64-Pinky Promise

321 45 7
                                    

Beberapa tahun kemudian

Dering lonceng terdengar di telinga sang karyawan toko bunga, menandakan ia harus bersiap menyambut sang tamu yang datang, "Selamat siang dokter Gemini! Mau nyari mas Fourth ya?" Tanya sang karyawan dengan ramah.

Gemini yang ditanya mengangguk seraya tersenyum, "Hari ini udah janji mau makan siang bareng, Fourth dimana?"

"Ada di belakang, dokter, mau kita panggilin?"

"Nggak perlu, saya bisa masuk?"

Sang karyawan tersenyum, "Silahkan dok!"

Dengan menenteng dua gelas susu kocok yang dingin kesukaannya dan Fourth, Gemini melangkah menuju tempat penyimpanan dan pengrajin bunga, tempat kesukaan Fourth ketika menunggu waktu sambil mencatat keuangan tokonya dan Phuwin.

"Dor!" Gemini berseru, lalu duduk di hadapan Fourth yang tengah tenggelam dalam pekerjaannya, "Fokus banget sayangku kerjanya! Ayo makan dulu!"

Fourth mengangkat wajahnya sebentar untuk menyapa alphanya, "Sebentar ya kak, adek harus laporan sama bang Phu dulu, sepuluh menit, habis itu kita makan."

Gemini mengangguk, memahami pekerjaan omeganya yang akhir-akhir ini tengah menumpuk karena Phuwin yang cuti, omega itu baru saja melahirkan anak keduanya beberapa hari yang lalu. Sedangkan saat ini mendekati hari kasih sayang, dimana semua toko bunga pasti tengah dibanjiri pesanan. Belum lagi letak toko mereka yang dekat dengan universitas, dan bulan depan juga akan dilaksanakan acara wisuda, pesanan di toko Fourth dan Phuwin terus membeludak.

Fourth nampak serius menatap layar di depannya, kedua alisnya mengerut membentuk cekungan yang cukup tajam. Sudah sepuluh menit seperti yang Fourth janjikan untuk meletakkan pekerjaannya sejenak dan menikmati makan siang dengan sang alpha.

"Kakak kalau laper, makan duluan aja, aku sebentar lagi kok!" Namun dari perkataan Fourth, tak ada tanda-tanda yang mengatakan bahwa omega itu akan selesai dengan pekerjaannya.

Hal ini membuat Gemini menghela nafasnya lelah, ia sebenarnya ingin bertemu dengan kekasihnya, namun Fourth malah sibuk begini. Mau tidak mau alpha tersebut mengambil kotak makan yang Krist bawakan untuknya dan Fourth, Gemini makan sendirian dihadapan Fourth yang sibuk seperti hari-hari yang lalu. Ia harus tiba tepat waktu di rumah sakit, pekerjaannya menunggu.

***

Suasana hati Gemini tidak begitu baik, Fourth mengabaikannya beberapa hari ini, selalu ada gawai diantara mereka saat kencan, Gemini hampir ingin membuang gawai Fourth sekarang juga.

"Dok, kalau sakit mending istirahat, jangan sampe teledor nanganin pasien, bahaya!"

Kla memperingati, salah satu perawat yang tengah bertugas bersama Gemini di poli. Beta itu menatap atasannya dengan iba, "Kalau ada masalah di rumah, tolong jangan bawa kesini, profesional ya!"

Mendapat peringatan dari sang perawat, Gemini mengangguk kecil, "Maaf kak, tolong panggilin pasien selanjutnya."

Hanya tersisa dua pasien anak lagi dengan keluhan demam dan yang lainnya sakit tenggorokan. Cuaca akhir-akhir ini sedang tidak menentu, mengakibatkan banyak pasien dengan keluhan demam dan radang, bahkan beberapa kali Gemini harus menyarankan pasiennya agar dirawat inap demi pengawasan penyembuhan.

Pasien terakhir telah selesai ditangani, ruangan telah sepi dari suara tangis para anak-anak yang menjadi keseharian Gemini, sang dokter spesialis anak. Alpha itu baru satu tahun menyandang gelar ini, dan saat ini dirinya juga dalam proses membangun kliniknya sendiri. Hidupnya hampir sempurna, bahkan ia telah mengikat Fourth menjadi tunangannya.

"Masalah Fourth lagi pasti?" Ujar sang perawat, menutup pintu ruangan yang telah sepi pasien, "Kali ini apa lagi?"

Gemini menatap perawat senior itu, lalu menghela nafas, "Biasalah kak, urusan kecil, paling nanti malem bisa selesai," Ujarnya santai, meski jika dipikir agak mustahil juga untuk berbaikan dengan sang omega dalam waktu sebentar saja.

Sang perawat mengangguk, "Memang harus begitu! Kalian udah mau nikah, jangan berantem terus, tapi komunikasi dibenerin," Nasehatnya tegas, "Udah ya, gue pergi dulu, kangen sama anak di rumah!"

"Kak Kan, kalau gue udah usaha, tapi Fourth nggak mau, gimana?"

Kan menaikkan sebelah alisnya, "Kalo Fourth nggak mau? Maksudnya?" Tas yang telah dipanggul Kan kembali diletakkan di atas meja, Kan lalu duduk di depan Gemini.

Alpha itu menghela nafas sejenak, menatap seniornya dengan lelah, "Beberapa hari ini, kita lagi jelek banget komunikasinya, Fourth sibuk banget, berasa gue sendirian yang mondar-mandir ngurusin pernikan ini. Padahal yang mau nikah gue sama Fourth," Gemini lagi-lagi menghela nafas.

Kan tersenyum maklum, sebagai orang yang lebih tua dan telah menikah belasan tahun, Kan telah melewati fase yang tengah Gemini hadapi, "Itu namanya ujian pernikahan, Dewi mau uji kalian sebelum kalian yakin mau mengikat satu sama lain di depan Dewi. Mungkin lo mau ngeluh kenapa selalu lo yang ngejar dan perjuangin Fourth? Tapi percaya sama gue, Fourth bucin mampus sama lo!"

Tok tok tok!

"Permisi, poli nya masih buka?" Tanya seorang omega cantik di ambang pintu seraya tersenyum simpul.

Kan pun tersenyum, lalu melirik Gemini, "Pak Dokter, kayaknya pasien yang ini perlu treatment khusus dari lo aja, jadi gue pamit undur diri."

Lalu perawat senior itu beranjak, bergegas pulang ke rumahnya, "Tolong pak dokternya jangan didiemin lagi ya dek Fourth, sempet linglung tadi!" Tuturnya dengan nada bercanda.

Fourth tersenyum seraya mengangguk, ia lalu melangkah menghampiri meja alphanya, "Kak, maafin adek ya dari kemarin diemin kakak terus, adek beneran keteteran ngurusin toko sendiri," Ujar Fourth meminta maaf. Kepalanya menunduk, bibirnya maju beberapa senti.

Sang alpha masih terdiam, pura-pura marah karena ingin melihat Fourth membujuknya.

"Harusnya adek bisa cerita ke kakak, biar kakak nggak khawatir, biar kakak nggak marah, adek minta maaf. Adek salah udah cuekin kakak dari kemarin."

Gemini mengerti, mengurus usaha kecil yang tengah berkembang itu tidak mudah, apalagi ketika Fourth sampai di rumah, ia harus merawat sang ayah dengan penyakit pikunnya karena ditinggal sang omega untuk selama-lamanya. Tenaga Fourth sudah tidak tersisa lagi untuk mengurusi orang lain lagi.

Kemudian kepala Fourth diusap lembut, "Kakak maafin, tapi adek harus janji ke kakak, harus selalu bagi beban adek ya? Sebentar lagi kan kita mau nikah, adek jangan stress, kakak bisa loh peluk adek, dengerin cerita adek, bahkan kalo adek mau nangis pun, kakak siap dengerin."

Mendengar hal tersebut, Fourth berdiri, beralih duduk di pangkuan alphanya, dan menangis tersedu-sedu, seperti anak kecil yang tengah mengadu, "Adek capek, kak! Semuanya kaya harus adek yang kerjain, padahal adek pengen istirahat sebentar aja!" Setelahnya, Fourth menangis kencang, memeluk erat leher tunangannya itu, Fourth butuh sandaran.

"Maafin adek ya kak yang terlalu fokus ke adek sendiri, padahal kakak juga sibuk, tapi masih mau ngurusin adek."

Gemini mengusap-usap punggung tunangannya, "Gapapa, gapapa kok! Kakak ngerti. Kakak nggak marah lagi, okey?"

"Pinky promise?"

"Pinky promise."




















Bersambung, siapa yang nungguin Gemfot nikah? Angkat tangan!

Spoiler: scene Gemfot nikah bakalan jadi ending cerita ini.

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang