Helaan nafas telah Fourth hembuskan entah sudah berapa kali hari ini, sorot matanya kosong meskipun wajahnya menghadap sang papa yang terbaring lemah di depannya.
Rasanya lelah bukan main, sudah satu tahun terakhir dirinya mondar-mandir ke ruangan ini, menunggui omega yang telah melahirkannya, bergantian dengan sang ayah, berdoa pada Yang Kuasa memohon kesembuhan. Namun nampaknya Dewi belum berniat mengabulkan doa Fourth dan Tay, karena New masih setia memejamkan matanya dan justru kian memburuk seiring bergantinya hari.
"Ayah berangkat kerja dulu, titip papa, ya? Nanti siang ayah balik lagi, kita makan siang bareng,"
"Ayah, kalau Fourth nikah nanti, apa papa bisa dampingin Fourth kaya kakak-kakaknya kak Gemini yang di dampingin papi Krist?"
Pergerakan Tay mengemasi barangnya itu terhenti, melihat putra satu-satunya memandang kosong ke arah New yang terbaring lemah. Tay menghela nafas, ia mengurungkan niatnya bergegas, justru kembali duduk bersama Fourth, "Pasti bisa! Papa New kan kuat!" Tutur Tay berusaha optimis.
Tay tahu, usia Fourth yang telah beranjak dewasa itu juga membuat Fourth telah mengerti segalanya, termasuk penyakit yang New sembunyikan selama ini hingga omega itu berada dalam kondisi terparah karena tidak ditangani dengan baik. Kekhawatiran Fourth juga dimengerti, Tay sangat mengerti, takut kehilangan New setiap hari menggerogoti dirinya, apalagi saat dokter mengatakan jika New sudah tinggal menunggu waktu.
"Fourth bukan lagi anak kecil yang bisa ayah tenangin dengan kebohongan, Fourth tau, nggak ada harapan lagi buat papa, terus Fourth harus gimana?" Omega itu terisak, menutupi wajahnya yang sudah basah air mata.
Segera Tay memeluk putranya, mengusap punggungnya yang rapuh itu, bergetar menghadapi kenyataan.
Tay berucap tegas, "Fourth nggak sendiri, Fourth masih punya ayah."
Gagal ginjal, New telah mengidap penyakit tersebut sepuluh tahun terakhir, namun New menolak untuk melakukan pengobatan. New berpikir berobat akan membuatnya sakit, semakin tidak berdaya, dan kehilangan waktu bersama keluarganya. Namun beberapa tahun terakhir, New mulai merasakan penyakit ini semakin menyerangnya, mengganggu aktivitas hariannya, dan membuatnya tidak nyaman sama sekali.
Saat Fourth mengetahui ini semua, anak itu sungguh kecewa, sedih, semua kemungkinan terburuk memenuhi pikirannya. Setiap hari, Fourth selalu membujuk sang papa agar menjalani pengobatan, namun New tetap bersikeras, ingin hidup normal tanpa obat-obatan setiap hari.
"Kenapa papa ngeyel banget ya? Fourth cuma mau papa hidup lebih lama, pengen nanti papa nemenin kita sampe Fourth punya anak, punya cucu, kenapa papa nggak mau ngerti?!" Ujar Fourth tersedu-sedu.
Puncaknya ketika Fourth tengah berada di acara kelulusan Gemini, New dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya sangat memprihatinkan. Lagi-lagi membuat Fourth kecewa, marah kepada dirinya sendiri, karena gagal merawat orang tuanya.
Tok tok!
"Permisi, keluarga tuan New?"
Tay dan Fourth menoleh kearah pintu, seorang dokter dan dua orang perawat di belakangnya datang berkunjung, memeriksa keadaan pasiennya, berharap ada perkembangan baik yang ditunjukkan oleh New.
Tay Dan Fourth berdiri, mundur beberapa langkah demi memberikan ruang bagi para perawat yang memeriksa New, sambil berdoa memohon kesembuhan.
Namun sang dokter menghela nafas, menatap iba kepada keluarga pasien, "Ini sudah lima bulan pak New nggak sadarkan diri, bahkan obat kami juga hampir mustahil membantu pak New," Dokter menjeda, menepuk bahu Tay menguatkan, "Saya sarankan untuk mengikhlaskan omega anda, pak. Karena pak New juga sudah nggak mungkin untuk bertahan."
Tubuh Fourth ambruk seketika, tatapannya makin kosong, tak ada lagi yang bisa menopangnya, Fourth membeku di sana.
***
"Kak!"
Gemini berhenti berlari ketika Fourth segera berdiri dan memeluknya, pelukannya begitu erat lalu kemudian Fourth menangis kencang, omega itu langsung menangis dipelukan sang alpha, karena sedari tadi Fourth terus diam di kursi tunggu ruangan sampai Gemini dan orang tuanya itu datang.
Sedangkan Singto dan Krist menyapa Tay yang duduk di sebelahnya, "Lo nggak bercanda, kan?!" Desis Singto pada Tay.
Ayah Fourth menggeleng lemah menjawab pertanyaan Singto, "Gue sama Fourth udah bertekad buat ikhlasin New, dokter bakal lepas alat medisnya kalau keluarga gue sama keluarga New udah sampe dan pamitan sama New," Tay semakin menundukkan wajahnya, kemudian dipeluk Singto demi menguatkan alpha itu.
Suasana begitu muram, Fourth dan Tay begitu kehilangan New sebagai sosok yang mereka sayangi. Apalagi Fourth, ia masih membutuhkan New disampingnya, ia masih merasa terlalu kecil untuk ditinggalkan New.
Omega itu menangis dipelukan Gemini, belum berhenti selama beberapa waktu, hingga omega itu melorot dari tubuh alphanya, Fourth pingsan karena kelelahan.
"Biar Gemini yang urus Fourth, kalian tunggu di sini aja," Dengan sigap, Gemini menggendong omeganya, membawanya ke unit gawat darurat untuk mendapatkan setidaknya penanganan pertama. Karena Gemini tahu, omeganya tengah stress saat ini.
Di ruang gawat darurat, Fourth telah mendapatkan infus vitamin, karena imunnya amat menurun. Omega itu belum siuman, sehingga Gemini harus berada selalu di sisinya. Dokter muda itu memandang Fourth lesu, penuh kekhawatiran, peristiwa yang menimpa omeganya ini sungguh membuat Fourth kehilangan senyumnya, nafsu makannya, bahkan dirinya sendiri.
Gemini mengusap surai Fourth lembut, "Dunia jahat banget ya sama lo, cil? Tapi tenang aja, gue bakalan ada selalu di sini sama lo!" Gumam Gemini parau, "Bocilnya gue! Lo sebaik ini, tapi kenapa cobaan lo berat banget?"
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Cemara
RandomOmegaverse! Kerusuhan tiada akhir dari tiga bersaudara Dunk-Phuwin-Gemini yang hampir bikin papi Krist naik pitam, tapi selalu ada Daddy Singto yang jadi pereda emosi papi. Gimana gak emosi? Phuwin sama Gemini akurnya cuma pas Alphanya kak Dunk date...