52-Apa?!

1K 97 15
                                    

"Tadi gimana sama ibunya Phuwin? Kenapa cemberut aja? Cerita dong sama mas!"

Joong dan sifat cerianya, ada saja caranya untuk membangun suasana di atas meja makan. Karena mereka sama-sama tahu, jika saat makan malam adalah saat mereka bertukar cerita tentang apa yang telah mereka berdua alami selama satu hari penuh, atau hanya sekedar saling melempar candaan. Sangat sukses membuat sang omega tersenyum padanya.

Namun Joong tahu, senyuman itu hanyalah sebatas formalitas belaka.

"Phuwin baikan sama ibunya, dia jadi lebih tenang dan bahagia," Jelas Dunk lalu menyuap makanannya lagi.

Sang alpha tersenyum menanggapi, "Lho! Itu bagus, dong!" komentarnya, "Terus kenapa adek sedih?" Joong mengusap tangan omeganya yang tidak memegang alat makan, meyakinkan si manis agar bisa mengutarakan isi ceritanya.

Keduanya terdiam beberapa saat sampai hidangan makan malam kali ini habis, Dunk dibantu sang alpha membersihkan meja makan lalu mencuci piring.

Joong juga andil dalam tugas satu ini, dulu jika Dunk dibantu Gemini mengeringkan alat makan, kini ada Joong yang berdiri di sampingnya dengan kain lap bersih. Sang alpha tak banyak bicara, ia tahu malam ini omeganya tengah memikirkan sesuatu.

"Mas, kayaknya Dewi bener deh belum kasih kita anak, soalnya aku masih childish banget, kekanakan!" Ucap Dunk sendu, "Tadi sore aku ketakutan, kalo Phuwin bisa deket terus menerus sama ibu kandungnya, aku takut kalo kita bakalan dilupain sama Phuwin, karena dia keasyikan sama ibunya," Keluhnya, Dunk menghela nafas seraya menyelesaikan gelas terakhirnya, "Padahal aku tau, ikatan Phu sama kita bersaudara dan papi, lebih kuat daripada sama ibu kandungnya. Adek tau kok kalo Phu nggak bakalan lupa sama kita, cuma..."

Joong merengkuh omeganya, menepuk bahu kesayangannya itu pelan, "Jadi, kamu mau ngomong soal kenapa kita belum di kasih anak, atau Phuwin yang bakalan lupa sama kita?" Tanya yang lebih tua itu.

Tiba-tiba Dunk merengek lalu menangis di dekapan sang alpha, "Aku nggak tau! Tapi aku sedih hari ini!"

Sejak kecil, Dunk telah terbiasa di manja oleh Singto Daddy-nya, sekarang ia hanya hidup berdua dengan Joong sebagai sandaran, Dunk kini begitu manja kepada alphanya itu, satu hal yang baru ia mengerti setelah resmi menjadi suami dari si manis satu ini.

"Tapi selama nunggu kamu pulang tadi, aku mikir lagi," Dunk melepas pelukkannya dari sang alpha, "Phu udah gede dan bisa nentuin jalan hidupnya sendiri, aku cuma bisa support dan kasih dia sedikit arahan aja," Dunk tersenyum cerah, "Iya kan, mas?"

Joong mengangguk setuju, "Iya, pinter banget sayangnya mas,"

Keduanya saling tersenyum tanpa berkata apapun lagi, namun tiba-tiiba Dunk mengerutkan keningnya dan limbung, "Mas, kepalaku tiba-tiba pusing banget!" Rintihnya seraya mencari pegangan pada tangan suaminya.

***

Keesokan harinya...

Pagi hari seharusnya adalah waktu bermesraan Krist dengan para tanaman kesayangannya, dan juga Momon kucing milik Fourth yang selalu duduk di teras Krist menemani sang empunya rumah.

"Mon, kamu kan udah tua, anak-anakmu pada kemana?" Tanyanya seakan Momon bisa menjawab, "Perasaan kamu pernah hamil sama kucing komplek sebelah?"

Bunga Matahari, bunga Kamboja, dan beberapa jenis bunga juga tanaman lainnya itu warna warni menghiasi perkarangan rumah Ruangroj yang sudah nampak seperti rumah penjual tanaman. Namun seberapa ramainya jenis tanaman yang tumbuh karena dirawat Krist setiap hari, tetap tak mengubah fakta bahwa Krist kesepian.

"Mon, kamu nggak kesepian apa? Dari lahir sama Fourth sama Gemini terus? Padahal kamu punya anak, tapi anakmu malah kamu usir, nggak jelas!"

Meow

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang