23-I Love You

1.2K 119 12
                                    

Catatan Vee : Tolong siapin tisu dan lagu galau andalan kalian cepaaaat! Part ter-angst sudah di depan mata kalian!











Jauh-jauh Gemini membawa mobil menjemput Fourth, namun nyatanya dua remaja itu kini terduduk di danau sepi yang berada di dekat kawasan rumah mereka. Duduk di kap mobil dengan segelas susu kocok yang dibeli sebelum sampai, Fourth menceritakan kepada Gemini tentang perjodohannya.

"Jadi gue harus nemuin dia malem ini, soalnya dia mau terbang ke luar negeri nanti malem," Ujar Fourth mengakhiri ceritanya dengan suram.

Sedangkan Gemini menatap sedih Fourth, berbagai macam asumsi dan prasangka yang negatif langsung berkecamuk mengacau pikiran alpha itu. Kecewa dan sedih tentu saja, pujaan hatinya yang ia damba kini telah menentukan jalannya, dan yang jelas bukan bersamanya.

Tetapi Gemini hanya bisa tersenyum pedih menutupi kekecewaannya, ia mengacak surai Fourth lalu merangkul omega pendek itu hangat bak sepasang kakak adik, Gemini merangkul Fourth seperti Phuwin merangkul adiknya, "Masih ada besok buat kita ketemu lagi, mau gimanapun, lo tetep adek gue, Fourth! Nanti bawa alpha lo ketemu gue sama bang Phu sama kakak, ya! Biar kita interogasi!"

Sutas senyum candaan yang terpatri di bibir Gemini membuat sejuta sayatan di dalam Fourth, ia tak tega melihat sorot penuh puja dari lawan bicaranya. Fourth tidak tahu terbuat dari apa hati Gemini, atau seluas apa hati Gemini sehingga alpha itu masih tetap tersenyum dikala jiwanya sudah runtuh.

"Kak, anjir! Lo tega bikin gue nangis bombay gini?!" Tangisan Fourth pecah juga, ia memeluk Gemini dan menangis kencang, meluapkan segala gundah di dalam hatinya, membiarkan sisi omeganya mengambil alih emosinya.

Alpha itu merengkuh, mengusap punggung tegar Fourth menenangkan omega pendek di pelukannya, padahal dirinya juga sedang tidak baik-baik saja. Gemini menahan emosinya agar tidak memperkeruh perasaan Fourth saat ini.

Keduanya terdiam beberapa saat, dengan Fourth yang masih setia menyembunyikan wajahnya di dada Gemini dan menangis, isakannya terdengar sesekali meskipun tidak sekeras sebelumnya.

"Fourth! Sunset!" Gemini menepuk bahu adiknya untuk bersama-sama menikmati indahnya waktu matahari tenggelam di balik danau yang mulai disinari lampu-lampu taman.

Si omega lantas mengangkat wajahnya ikut menatap lurus kearah Gemini memandang. Mata sembab Fourth menyipit indah melengkapi senyuman indah yang terukir di bibirnya. Lalu Fourth memandangi wajah yang lebih tinggi, senyum pahit dan mata memerah menahan tangis, Gemini pasti merasa pusing karena menahan air matanya yang hendak meluap.

"Kak Gem, I love you, gue selalu sayang sama lo, kak! Mau sebagai apapun kita sekarang, atau nanti," Tutur Fourth tulus setulus-tulusnya, suara omega itu menjadi parau, ia kembali menunduk dan menangis, wajahnya meredup seperti matahari yang baru saja terbenam.

Pernyataan Fourth membuat Gemini menoleh terkejut, alpha itu mengangkat wajah Fourth yang menunduk, "Fourth?!"

Tangis Fourth makin kencang, kedua lengannya mengalung erat di leher yang lebih tua, menghidu rakus aroma khas alpha Gemini yang menguar kuat dari ceruknya. Rasanya sesak bukan main, baik Fourth maupun Gemini tak mampu menjabarkannya dengan kata-kata.

***

Hati Gemini rupanya benar-benar seluas samudra, sedalam palung mariana, setegar karang tepi laut yang terhantam ombak berkali-kali. Alpha itu masih bisa tersenyum manis di depan Fourth yang telah menciptakan luka untuknya berkali-kali, dan kali terakhir ini yang paling dalam, paling membekas, mungkin juga membuat trauma untuk Gemini kedepannya.

"Udah jam tujuh, sana masuk! Nenek pasti nungguin lo," Usir Gemini menyuruh Fourth masuk ke dalam rumah besar tempat Gemini menjemputnya tadi.

Entah mengapa rasa hati Fourth begitu berat, tidak ingin keluar dari mobil dan menghabiskan waktu bersama alpha kesukaannya ini. Tidak pernah seberani ini sebelumnya Fourth memandang Gemini penuh puja, seperti alpha itu menatapnya. Fourth menatap lurus sorot teduh itu yang menyiratkan luka mendalam.

"Kak Gem, gue sayang sama lo, selalu," Ujarnya cepat lalu keluar dari mobil yang lebih tua. Namun sebelum itu Gemini menahan pergelangan tangan Fourth.

Alpha itu tersenyum, "Tetep main band sama gue dan temen-temen, ya! The Rythym itu punya kita dan harus tetep ada!"

Fourth mengangguk tanpa ragu, ia tersenyum tipis, "Pasti,"

Pintu tertutup dan Gemini telah memastikan Fourth telah masuk melewati pintu utama, lantas alpha itu menjalankan mobilnya segera pulang karena Phuwin sudah memanggilnya berkali-kali.

Ia tidak mempunyai waktu untuk menangis sekarang, meski kepalanya pusing menahan tangis, tetapi ia diburu waktu untuk mencapai suatu tempat, namun yang terpenting sekarang, ia harus pulang ke rumah dulu.

Sedangkan di dalam rumah, Fourth berusaha menetralkan wajah merahnya dan tersenyum sebisanya.

"Fourth, dari mana aja kamu? Ayo siap-siap! Kita bakalan kejebak macet kalo nggak berangkat sekarang," Ajak nenek yang sudah rapi dengan blus biru laut yang membungkus elegan tubuhnya.

Fourth lalu digiring salah satu pelayan menuju satu kamar yang biasa Fourth gunakan untuk menginap di rumah ini. Omega itu membersihkan tubuhnya lalu mengganti pakaiannya dengan setelan kemeja dengan celana bahan yang pasti sudah neneknya siapkan. Fourth siap dalam beberapa saat, dan tanpa basa-basi lagi, sepasang cucu dan nenek itu berangkat.

Di dalam mobil mewah milik sang nenek, Fourth terus teringat tentang Gemini dan semua hal tentang perasaan mereka yang harus mati sebelum sempat tumbuh.

Tatapan omega itu redup lurus kearah luar, memandangi gedung-gedung tinggi menjulang berjejer memenuhi pengelihatan omega itu. Nenek menepuk bahu Fourth lembut, "Nenek pastiin, alpha pilihan nenek adalah tipe kamu,"

***

Bandara internasional yang sibuk kini menjadi tempat Fourth, nenek Davi, dan juga seorang penjaga berpijak. Di luar terminal keberangkatan mereka menunggu seseorang yang akan menjadi pasangan hidup Fourth.

Jam delapan kurang lima menit, lebih cepat daripada waktu perjanjian nenek Davi dengan seseorang yang membuat bergerak gelisah, sorot matanya bergerak tidak tenang, pikiran negatif terus menghantuinya.

Seketika nenek Davi tersenyum sumringah, ia melambai kepada dua sosok di ujung sana.

"Nak! Di sini!"













Bersambung, gimana? Udah penuh berapa ember air matanya? Aciee penasaran sama calonnya Fourth, ya?

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang