28-Lupa

1K 120 3
                                    

Pond mengetuk pintu kediaman Ruangroj sejak sepuluh menit yang lalu tetapi tetap tidak ada sahutan dari sang pemilik rumah. Padahal Pond melihat dua buah motor matic berwarna hitam dan biru milik Gemini dan sang kakak alias pujaan hatinya ada di dalam garasi terluar, dan juga pagar luar yang tidak dikunci, itu artinya artinya ada orang di dalam rumah.

Tetapi nihil, jemari Pond sudah memerah namun tetap tidak ada sahutan sedikitpun.

"Pak Pond? Nyari Phuwin, ya?" Seruan New yang baru saja tiba di rumah itu mengalihkan atensi dosen muda tersebut. Pond sudah mengenal besan calon mertuanya itu, New sudah biasa mengobrol dengannya.

Pond tersenyum ramah, "Iya nih pak New, motornya ada, pager juga nggak di kunci," adunya berbasa basi dengan senyum melelehkan omega seperti New, eh...

"Oh, Phuwin ya? Dia kan di Belanda, pak Pond gak tau?"

Air muka Pond nampak terkejut, lebih terkejut lagi New karena pikirnya Pond sudah diberi tahu perihal kepergian Phuwin ke Belanda.

"GEMINI! FOURTH!"

Obrolan seru antara Gemini dengan omega yang telah berlangsung lama itu akhirnya terenti karena teriakan sang papa yang menggema berat menggelegar ke seluruh rumah. Gemini dan omeganya berlari terbirit-birit keluar rumah, takut sesuatu terjadi.

"Kenapa, pa...aduh!" Jeweran maut khas papa New sudah tidak asing lagi bagi Gemini dan Fourth, tetapi tetap saja rasanya ngilu bukan main.

"Kamu ke Belanda kemarin gak ngabarin pak Pond?! Kasian dia nyariin Phuwin, tau!" Cerocos New memarahi calon menantu yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.

Gemini mengusap telinganya yang memerah, dibantu Fourth yang juga memeriksa keadaan telinga alphanya itu. Sementara papa New melipat tangannya di dada.

Alpha yang lebih muda itu kemudian menatap Pond malas, "Loh? Kan yang punya hubungan bapak sama abang saya, kenapa saya harus ikut campur?" Semprot Gemini galak seraya berjalan mendekati dosen muda tersebut, "Kan saya udah bilang, deketin abang saya nggak gampang, masa baru kaya gini udah kelimpungan?" Ledek Gemini di wajah Pond, senyum miring yang khas itu terlukis di bibir si bungsu yang tengil itu, lalu menepuk pelan bahu pria di depannya, "Saya gak mau bantuin, cari sendiri sampe ketemu, kalo bapak nggak nyerah, bapak lolos satu tahap,"

***

Rupanya, Gemini tidak bercanda tentang akan mempersulit jalannya memenangkan hati Phuwin, bungsu itu terlalu protektif kepada kakaknya. Apa alpha lain juga sama? Pond begitu frustasi memikirkan percintaannya yang entah berantah.

"Pak?"

"Hm? Iya?" Sahut Pond tersentak dari lamunannya. Di depannya seorang mahasiswa berdiri dengan setumpuk makalah penelitian yang ia tugaskan satu bulan lalu, hari ini adalah hari pengumpulan tugas tersebut.

"Pak, ini mau saya yang bawa ke meja bapak apa gimana?" Tanya mahasiswa tersebut.

Pond menggelengkan kepalanya demi mengembalikan fokusnya lagi, "Oh, kamu ikut saya, tolong bantu saya bawa ini ke mobil, kebetulan saya mau sekalian pulang," Perintah Pond seraya beranjak meninggalkan ruangan yang sudah kosong tersebut, "Kamu abis ini masih ada kelas?"

"Nggak ada, pak, kenapa, ya?" Jawab mahasiswanya sambil mengekor Pond menuju parkiran khusus dosen.

Pond membuka pintu mobilnya dan menyuruh omega pria di depannya menyimpan tugas teman-temannya di kursi sebelah kemudi, "Gapapa sih, saya cuma basa-basi aja, ya udah makasih ya! Saya duluan, hati-hati pulangnya,"

Mobil Pond melesat meninggalkan area parkir, meninggalkan omega yang menggerutu, "Ck! Nanya begitu kirain mau dianter pulang!"

"Salah banget lo naksir pak Pond, dia kan udah ada gebetan, udah direstuin ortunya juga!" Bahunya ditepuk, Wayu si asisten Pond itu berjengit pelan, "Mending lo mundur aja, deh!"

Wayu menghela nafas berat, "Tapi gue naksir berat sama beliau! Lagian apa bagusnya kak Phuwin, sih? Omega jutek begitu di deketin,"

Rumor tentang Pond dan Phuwin sudah bukan hal baru lagi bagi para dosen dan mahasiswa angkatan Phuwin. Pond adalah dosen termuda yang digandrungi oleh mahasiswa dan para dosen lainnya juga. Alpha dengan paras tampan dan perangai baik khas idaman mertua membuat tidak sekali dua kali Pond menolak halus permintaan dosen senior agar menjadi menantu mereka.

Tak sedikit juga mahasiswa omega yang berebut agar bisa mengikuti kelas tata bahasa dosen tersebut. Maka tak heran jika sembilan puluh persen mahasiswa yang mengikuti kelas Pond adalah omega. Kecuali Phuwin, omega itu adalah sepuluh persen korban temannya yang menyeret dirinya sehingga masuk ke dalam kelas pak Pond, dengan iming-iming diantar jemput setiap hari, Phuwin berakhir menjadi musuh bersama karena hanya sikap cueknya berhasil membuat Pond menggodanya di tengah kelas.

Pertemanannya berakhir, Phuwin tidak memiliki teman omega di akhir masa perkuliahannya, teman perjuangan skripsinya semua adalah beta. Penindasan juga sudah kenyang Phuwin terima dari penggemar fanatik pak Pond, seringkali Gemini membawa pakaian Phuwin ke sekolah agar jika abangnya menelpon Gemini bisa langsung memesan jasa pengiriman untuk mengantarkan pakaian Phuwin yang kotor karena kuah bakso atau paling parah adalah air toilet.

Alasan ini adalah alasan utama Phuwin menghindari Pond mati-matian dan Gemini sangat murka melihat wajah dosen tersebut. Hanya Gemini yang mengetahui penindasan yang kakaknya terima, alpha bungsu itu takut jika Pond bersama kakaknya akan ada bahaya yang lebih besar nantinya. Sekeras apapun Pond berusaha, Gemini tidak akan mudah menerimanya daripada Joong, kakaknya sudah menderita banyak karena berada di sekitar Pond.

"Belanda tuh luas banget! Gue harus keliling Belanda?!" Pond memukul setirnya frustasi karena kehilangan jejak pujaan hatinya.

Jalanan macet di jam makan siang itu menambah kekesalan Pond, pikirannya kacau balau karena sosok omega manis dengan adik galak seperti Gemini.

***

Sementara itu Phuwin menginjakkan kakinya di atas salju yang baru turun malam tadi, badai salju baru reda dan Phuwin harus membantu pamannya membersihkan jalanan dari salju yang tebal itu.

Sepatu boots yang tebal menjadi alas kaki omega manis tersebut yang tengah asyik melamun sambil membersihkan salju yang tersisa.

"Phuwin sini masuk! Badainya turun lagi!"

Seruan sang paman membuat Phuwin buru-buru berlari masuk ke dalam menyusul sepupunya. Badai itu turun lagi, jalanan yang sudah dibersihkan itu sia-sia karena kembali tertutup salju.

Win sang paman membantu Phuwin membuka jaket tebalnya yang terkena salju dingin. Kemudian Phuwin mengekor paman Win ke meja makan yang sudah tersaji sarapan menghangatkan, bergabung dengan paman Bright dan sepupunya, Shandy,

Sup kental berkuah putih yang disantap dengan roti itu mengingatkan Phuwin pada dosen pembimbingnya yang selalu mengajaknya ke restoran eropa dan memesan sup ini. Tiba-tiba perasaan rindu menyeruak memenuhi hatinya hingga sesak.

"Kenapa sopnya? Nggak enak, ya?" Tanya Win khawatir. Sontak Phuwin menggeleng lembut, "Enggak om, Phu keinget seseorang aja, beliau suka sama Zuppa sup,"

"Gebetan lo ya, mas?" Tebak Shandy meledek, gadis alpha itu menangkap jelas raut murung Phuwin khas orang sedang merindukan pujaan hatinya.

Phuwin melotot pada Shandy, "Sembarangan! Beliau dosen gue!" Serunya menyangkal tersipu.

Seutas senyum terbit diantara Bright dan Win berpandangan, keponakannya yang satu ini begitu polos, "Hmm? Cuma dosen, tapi kamu inget makanan kesukaannya?"

"Pasti lebih sih, ya nggak Shand?" Sahut Win menimpali alphanya yang juga diangguki putrinya.

Seketika Phuwin kelabakan, Shandy yang seusia Fourth itu begitu mendesaknya untuk membuka mulutnya. Hingga akhirnya Phuwin menyerah, keluarga paman Bright adalah favoritnya dan rumah kedua setelah keluarganya sendiri hingga Phuwin berani membuka suaranya, "Phu kesini tuh ngehindarin beliau yang ngejar Phu dari setahun lalu, sebebernya Phu suka sih, tapi Phu takut sama fans beliau yang ngeri banget!"

Curahan hati mengalir di meja makan kediaman Bright pagi ini, terungkap sudah alasan Phuwin datang berlibur lama di rumahnya padahal Gemini yang sudah menyelesaikan tes wawancaranya itu kembali lebih awal. Sedangkan Phuwin bekerja menjadi penerjemah bahasa di perusahaan Bright yang bekerjasama intens dengan perusahaan Jerman dan berniat menetap disana sampai beberapa tahun, melupakan eksistensi Pond dengan pergi tanpa pamit.












Bersambung, kangen Vee gaaa??

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang