42. Iblis bernama Deka

784 33 6
                                    

Kepercayaan adalah hal yang rentan untuk di salah gunakan. Sering kali menyisakan kekecewaan. Terkadang, kepercayaan memang hanya ungkapan manis dari kebohongan yang belum terungkap.

Dahulu Aileen punya Papi yang sangat di sayang dan di cintainya. Papi yang hanya menjadi miliknya dan Maminya. Dulu Aileen punya keluarga yang selalu membuat teman-temannya iri. Tapi ketika kebohongan terungkap, Aileen jadi tahu kalau Papi bukan hanya miliknya dan Maminya.

Ternyata diam-diam, Papinya telah menghianati kepercayaan yang di berikan olehnya dan Maminya. Papi yang selalu Aileen anggap sebagai malaikat berubah menjadi sosok iblis yang tidak di kenalinya.

Kini, semua kenangan manis bersama sang Papi telah Aileen kubur sedalam-dalamnya, bersamaan dengan Maminya yang telah menyatu dengan tanah. Itulah akhir menyedihkan dari potret keluarga sempurnanya.

Lalu, kenangan buruk itu perlahan naik ke permukaan bersama sahabat yang sangat di percayanya. Deka berubah menjadi iblis seperti Papinya dulu.

Sangat sulit untuk di percaya ketika sahabat yang tahu bagaimana akhir dari Maminya malah melakukan hal sejahat itu kepada Kara.

Demi kembali mendapat pengakuan dan cinta semu yang berisi kebohongan, Maminya rela melakukan apapun. Bahkan sampai di akhir hayatnya pun, hanya satu yang Maminya inginkan, yaitu mendapat ungkapan cinta dari Papinya.

Namun, jangankan memenuhi keinginan terakhir Maminya, sang Papi bahkan tidak datang ke pemakaman Maminya. Kisah itu sudah Aileen kubur cukup lama tapi Deka berhasil membuatnya kembali mengingat akhir dari keluarga sempurnanya.

Sampai hari ini pun, Papinya tidak pernah datang untuk menemuinya. Walaupun Aileen selalu menerima sejumlah uang dari rekeningnya. Aileen juga tidak berniat mencari Papi yang telah membunuh Maminya. Bagi Aileen, Papinya telah mati bersamaan dengan potret keluarga sempurnanya yang hancur.

“Kenapa lo sejahat itu sama Kara, Ka? Lo lupa sama apa yang terjadi sama Mami gue?!!”

Deka hanya mampu diam dengan kepala menunduk. Tidak mungkin, ia melupakan kejadian yang menimpa Aileen. Bahkan ia masih ingat saat-saat Aileen menangis tanpa suara. Ia tidak mungkin melupakannya.

Tapi bagi Deka, ada perbedaan yang sangat besar antara Aileen dan Kara. Deka menganggap satu-satunya perempuan yang harus di jaga dan di perlakukan dengan baik hanyalah Aileen. Bukan Maminya ataupun Kara.

“Jawab gue, Ka! Kenapa lo sejahat itu sama Kara?!!”

“Ai, aku enggak tahu apa-apa. Aku enggak ngerti tentang surat ini dan aku juga enggak paham sama omongan kamu, Ai.” Deka memilih untuk mengelak dan membantah semua tuduhan Aileen sekalipun ada bukti yang sulit untuk di bantahnya.

Reaksi yang di berikan Aileen sesuai dengan dugaan Deka. “Terus surat aborsi atas nama Kara dan lo sebagai penanggung jawabnya itu apa? Lo mau bilang itu palsu?!”

Deka mengangguk. “Mungkin aja kan! Kara bisa aja membuat surat itu karena enggak terima kalau hubungan kami selesai.” Melihat Aileen yang tampak mulai terpengaruh membuat Deka tersenyum dalam hati. “Ai, Kara enggak sepolos yang dia perlihatkan.”

“Gitu ya? Jadi ini semua cuma salah paham?” Aileen menunduk dengan wajah tersenyum.

“Kenapa Ai?” tanya Deka saat merasa ada yang aneh dengan Aileen.

Tidak ada jawaban apapun yang keluar dari bibir Aileen. Namun, tindakan Aileen melempar tas yang di bawanya membuat semua yang ada di ruangan itu kaget. Terutama Deka.

Wajah Deka langsung pucat pasi saat melihat pil ekstasi berhamburan di lantai. Belum lagi sabu yang berceceran dan jarum suntik yang berserakan.

“A-aku...” Deka sangat gugup sampai tidak bisa melanjutkan ucapannya.

Apa jangan-jangan bukan Kara yang memberikan surat aborsi itu kepada Aileen?

Jika perkiraannya benar, itu artinya Aileen telah menggeledah apartemennya kan?

Senyum di wajah Aileen membuat Deka mendapat firasat buruk. “Jadi, alasan apa lagi yang mau lo kasih?”

“A-aku minta maaf.” Deka menatap dengan memohon kepada Aileen. “Sama siapa?” Aileen tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya saat Deka hanya bisa diam.

“GUE TANYA?! SAMA SIAPA LO MINTA MAAF?!!” teriak Aileen saat tidak ada reaksi dari Deka.

Situasi yang makin tegang membuat Raident berinisiatif untuk melerai pertengkaran itu. “Ayo pulang, Ai. Itu urusan Deka sama Kara, biarin mereka selesai in berdua.” Ajak Raident yang langsung di tolak oleh Aileen.

“Lepas!”

“LEPAS RAI!” teriakan Aileen membuat Deka sangat terkejut.

“Kamu dan Deka sama-sama brengsek! Kamu pasti tahu kan, kesalahan sahabat kamu itu?  I’m disappointed with you, Rai.” Setelahnya Aileen langsung menepis tangan Raident yang ada di bahunya.

“Jangan ikut campur!” tunjuk Aileen kepada Raident.

Sementara itu Deka masih merasa linglung karena semua rahasianya sudah di ketahui oleh Aileen. Ia tidak siap kalau harus menghadapi kebencian Aileen. Karena Aileen lebih berharga dari dirinya sendiri.

“Aku enggak cinta sama Kara, Ai.” Akui Deka.

Nafas Aileen terasa tercekat. Jantungnya terasa di remas oleh rasa sakit yang membara. “Kenapa kamu terima Kara kalau enggak cinta?” 

Deka menunduk tidak berani beradu dengan tatapan Aileen yang memancarkan rasa sakit. “Aku cuma main-main.”

“Main-main?”

Brengsek! Main-main apa yang membuat orang lain sampai bertaruh nyawa. Perasaan sesak yang telah lama Aileen lupakan kembali membuncah memenuhi dadanya.

Air mata Aileen jatuh begitu saja. Hatinya terasa sesak dan sakit. Deka benar-benar telah berubah menjadi iblis.

Karena tidak kuat lagi menahan sakit dan amarah yang membuncah di hatinya, hingga tanpa ragu Aileen maju dan menarik kerah baju Deka.

“Kara overdosis gara-gara obat sialan lo itu brengsek!”

“Lo cowok brengsek yang isi otaknya cuma selangkangan.”

“Lo pembunuh! Lo pembunuh Deka!”

“Gara-gara lo Kara harus di bawa ke rumah sakit!! Semua karena lo brengsek!!!”

Tangisan Aileen semakin menjadi bahkan jeritannya terdengar sangat sakit dan menyayat hati. Siapapun yang ada di ruangan itu tidak berani berkata sepatah kata pun karena itu hanya akan membuat Aileen semakin sakit.

Namun, respon Deka membuat Aileen kehabisan kata-kata.

“Jadi, aku harus gimana Ai?!” nada dingin Deka membuat Aileen tidak habis pikir.

Tapi, ternyata semuanya tidak sampai di situ saja.

“Kalaupun dia mati, aku enggak peduli, Ai!”

----

Hai semuanya!!

Kasih sumpah serapah kalian semua buat Deka!!

Bab ini tuh kerasa berat banget buat aku tulis. Aku minta maaf kalau ada yang enggak nyambung atau tulisannya kurang.

Untuk sekarang aku lagi benar-benar mentok. Tapi aku janji akan revisi ke kalian.

Jangan lupa tinggalkan jejak!

*Vote dan Comen

Shattered Dreams (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang