57-Sebuah Nilai

545 69 2
                                    

Satu tahun kemudian...

"Pinter ya kamu pilih calon mantu! Udah cantik, ganteng, berpendidikan, sukses lagi! Bukan hoki lagi, dapet Jackpot kamu tuh!"

Ibunda Pond tersipu malu mendengar penuturan temannya yang memuji Phuwin. Karena hari ini adalah pembukaan cabang pertama toko bunga milik Fourth dan Phuwin, letaknya berada di dekat kawasan grup 'Lansia Merangkai Bunga' yang diikuti oleh ibunda Pond. Tujuannya Phuwin menambah cabang toko bunganya, karena ia ingin tinggal dekat dengan calon ibu mertuanya.

Lantas ibunda Pond itu membalas, "Makasih loh mbak! Emang beruntung saya tuh! Phuwin bela-belain buka cabang deket tempat kita supaya deket sama aku, apalagi sebentar lagi kan udah mau jadi mantu, nggak ada salahnya Phuwin mau deket sama mertuanya," Ujaran tersebut diangguki Phuwin tanda setuju.

Di dalam satu tahun, banyak sekali perubahan terjadi. Mulai dari kedekatan Phuwin dengan calon mertuanya, cabang baru toko yang Phuwin kelola bersama Fourth, serta persiapan pernikahan yang mulai dilakukan.

Dari Singto dan Krist, Gemini, serta Dunk dan alphanya telah memberikan restu kepada Pond sebagai imbalannya bertahun-tahun menunggu. Kesabarannya berbuah manis, dalam lima bulan ke depan, Phuwin akan menjadi miliknya.

"Loh? Kapan mau mantu? Katanya Pond sama Phuwin udah pacaran dari lama?" Tanya teman ibunda Pond.

Omega yang satunya menghela nafas, "Gara-gara si Pond gemblung itu yang nggak pernah bawa Phuwin main ke rumah, kita akhirnya nggak kenal dan restunya tertunda! Kalo Pond udah ngenalin kita dari lama, mungkin sekarang udah otw gendong cucu!" Keluhnya.

"Lho? Kenapa enggak Phuwin-nya aja yang main ke rumah?" Tanya temannya lagi.

Ibunda Pond menggeleng, "Gini ya sist, Phuwin enggak dateng karena kita enggak ngundang dia, itu nunjukkin kalo Phuwin punya nilai tinggi yang cocok sama keluargaku, dia nunjukkin ke kita kalo dia enggak bisa diremehkan, persis kaya kriteria mantu yang aku mau!"

Tak sengaja Phuwin mendengar percakapan sang calon ibu mertua dengan teman satu grupnya. Phuwin tersipu, mengetahui fakta bahwa ia benar diterima baik di dalam keluarga Pond sendiri. Memang selama satu tahun terakhir, Phuwin selalu datang ke rumah Pond ketika dirinya datang di jemput oleh alpha tersebut, selain itu Phuwin tidak pernah datang sendirian kecuali sang papi meminta Phuwin mengirimkan sesuatu kepada calon besan. Phuwin juga punya harga diri, bahkan diantara kedua saudaranya, Phuwin adalah yang memiliki ego paling tinggi.

"Phuwin! Sini!"

Omega yang namanya dipanggil itu mengangkat kepala, tersenyum kepada calon ibu mertua, berjalan menghampirinya.

Ibunda Pond kemudian merangkul Phuwin erat, "Kenalin, ini temen jaman bunda dulu kuliah, anaknya sekarang lagi kuliah S2 bahasa Jerman, sama kaya Phuwin ya?"

Phuwin hanya mengangguk seraya tersenyum.

Lalu ibunda Pond itu kembali melanjutkan, "Phuwin ini tapi sekarang udah selesai kuliah S3, saya bangga banget punya mantu kaya dia! Punya semangat yang tinggi buat belajar, bahkan kalo dia mau ambil gelar Doktor pun aku dukung lho!"

Kalimat yang sama berulang kali terucap oleh wanita tua tersebut, setiap Phuwin dikenalkan oleh orang baru di sekitar keluarga Pond, omega itu selalu dibanggakan oleh ibu mertuanya.

"Percuma kuliah tinggi-tinggi, akhirnya cuma jualan bunga!" Cela teman ibunda Pond, khas ekspetasi orang tua zaman dahulu.

Namun Phuwin tetap diam dan tersenyum ramah, menghormati orang tua meskipun kata-kata orang tersebut sedikit menggores egonya.

Tapi, Ibunda Pond tak akan diam saja, "Eh, enak aja! Nggak percuma Phuwin kuliah tinggi! Kalo mau alpha yang pintar, omega juga harus pintar! Biar nggak kena injak-injak sama orang kaya kamu!" Seru ibunda Pond, "Ayo kita pergi aja, nak! Nggak mau bunda di sini lagi! Huh!"

***

Acara peresmian toko bunga milik Fourth dan Phuwin itu selesai sesaat sebelum makan siang. Kedua omega itu sedikit banyak mengawasi peralatan yang digunakan dalam acara pagi ini, dan memastikan bahwa bunga-bunga yang terpajang merupakan bunga yang masih segar. Setelahnya, Fourth segera menarik Phuwin ke sebuah kedai mie untuk mengisi perut kosong mereka.

"Akhirnya makan juga, selamat makan!" Ujar Fourth senang, lalu menyantap makanannya dengan riang.

Kedai mie itu tidak terlalu ramai, mungkin karena ia berada di pinggiran kota, tapi cita rasa yang luar biasa, Fourth akan menjadikan kedai ini sebagai tempat favoritnya. Terlihat dari caranya menikmati makanannya, berkali-kali omega itu tersenyum ceria, sungguh menghangatkan hati Phuwin.

"Makan yang banyak, bocil! Biar enggak kecil terus!" Ujar Phuwin asal, mengundang kerutan kening pada yang lebih muda, tanda tak suka. Phuwin tahu, hanya Gemini saja yang boleh memanggil Fourth dengan sebutan tersebut.

Fourth menelan kunyahanya, "Bang, lo abis ngelakuin kebaikan apa sih? Bundanya pak Pond bisa baik banget sama lo," Tanyanya penasaran.

Mendengar pertanyaan tersebut, Phuwin terdiam sejenak, kemudian menjawab seraya tersenyum, "Mungkin ini karena gue nggak nyerah sama hidup gue. Lo tau sendiri kan masa remaja gue gimana? Bahkan dulu Gemini pun nggak mau nyapa gue," Jelasnya.

"Rasanya dulu gue mau mati aja, jadi anak selingkuhan itu nggak enak banget! Apalagi gue anak diluar nikah, aib banget gue dulu. Kayaknya ini buah dari kesabaran gue, karena gue nggak nyerah, gue dikasih papi Krist yang sayang sama gue tanpa mandang hubungan darah, dan sekarang keluarga alpha gue yang nerima gue banget!" Nafas Phuwin tercekat, ia lalu meminum teh manisnya.

Ia lalu tersenyum pada calon adik iparnya, "Setelah gue nikah, pasti Gemini bakaln ngebet banget buat usaha dan ngelamar lo, meskipun gue sama kak Dunk enggak bakalan pergi jauh-jauh, tapi kewajiban kita lebih besar ke alpha masing-masing, gue titip papi daddy ke lo dan Gemini ya?"

Fourth hanya tersenyum seraya menggenggam tangan calon kakak iparnya.

















Bersambung

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang