28. Basah

767 19 0
                                    

Selamat membaca...

----

Langit tertutup awan gelap yang siap menumpahkan cintanya pada bumi, di sertai angin kencang yang membuat langkah Kara menjadi goyah.

Di sepanjang jalan, Kara merasa kosong walaupun sekelilingnya ramai oleh orang-orang yang tengah berbincang. Kakinya terus melangkah tapi sejak awal Kara tidak tahu harus melangkah kemana.

Segala hal meracuni pikiran Kara. Ah, tidak. Perkataan Raident tempo hari masih mempengaruhi kepala Kara. Sikap Raident yang berubah sangat mengganggu konsentrasi Kara.

Bahkan selama di sekolah tadi, Kara merasa di acuhkan dan di asingkan. Tidak ada satu pun yang menyapanya, seolah-olah ia makhluk kasat mata.

Apa ia benar-benar tidak pantas di samping Deka?

Hal-hal yang terjadi akhir-akhir terasa sangat berat untuk Kara lalaui. Banyak hal terjadi dan berlalu begitu saja meninggalkan Kara dengan segudang masalah.

Apakah salah mengejar apa yang kita cintai? Kara pikir itu hak dan keputusannya. Tapi, kenapa semua orang malah mencampuri urusannya dan menyalahkannya. Kara sungguh lelah untuk berpikir lagi.

Brum!

Kara langsung mematung saat tubuhnya basah akibat sebuah mobil yang melaju di sampingnya. Bagaimana mungkin ia bisa se-sial ini?

“Aarghh...” jerit Kara sangat kesal.

Tidak cukupkah semua kesialan yang di terimanya?

Namun, saat pandangan Kara beralih pada mobil yang baru saja mencipratkan air padanya, semua sumpah serapah dan rasa kesal itu tertelan begitu saja.

Mobil Porsce Panamera black itu sangat familier bagi Kara. Tunggu, bukankan itu mirip mobil kekasihnya? Kalau itu kekasihnya, kenapa tidak membawa Kara ikut serta? Apa Deka tidak mengenalinya? Kara rasa itu mustahil.

Hal itu karena Deka pernah mengenali Aileen di saat mereka sedang jalan berdua di Mall. Kara ingat kejadian itu sampai sekarang.

Waktu itu mereka kencan di salah satu Mall terbesar di Jakarta. Posisi mereka sedang berjalan-jalan  dan tepat sepuluh meter dari mereka berdiri, ada seorang perempuan memakai dress merah muda dengan motif bunga.

Awalnya ia acuh dan tidak peduli tapi Kara dengan jelas mendengar Deka bergumam nama Aileen saat melihat perempuan itu. Kara sempat ragu dan tidak yakin. Namun, saat perempuan itu berputar, Kara bisa melihat wajah Aileen dengan jelas.

Kara sempat bertanya, bagaimana Deka bisa tahu? Tapi saat itu Deka hanya berkata kalau dia memang mudah mengenali orang-orang yang di kenalinya. Bukankah ia salah satunya? Mereka bahkan sepasang kekasih, bagaimana bisa Deka tidak mengenali dan melewatinya begitu saja?

Kalau itu Aileen, Gue pastikan kalau lo enggak akan pernah bisa memenuhi standarnya.

Perkataan Raident kembali meracuni pikiran Kara. Tidak, Kara ingin membantah tapi semua yang terjadi akhir-akhir ini seakan mengatakan bahwa semuanya benar.

Tapi, Aileen itu pacar Raident dan Raident itu sahabat Deka. Mereka tidak mungkin mengejar perempuan yang sama kan? Kara lekas menggeleng saat sadar kalau ia sudah berpikir terlalu jauh.

“Enggak mungkin!” gumam Kara membantah semua yang ada di kepalanya.

Saat mencoba berpikir positif, Kara malah teringat kedekatan Aileen dan Deka akhir-akhir ini. Keduanya tidak terlihat canggung sama sekali saat merangkul satu sama lain.

Kara tahu kalau mungkin Aileen hanya menganggap Deka sebagai teman. Tapi, bagaimana dengan Deka? Lagi pula, Kara tidak pernah tahu masa lalu mereka. Bisa saja ada yang mereka rahasia kan. Kara harus mencari tahu dan memastikannya sendiri.

Shattered Dreams (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang