi untuk memeriksa kesadaran putranya, "Fourth?"
Si punya nama terperenjat, ia langsung berbalik menyahuti panggilan sang papa, "Iya, pa?"
New menghela napas pelan seraya mendekati putranya, "Papa panggilin dari tadi, gak denger? Ada temen kamu jemput di bawah, tuh!" Ujar New, "Namanya... Un...un... siapa, ya?"
"Aun?"
"Ah! Aun!"
***
Phuwin dan Dunk saling bertukar pandang karena adik bungsu mereka tersenyum riang sekali tanpa sebab, "Gem, lo nggak stress gara-gara ujian, kan?"
Singto juga memandang aneh bungsunya, "Iya Gem, kamu gak biasanya senyum lebar gini," Singto ikut menimpali.
Gemini berdecak, bibirnya mengerucut, "Ck! Ga bisa liat orang seneng apa, ya!" Protes Gemini, namun tidak sampai merusak suasana hatinya, "Ini tuh Gemini lagi usaha buat bikin positive vibes, tau! Biar tambah cakep!"
"Tapi kan Gemini emang udah cakep," Bisik Phuwin kepada Dunk yang memang mengakui ketampanan si bungsu, namun kemudian menegakkan tubuhnya, "Eh, anu... emang buat apa, sih? Ngelakuin kaya gitu? Sok iya banget," Cibir Phuwin.
Krist meletakan sepiring besar nasi goreng untuk porsi lima orang, lalu duduk di sebelah Singto untuk menyajikan sarapan, "Udah jangan diganggu adeknya, biarin dia mau ngapain kek, biar ga sedih mulu kerjaannya," Lerai Krist.
"Ah papi! Sama aja kaya bang Phu,"
Keluhan Gemini menjadi penutup percakapan hangat keluarga Kenari no.8 tersebut, dengan Gemini yang bergegas keluar mengeluarkan motor kesayangannya dan menjemput Fourth.
Namun, Gemini melihat motor asing yang terparkir di luar karangan rumah tetangga kecilnya itu, dengan adanya stiker khas sekolahnya, Gemini yakin motor itu milik teman Fourth. Langsung saja Gemini masuk ke dalam rumah Fourth seperti biasanya, penasaran dengan si pemilik motor besar yang terparkir di luar pekarangan.
"Papa! Ayah! Selamat pa...gi,"
Sapaan Gemini terhenti ketika melihat sosok tinggi yang tengah duduk di ruang tamu dengan senyum ramah untuk Gemini. Begitupun Tay dengan tabloid paginya yang tersenyum menyapa Gemini, tamu wajib harian yang menjemput putra semata wayangnya untuk berangkat sekolah bersama, "Pagi, Gem! Sarapan dulu sana sama papa, dia bikin brownies buat sarapan!" Ujar Tay mengadu mengeluh pada Gemini lalu mendekatkan tubuhnya, "Agak aneh sih brownies buat sarapan, tapi enak kok! Sana masuk! Fourth masih sarapan juga,"
Gemini mengerjap, ia tidak aneh lagi dengan kebiasaan papa Fourth yang membuat makanan manis untuk sarapan ketimbang karbohidrat dan protein untuk sarapan. Tapi yang aneh pagi ini adalah tamu di rumah itu. Bungsu Ruangroj tersebut mengenalnya dengan nama Aun Napat, seseorang yang sedang dekat dengan Fourth, tetapi tak pernah menganggap serius dan sering mempermainkan perasaan putra tunggal Tay itu.
"Aun, ya? Lo mau jemput Fourth?"
Aun dengan semangat mengangguk menjawab Gemini, "Iya kak, aku mau berangkat sama Fourth,"
Sorot Gemini menjadi sendu, ia tersenyum kecut untuk sesaat, lalu kembali menetralkan wajahnya, "Nah! Cakep! Motor gue hari ini rusak, jadi gue di anter sama kakak gue, nah Fourth bisa berangkat sama Aun," Ujarnya pada Aun.
Tay mendongak, "Kemarin perasaan oke-oke aja di pake Daddy kamu? Rusak apanya? Mau ayah bawa ke bengkelnya om Rain? Kamu sama Fourth biar ayah anter ke sekolah,"
"Eung...nggak usah, yah! Mas Ajung udah nunggu juga di depan! Kalo gitu Gemini duluan, ya! Takut macet, bawa mobil soalnya kita, daahh ayah!"
Kepergian Gemini membuat sorot dingin dari Tay kembali, ia menatap Aun yang duduk menunduk di depannya, "Saya tau, motor Gemini nggak rusak soalnya baru aja dia panasin motornya, itu cuma akal-akalan dia buat ngalah biar Fourth bisa berangkat sekolah sama kamu," Aura intimidasi Tay menguar, tapi tentu saja tidak bereaksi untuk Aun yang seorang beta, tetapi raut wajah Tay sudah cukup membuat Aun bergidik, "Iya...om,"
"Kamu tau apa artinya?"
Aun menggeleng kecil, nyalinya tiba-tiba hilang.
"Gemini ngalah demi kalian, terutama Fourth yang lebih sayang sama kamu. Saya harap, anak saya gak akan nangis lagi gara-gara playboy kayak kamu! Fourth terlalu berharga buat nangisin orang gak tau diri kaya kamu, masih banyak orang yang sayang sama dia, inget itu!"
***
"Mas, gue nebeng, dong! Sampe halte doang aja, ya?"
Dunk mengerutkan keningnya melihat si bungsu merengek ikut menumpang dengan Joong dan dirinya. Padahal sepuluh menit yang lalu, suara mesin motor yang di panaskan sudah terdengar di rungu Dunk, tetapi kini penampakan motor itu entah kemana, "Lah, Fourth gimana? Motor lo-"
"Kak," Gemini menyela, matanya mengarah ke luar perkarangan rumah tetangga, Fourth yang naik di boncengan Aun lalu melesat pergi ke sekolah. Dalam diam, Dunk seketika paham apa yang adiknya coba jelaskan.
Omega tertua itu memandang alphanya, "Mas, kita anterin Gemini dulu gapapa, ya?"
Untung saja Joong tidak keberatan, ia dengan senang hati mengantar calon iparnya langsung sampai ke sekolah, tidak meninggalkannya di pemberhentian bus seperti permintaan si bungsu.
Dalam perjalanan, Gemini yang duduk di belakang itu asyik mencoret-coret sesuatu di bukunya. Latihan soal lagi, kali ini satu soal sebagai pengalihan kesedihannya pagi hari ini, karena suasana hatinya akan membaik karena puas setelah berhasil menjawab soal.
Tes!
Setitik air jatuh membuat noda merah di halaman buku catatan Gemini yang berwarna putih bersih. Alpha itu langsung tersadar lalu segera meraih saputangan di kantong celana dan menahan darah yang tidak diharapkan menetes keluar lagi.
Kemudian Joong yang tidak sengaja melirik Gemini yang tepat duduk di belakang Dunk itu mendelik, namun belum sempat ia membuka mulutnya, Gemini langsung memberikan kode untuk diam. Maka Joong tidak bisa berbuat apapun lagi selain berpura-pura tidak melihat apapun.
Bersambung, selamat idul adha semuanya🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Cemara
عشوائيOmegaverse! Kerusuhan tiada akhir dari tiga bersaudara Dunk-Phuwin-Gemini yang hampir bikin papi Krist naik pitam, tapi selalu ada Daddy Singto yang jadi pereda emosi papi. Gimana gak emosi? Phuwin sama Gemini akurnya cuma pas Alphanya kak Dunk date...