Gemini terdiam duduk berhadapan dengan Tay, ayah Fourth di meja makan, menonton debat sepasang papa dan anak di depan mereka.
"Pa... padahal ayah udah ngizinin, loh? Toh nanti aku sama kak Gem bakalan pisah kamar, di rumah itu juga ada neneknya kak Gem," Fourth terus mengikuti langkah sang papa yang sedang membereskan peralatan makan.
Namun New tetap bersikukuh dengan jawabannya, "Papa bukan gak percaya sama Gemini, tapi papa gak percaya sama kamu," New memberikan piring basah pada Fourth untuk dikeringkan.
New dan Fourth sama-sama anak tunggal, dengan karakter yang sama, akan sulit mencapai kata sepakat. Tay dan Gemini sudah ingin menengahi, tapi mereka sadar jika berucap sepatah kata pun, maka perang ke sekian ini akan bertambah parah.
"Papa, aku bukan anak kecil lagi... aku bisa jaga diri baik-baik, kok! Aku janji gak akan nyusahin kak Gem sama nenek di sana,"
Masalahnya adalah tentang Gemini yang datang malam-malam meminta izin kepada Tay dan New untuk mengajak Fourth ke luar kota, mengunjungi nenek Gemini seperti ajakan sebelumnya. Namun hanya satu izin yang Gemini kantongi yaitu dari Tay, sedangkan New bersikeras tidak mengizinkan karena khawatir putranya akan merepotkan.
"Eum, papa kalo gak izinin gapapa, kok! Fourth, udahlah gapapa, gue pergi sendiri aja," Gemini menengahi, harus ada yang mengalah malam ini.
New menoleh pada Gemini, lalu kembali pada putranya, "Tuh, Gemini aja gapapa!"
"New..." tegur Tay tegas, "Fourth kan udah gede, lagian kan dia kemarin baru selesai heat, gak mungkin heat pas di kampungnya Gemini juga," Tay meyakinkan omeganya, "Kapan lagi kita punya waktu berdua? Kamu bentar lagi heat, kasian Fourth sendirian nanti,"
Ayah Tay memang terbaik! New langsung luluh dengan alphanya sendiri, "Ya udah papa izinin, tapi harus terus ngabarin papa atau ayah, live streaming tiap waktu kalo perlu!"
"Siap, papa!"
Eh, kenapa jadi kak Gem yang semangat? —Batin Fourth bingung.
Tapi ya sudahlah, intinya mereka dapat izin.
***
Surat izin mengemudi mobil belum keluar untuk Gemini, memakai motor pun tidak baik untuk Fourth. Jadi Gemini memesan dua tiket kereta untuknya dan Fourth. Kereta yang berangkat jam delapan pagi itu menempuh waktu selama empat jam hingga sampai ke kampung halaman Gemini.
Namun kedua remaja tersebut masih harus menumpang mobil pengangkut sayuran untuk bisa sampai ke rumah nenek Gemini. Berada di pegunungan yang jarang dilalui angkutan umum, bahkan sinyal saja sulit, untungnya Krist membekali sebuah kartu nomor yang bisa di gunakan di rumah sang nenek.
"Mas Gemini, ya! Wah, udah gagah ya sekarang, dulu terakhir ke sini udah lama banget, lho!"
Fourth mengamati interaksi sahabatnya dengan warga sekitar selama menumpang mobil. Mereka semua nampak segan dengan Gemini padahal mereka lebih tua, ini terasa aneh.
Seorang gadis beta di depan Gemini menunjuk Fourth, "Mas Gem, ini omeganya mas, ya?"
Yang punya nama sedikit "Ehe, halo! Saya Fourth, bukan omeganya kak Gemini, tapi temennya,"
"Jane, gak boleh gitu, ah!" Sang ayah menegur. Namun Jane terkikik, "Ayah tuh, orang kak Fourth-nya juga gapapa, iya kan, kak?"
Fourth hanya tersenyum canggung tak tahu harus bereaksi bagaimana menanggapi gadis cerewet yang lebih muda darinya. Sedangkan Gemini juga diam sedari tadi, dalam hati mengaminkan ucapan Jane.
Semoga Fourth menjadi omeganya.
"Fourth, abis ini kita udah gak bisa lanjutin pake mobil lagi, lo gapapa kalo harus jalan kaki? Capek nggak?" Gemini masih ingat bagaimana cara menuju rumah sang nenek meskipun sudah tidak pergi ke sana belasan tahun. Selama ini selalu neneknya yang datang mengunjungi Gemini di rumahnya.
"Gue gapapa, adem ini jadi ga kerasa capek,"
Jalanan terjal berbatu seringkali membuat Gemini mengeluh dalam hati, mengapa tidak ada pihak berwenang yang berbaik hati membenahi jalanan ini sejak dulu. Padahal daerah sang nenek tinggal berkontribusi cukup besar untuk pemasukan dana daerah. Hasil kebun dan kerajinan orang-orang setempat nyatanya lima puluh persen menyumbang kemakmuran.
Gemini memeluk tubuh Fourth seperti apa yang dilakukan Jane dan sang ayah untuk membantunya turun dari mobil yang mempunyai jarak cukup tinggi hingga jauh ke tanah tempat berpijak. Jalanan berbatu dan berkubang air, jika banyak orang melompat maka akan mengotori sekitar. Tetapi jujur saja Fourth tersipu, sudah lama tidak berjarak dengan sahabatnya sejak satu tahun yang lalu, sekarang pinggang rampingnya di peluk erat oleh Gemini.
"Bentar, jalanannya becek, sepatu lo putih," Si bungsu Ruangroj tak keberatan membawa Fourth yang ringan di gendongnya mencari tempat kering. Gemini benar, sepatu putihnya sangat berharga jika terkena kotor. Fourth menyesal karena membawa sepatu yang sukar di bersihkan ketika ia tahu bagaimana kondisi jalanan yang akan dilalui.
Dengan gaya gendong belakang mungkin akan baik-baik saja, tetapi cara gendong ala pengantin membuat omega tunggal itu malu dan menyembunyikan wajahnya di tengkuk si alpha, "Kak! Udahan, kek! Gue malu di liatin orang-orang!" Fourth berprotes setengah berbisik di leher Gemini.
Namun Gemini acuh, membiarkan orang-orang mengambil kesimpulan masing-masing tentang cucu nyonya Ruangroj dengan omega nakal satu ini.
Diam-diam, Fourth menghidu aroma yang menguar dari tengkuk Gemini. Mint yang segar begitu mempesona, sejenak Fourth terbuai.
Fourth! Sadar! Dia kakak lo!
Akhirnya, Gemini menurunkan Fourth di depan balai pertemuan. Belum selesai, alpha muda tersebut melepaskan sepatu Fourth pemberiannya dan mengganti dengan sepatu lain yang Gemini bawa. Gemini memperlakukan Fourth seolah-olah Fourth adalah omeganya, Fourth memerah habis-habisan, "Tunggu di sini, gue ambil tas dulu,"
Gemini sialan, hanya mengacak surai Fourth, namun hati Fourth yang berantakan. Sial! Terlalu menawan.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Cemara
DiversosOmegaverse! Kerusuhan tiada akhir dari tiga bersaudara Dunk-Phuwin-Gemini yang hampir bikin papi Krist naik pitam, tapi selalu ada Daddy Singto yang jadi pereda emosi papi. Gimana gak emosi? Phuwin sama Gemini akurnya cuma pas Alphanya kak Dunk date...