Gemini terkesiap, ia menatap sorot sendu di depannya. Bagaimanapun, pertanyaan Fourth harusnya sudah diperkirakan akan keluar juga. Namun alpha jangkung tersebut merasa sesak untuk menjawab.
"Kak, chat gue juga nggak pernah lo bales, lo masih marah soal Aun?" Crerca Fourth ingin tahu, "Ini udah dua bulan, lo bentar lagi mau lulus, gue nggak suka lo diemin gini, kak!"
Remaja yang lebih tua mendesah pelan, "Fourth, gue mau ke Belanda, mau kuliah di sana bareng bang Phu," Akhirnya Gemini membuka suara, "Gue harus biasain diri gue, dan lo, karena Belanda Indo tuh jauh! Perbedaan waktunya juga nggak satu-dua jam aja. Makanya mulai dari sekarang, pelan-pelan gue jarang hubungin lo..."
"Bukan jarang lagi, nggak pernah!" Fourth menyela dengan mencebik, mengundang kekehan dari yang lebih tua, "Maaf, mau es susu rasa apa lagi biar lo mau maafin gue?"
Fourth mendelik marah, "Lo pikir gue anak kecil yang mau di sogok pake es susu?!" Geram omega mungil tersebut, "Rasa melon,"
***
Phuwin tersenyum meledek adiknya yang berjalan melalui dirinya meraih kunci motor kesayangannya yang tergantung di gantungan khusus kunci kendaraan, "Punya gebetan nih akhirnya?"
"Apa? Orang gue mau keluar sama Fourth!" Gemini menyambar kunci motornya, "Pi, aku keluar sebentar sama Fourth, ke pujasera,"
Krist hanya mengangguk santai mengizinkan, "Jangan malem-malem pulangnya, kamu bawa omega," Timpal Singto yang duduk di sebelah omeganya.
"Siap!"
Si bungsu lalu mengeluarkan motornya kemudian pergi menjemput Fourth untuk menepati janjinya pergi berdua ke kedai es susu yang berada di pujasera. Ternyata Fourth sudah menunggu di teras rumahnya, tidak mengizinkan Gemini berpamitan pada kedua orang tua Fourth karena masih ada perang dingin diantara mereka.
Gemini tanpa sengaja mencium wangi white musk yang ia tahu berasal dari Fourth, "Ini kenapa lagi? Wangi banget lo? Salting mau jalan sama gue?" Alpha itu tahu jenis wangi ini bukan jenis wangi yang memabukkan atau mencekik, melainkan wangi manis yang cukup membuatnya nyaman.
Mendengar penuturan yang lebih tua, Fourth berdecak sebal, "Tau, ah! Ayo udah kita berangkat aja!"
"Fourth, pake scent blocker, gue tungguin," perintah Gemini tegas, tidak bisa Fourth lawan.
Omega galak itu akhirnya menurut, dalam lima menit Fourth kembali dengan wangi yang sudah netral lagi, "Udah, ayo jalan!"
Motor yang hanya menjadikan Fourth sebagai penumpang saat Gemini pengendaranya itu malam ini hanya berisi keheningan. Tapi entah mengapa rasanya nyaman, dan tanpa sadar, Fourth memeluk pinggang ramping alpha di depannya.
Sedangkan remaja yang mengemudi itu tak mengeluarkan komentar, ia sangat menyukai saat Fourth bermanja dengannya. Biarlah seperti ini untuk sementara, setidaknya untuk kewarasan mental Gemini.
Pujasera, atau kini orang-orang lebih mengenalnya dengan food court, jajaran kios penjual makanan yang buka dua puluh jam sehari itu menjadi tempat kesukaan sepasang sahabat tersebut.
Gemini memarkirkan motornya, sedangkan Fourth mengedarkan matanya mencari tempat duduk. Pokoknya hari ini omega manis itu ingin memuaskan dirinya memerintah Gemini ini dan itu, "Kak, gue duduk di sana, lo yang pesen es susunya!" Tanpa menunggu balasan Gemini, Fourth berjalan cepat menuju tempat duduk yang dekat dengan danau.
Berhiaskan lampu-lampu temaram, sudut dekat danau food court ini sepertinya memang sengaja di rancang untuk para pasangan muda yang berpacaran, suasana yang romantis itu dilengkapi dengan live musik yang cocok dengan kawula muda.
Fourth memangku wajahnya diatas kedua tangan yang menyatu, menikmati kombinasi lagu beraransemen akustik dengan semilir angin malam tepian danau, serta aroma feromon ratusan orang yang bercampur di tempat umum, sedikit menenangkan pikiran Fourth yang berkecamuk memikirkan banyak hal di usia tujuh belas tahunnya itu.
Bukan malam minggu, tapi cukup ramai pengunjung karena berada di ujung terluar komplek perumahan dan mudah di akses oleh kendaraan apapapun. Tapi Fourth masih bisa menemukan tempat duduk dengan mudah dan langsung melamun.
"Es susu rasa melon mbak Jani spesial buat tuan muda Fotfot, siap!"
Omega manis itu terkikik geli melihat pesanannya tersaji di atas meja dengan tingkah acak Gemini yang tiba-tiba seperti pelayan. Membuat suasana hati Fourth jauh lebih baik, "Thanks," Ucap si omega lalu menyuap satu sendok pertamanya yang selalu nikmat.
Sedangkan Gemini juga memesan es susu dengan rasa coklat yang diberi taburan serbuk susu di atasnya, pesanan yang tidak pernah berubah sejak kios mbak Jani berdiri.
Fourth tersenyum mengamati alpha di depannya yang sampai terpejam menikmati, "Segitu enaknya sampe merem-merem begitu?" Ledeknya.
Lalu Gemini menggeleng, "Nggak, gigi gue ngilu,"
"Ada yang bolong, kali?" Celetuk Fourth segera.
"Mungkin," Tukas Gemini seraya meletakan sendoknya lalu menatap lurus Fourth, "Tapi hati gue lebih ngilu," Alpha itu berbicara serius.
"Ke-kenapa?"
Tangan kiri Fourth yang menganggur di meja itu digenggam Gemini, "Maaf, gue nggak ada di samping lo waktu itu, waktu lo butuh gue peluk. Daddy papi sama ayah papa nggak kasih izin kita ketemu dulu, lo sekarang masih sedih, kan?"
The real green alpha, pikir Fourth yang hampir gila dengan perlakukan alpha di hadapannya ini. Fourth terdiam, menunduk memandang tangannya yang di genggam hangat tangan pemuda di depannya. Pikirnya berkecamuk, semrawut serta kusut. Rasa takut, malu, takut kehilangan, rasa bersalah akan kelakuannya selama ini kepada Gemini terus menghantam kewarasannya.
"Kak, dari semua hal jelek yang gue lakuin ke lo, perasaan lo yang gue sakitin berkali-kali, semua kelakuan gak tau diri gue, kenapa lo masih bisa senyum dan treat gue sebaik ini? Lo juga nggak ada rasa marah sama sekali," Cerca Fourth mengeluarkan seluruh keluh kesahnya, "Kak, kemarin pas awal masuk sekolah, lo nggak keliatan sama sekali, lo malah biarin gue sama Aun dan..."
Gemini berpindah tempat duduk menjadi di samping Fourth, memeluk tubuh yang rapuh untuk menangis, sama seperti saat alpha itu menangis di pelukan kedua kakaknya, "Maaf ya, Fourth? Maaf gue ngilang gitu aja, nggak lindungin lo-"
"Kak, stop nyalahin diri sendiri! Gue yang kurang ajar sama lo!" Fourth menatap lurus alpha di depannya dengan wajah basah air mata, mengabaikan embun yang bertambah banyak dari mangkok di meja mereka.
Kedua netra jernih itu saling menatap lurus, lalu Fourth terisak, "Gue yang harusnya minta maaf, selama ini gue bodoh banget sia-siain lo cuma buat ditarik masuk sama Aun ke hubungan yang nggak jelas itu-"
"Fourth..."
Omega itu menutup wajahnya, "Gue cuma dijadiin bahan taruhan gengnya Aun..." ucapnya frustasi.
"Gue tau, gue tau semuanya," ujar Gemini sendu, "Gue nggak pernah pergi kemana-mana, semuanya masih sama,"
Fourth mengangkat wajahnya, semakin merasa bersalah kepada alpha di depannya, "Kak, gue bakal jadi orang terjahat dan paling nggak tau diri, kalo gue ada di deket lo terus, padahal gue orang yang paling bikin lo menderita,"
"Tapi gue nggak mau jauh-jauh sama lo,"
Sorot yang lebih tua itu selalu lembut, memporak-porandakan seluruh kewarasan jiwa omega manis bermarga Vihokratana tersebut. Tatapan Gemini tidak pernah berubah sejak awal mereka bertemu.
"Harusnya nggak kaya gini, kak-"
"Harus kaya gini, Fourth, hati gue nggak mau jauh-jauh. Biar orang bilang gue bodoh, tapi emang gini adanya gue..." Potong Gemini dengan senyumnya, "Mau coba? Anggep aja bentuk permintaan maaf dari lo, seenggaknya sampe gue berangkat ke Belanda sama bang Phu,"
Bersambung, tuh Vee baik, kan?😌

KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Cemara
De TodoOmegaverse! Kerusuhan tiada akhir dari tiga bersaudara Dunk-Phuwin-Gemini yang hampir bikin papi Krist naik pitam, tapi selalu ada Daddy Singto yang jadi pereda emosi papi. Gimana gak emosi? Phuwin sama Gemini akurnya cuma pas Alphanya kak Dunk date...