12. Sejarah Terulang

804 19 0
                                    

Hallo semunya, kembali lagi bersama Nayanka Aella. Aku harap kalian suka sama cerita ini. Tolong berikan aku feedback agar semakin menulis dengan baik.

Bye-bye

Selamat membaca...

----

Arsen menuruni tangga untuk menghampiri putrinya dan istrinya yang terlihat sedang bersenda gurau di ruang tamu.

“Gerangan apa yang membuat anak papi ini bahagia sekali?” tanya Arsan membuat atensi tertuju kepadanya.

“Rahasia.” Jawab Kara tersenyum misterius.

Arsen tertawa sambil mengusap rambut putri semata wayangnya penuh kasih sayang. Bagi Arsen, Kara adalah berkat terbaik yang di berikan tuhan untuknya.

Dulu, jauh sebelum Arsen bertemu dengan istrinya Hera, Arsen hidup bebas tanpa aturan. Club, alkohol, rokok, narkoba dan sex bebas seolah menjadi kebiasaan. Arsen juga berkali-kali memohon ampun untuk semua tingkah buruknya di masa lalu.

Banyak perempuan yang dulu menjadi korban kebejatannya. Arsen juga tidak akan melupakan dosanya yang dulu memaksa pacarnya untuk melakukan aborsi berkali-kali sampai akhirnya perempuan itu meninggal dunia karena komplikasi. Dan bukannya insaf, ia malah kembali melakukan dosa itu dengan perempuan lain.

Setelah semua perbuatan buruknya, tuhan malah berbaik hati mengirimkan Hera untuknya. Tapi sebelum itu, Arsen sudah pernah menghadapi hidupnya yang terasa p ada di ambang kematian.

Sekarang Arsen merasa takut mengingat semua keberengsekannya. Terkadang, Arsen merasa takut melihat Kara melangkah keluar dari jangkauannya. Kalau bisa Arsen ingin Kara hanya diam di rumah saja tanpa pergi kemana pun.

Tapi mengekang putri kesayangannya seperti itu pasti membuat Kara tidak akan bahagia. Dan Arsen  tidak ingin hal itu sampai terjadi. Arsen rela melakukan apapun asalkan Kara bahagia.

“Oh, sekarang kamu sama Mami main rahasia-rahasia ya sama Papi.” Tutur Arsen pura-pura merajuk.

“Jelek tahu wajah kamu kalau di gitu-in!” mendengar penuturan istrinya, Arsen semakin memberengut.

“Jelek-jelek gini juga suami kamu.” Hera tertawa pelan sebelum membuat wajah Arsen semakin tertekuk. “Aku kan kasihan dulu lihat kamu nangis-nangis waktu lamar aku.” Kemudian Hera kembali tertawa bersama Kara.

“Pantas aja kok Mami mau sama Papi yang jelek.” Kara memekik saat Arsen mendekapnya dengan sangat kuat.

Bukannya kesakitan, Kara malah tertawa di balik dekapan Arsen. “Kalau Papi Jelek kamu juga jelek! Kamu kan mirip Papi.” Arsen tidak terima di bilang jelek. Mana mungkin dulu ia jadi idola kalau bukan karena wajahnya yang tampan.

Hera hanya bisa tersenyum melihat keakraban antara suami dan anaknya. Siapapun yang pernah bertemu Arsen di masa lalu pasti tidak akan percaya kalau dia bisa menjadi Papi yang baik.

Menerima lamaran Arsen di masa lalu merupakan salah satu keputusan terbaik bagi Kara. Terlepas dari bagaimanapun masa lalu Arsen, nyatanya pria itu tetaplah suami dan Papi yang baik.

Hera percaya kalau seburuk dan sekelam apapun masa lalu, siapapun berhak mendapatkan masa depan yang baik. Begitu pula Arsen yang sudah menyesali semua perbuatannya.

“Udah Ar, nanti Kara kehabisan nafas.” Tegur Hera melihat Kara yang wajahnya sudah memerah.

“Maaf-in Papi ya sayang.” Arsen langsung menuruti Hera untuk melepaskan Kara. Benar saja kalau wajah putrinya sudah memerah.

Shattered Dreams (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang