16-Parents Talk

1.2K 143 13
                                    

Krist, Singto, Tay, serta New telah duduk berhadapan di sebuah ruangan pribadi yang Tay pesan khusus di sebuah restoran. Tujuan utamanya bukanlah untuk sekedar mengobrol biasa, karena mereka bisa lakukan hal ini di rumah.

Atmosfer ruangan ini sedikit tidak menyenangkan. Gelisah, gundah gulana, serta rasa takut dan khawatir mengganggu empat kepala di dalam ruangan tersebut. Apalagi Tay, hari ini dirinya baru saja menerima kabar kalau kasus putranya selesai ditindaklanjuti dan pelaku akan menerima hukuman setelah kenaikan kelas, Aun dan Grey di keluarkan dari sekolah setelah kenaikan kelas dan akan langsung di tahan di rumah tahanan.

"Sing, gue...minta maaf, karena anak gue, anak lo jadi tersiksa gini,"

Singto dan Krist tersenyum tipis, "Lo kaya nggak pernah muda aja, Gemini aja gak masalah, apalagi kita," tutur Krist lembut.

Namun pasangan di depannya tak bisa baik-baik saja. Mereka tahu bahwa penyebab Gemini masuk rumah sakit dan harus memaksakan rut nya hanya karena Fourth.

"Hm...gini, kita telfon Gemini biar sekalian diskusi, gimana?" Krist menengahi.

***

Lamunan Gemini terpaksa berhenti karena deringan ponselnya. Panggilan dari papi tersayangnya yang seingatnya tadi pergi keluar untuk berkencan dengan Daddy, "Halo?"

'Gem, kamu lagi sendirian, kan?'

"Iya, bang Phu lagi nge-game, kakak lagi nonton sama mas Joong di bawah," Jawab Gemini seraya menjelaskan, "Emang kenapa, Pi?"

Di seberang panggilan, Krist mengedarkan pandangannya kepada tiga kepala lainnya dan mengangguk yakin, "Eum...nak, ini soal kamu sama Fourth,"

Gemini menegakkan cara duduknya begitu mendengar ujaran papi nya. Jantungnya tiba-tiba berdebar tak karuan, entah obrolan macam apa yang ada di depannya ini. Alpha itu diam menunggu papi nya berbicara.

Di atas ponselnya yang terhubung dengan Gemini, lagi-lagi Krist mencari persetujuan dari orang-orang di depannya. Omega itu nampak ragu berbicara sehingga Singto mengambil alih panggilan yang pengeras suaranya diaktifkan, "Gem, kalo... misalkan kamu sama Fourth, kita jodohin, gimana?"

Singto sangat paham dan mengerti, tidak seharusnya pembicaraan ini di lakukan melalui panggilan telepon. Mengingat betapa seriusnya topik kali ini, harusnya Singto mempertemukan Fourth dan Gemini juga.

'Dad? Maksudnya gimana? Aku nggak ngerti'

Tay juga akhirnya membuka suara, "Gem, ini ayah,"

'Iya, ayah?'

"Kita tau, kamu suka dan sayang sama Fourth, dan Fourth juga nggak bisa kalo nggak sama kamu. Cuma kamu yang kita percaya buat jagain Fourth. Setelah kejadian kemarin, ayah sama papa gak bisa percaya orang lain lagi selain Gemini buat jagain anak kita di waktu kita nggak ada..." Tay menarik nafas panjang dalam jedanya, ia menatap Singto, "Gemini... mau, ya? Nikah sama anak ayah?"

Hening, baik di ruangan pribadi restoran, maupun di kamar Gemini. Para orang tua yang tegang menunggu jawaban, dan Gemini yang menimbang jawaban.

Sebagai seorang alpha, Gemini tentu saja senang karena ada ujung dari perasaan yang menyesatkan ini untuk memiliki omega yang ia sukai. Tapi sebagai Gemini Norawit, remaja itu berpikir dua kali karena perasaan Fourth bukan untuknya. Mengikat Fourth dengannya sama saja melukai omega manis tersebut, Gemini tidak tega melakukannya, "Ayah, Papi, Daddy, Maaf... Gemini nggak bisa," tolaknya halus, berusaha menahan emosi yang mendukungnya untuk menangis.

Gemini menarik nafas dalam untuk menstabilkan suaranya yang bergetar, "Aku bisa dan aku mau, buat sekedar jagain Fourth sampai kapanpun tanpa kalian ataupun Fourth minta. Tapi kalo buat jadi alphanya, aku nggak bisa, yah. Soalnya Fourth bukan gak bisa tanpa aku, dia cuma nggak terbiasa kalo nggak sama aku," Alpha itu berhenti sebentar karena tiba-tiba suaranya bergetar. Tidak! Gemini tidak boleh menangis selain di depan orang tuanya.

Manik coklat yang jernih itu menghentikan edaran matanya di jendela, bayangan Fourth yang tengah berkutat di atas meja belajar yang tersorot lampu itu membuat seulas senyum di bilah plum si bungsu, menggambarkam betapa luasnya hati Gemini, "Suatu saat nanti, Fourth pasti bakal ketemu sama alpha baik yang bisa gantiin aku jagain dia. Aku sayang sama Fourth, tapi kalo aku nggak bisa milikin hatinya, aku nggak akan bisa maju lebih jauh, sampai kapanpun. Karena bukan kebahagiaan yang kita dapet, mungkin nanti kita bisa saling nyakitin satu sama lain,"

Ujaran panjang lebar dari Gemini seakan menyayat telinga para orang tua yang mendengarnya. Sambungan sudah terputus dari Gemini yang kemudian menangis di dalam kamarnya. Sedangkan Tay dan New tersenyum getir, merasa bersalah atas kelakuan putra tunggal mereka, "Singto, kayaknya bener apa kata lo," Ujar Tay pasrah.

"Harus ada salah satu yang pergi,"

***

Dalam tangisnya, Gemini tak sengaja melihat stiker peta dunia yang ia tempel di dinding sejak menengah pertama. Perlahan, Gemini beranjak mengamati satu per satu negara yang sudah ia kunjungi bersama orang tuanya yang ditandai dengan stiker dan souvenir tempel di sana. Seutas senyum di tarik, teringat kenangan yang indah untuk ukuran ingatan bocah berusia delapan tahun.

Gemini terfokuskan pada satu negara yang sangat ingin ia kunjungi.

"Gue cuma butuh tempat tenang, terus balik lagi, harusnya gapapa, kan?"











Bersambung, pendekan dulu gapapa yaaww

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang