Selamat Membaca...
----
Kara terdiam saat Deka mengulurkan sebatang rokok kepadanya. Dengan tatapan yang enggan Kara menatap Deka memohon agar tidak memaksanya menyelipkan rokok itu di antara kedua bibirnya.
Akan tetapi, hanya dengan melihat Deka yang mengangkat sebelah alisnya membuat Kara sangat takut. Meskipun enggan, akhirnya Kara tetap mengambil sebatang rokok itu dengan terpaksa.
Saat ini Kara tidak hanya berdua saja dengan Deka tapi ada para sahabat Deka yang menatapnya dengan tajam. Kara rasa kata tajam tidak tepat untuk menjelaskan tatapan mereka semua. Tapi Kara merasa sangat takut saat Veron menyerahkan sebuah korek api kepadanya.
“For you.” Veron tersenyum saat Kara mengambil korek api itu.
Semua mata tertuju pada Kara dan itu membuat Kara gugup dan merasa agak takut. Kara memejamkan mata dan menghela nafas sebelum menyelipkan batang rokok itu di antara kedua bibirnya.
Saking gugupnya Kara, korek api yang di pegangnya sampai jatuh ke lantai. Saat Kara hendak meraihnya, sebuah tangan yang lebih besar darinya lebih dahulu meraih korek api itu.
Mata Kara membulat saat melihat pelaku yang mengambil korek apinya adalah Raident. Tidak hanya Kara yang terkejut tapi empat laki-laki yang ada di sana juga tidak kalah terkejut.
Rupanya semua itu hanya awal karena Raident sudah menyiapkan kejutan yang lebih besar lagi.
Raident menahan kedua bahu Kara lalu membenarkan letak batang rokok yang ada di antara kedua bibir Kara. Lalu tangan Raident yang bebas mengarahkan korek api yang telah menyala pada batang rokok itu.
“Gimana lo suka?” Kara mengernyit tidak mengerti sama sekali. “Hisap!” perintah Raident dengan tatapan tajam hingga membuat Kara menurutinya karena takut.
Uhuk-uhuk!
Kara terbatuk-batuk saat asap rokok itu memenuhi tenggorokannya. Namun, Kara kesulitan karena Raident menahan kedua pipinya hingga asap itu berkumpul semakin banyak.
Raident tertawa jahat saat melihat Kara kesulitan. “Tahan dan buang pelan-pelan.” Ucap Raident sebelum melepaskan Kara.
“Uhuk-uhuk! Uhuk-uhuk...” Kara merasakan tenggorokannya perih akibat asap rokok itu.
“Bodoh!” Kara terdiam saat Raident kembali ke tempat duduknya setelah mengucapkan hal tersebut.
Sedangkan Deka hanya menatap Raident penuh tanda tanya. Tumben sekali Raident mau ikut andil. Biasanya Raident hanya duduk diam memperhatikan tanpa minat. Tapi apa yang Raident lakukan barusan sukses membuat Deka tidak percaya dan terhibur.
Bahkan Deka yakin kalau sahabatnya lain pun pasti masih tidak menyangka dengan apa yang di lakukan Raident.
Suara tepuk tangan Keyzo membuat semua mata terarah kepadanya. “Wow! Gue masih enggak percaya.” Ucap Keyzo masih merasa Speechless.
Sementara itu Raident hanya memutar bola matanya malas menghadapi tingkah Keyzo.
“Menurut lo gimana?” Raident menatap Deka dalam diam.
“Lo juga merasa kalau ini seru kan?!!” Deka tertawa saat melihat Raident menatap Kara dengan Jakun yang bergerak naik turun.
Siapapun yang mengenal Raident pasti tahu kalau laki-laki itu sangat menikmati apa yang di lakukannya tadi.
“Hisap Kara!” seru Deka saat melihat Kara melepaskan rokok tersebut.
Mau tidak mau, Kara kembali menyelipkan rokok itu di antara kedua bibirnya. Mengabaikan para laki-laki yang ada di sekelilingnya, Kara memilih patuh demi keselamatan hubungannya dengan Deka.
----
Kara bergegas menuruni tangga saat suara bel tidak berhenti berbunyi. Biasanya Deka langsung masuk ke dalam apartemennya, jadi Kara sanksi kalau itu Deka.
Apalagi Deka baru keluar satu jam yang lalu dan rasanya tidak mungkin kalau Deka kembali secepat itu. Tapi Kara tidak mungkin mengabaikan suara bel itu karena bisa saja ada hal penting yang harus di ketahui nya.
Namun, saat pintu terbuka, Kara malah terdiam di depan pintu menatap seorang laki-laki dengan celana jeans dan jaket jeans menatap tajam ke arahnya.
“Raident.” Gumam kara merasa takut.
Sebelum kejadian rokok itu, Kara sempat berpikir kalau Raident sedikit berbeda. Raident terlihat menghormati seorang perempuan dan itu membuat Kara sangat iri kepada Aileen.
Tapi, dugaan Kara ternyata salah. Raident jauh lebih gila dan berbahaya. Sikap pendiam Raident sudah sukses menipu Kara.
“Mau apa?” tanya Kara.
Raident diam dengan tatapan yang membuat Kara merasa ter-intimidasi.
Kara memundurkan langkahnya dan bergerak cepat hendak menutup pintu. Tapi Kara kalah cepat karena Raident segera menahan.
“Deka mana?” tanya Raident kepada Kara.
Menelan ludah susah payah adalah reaksi pertama Kara saat mendengar suara Raident. “Tadi keluar.” Jawab Kara pelan.
“Kemana?” Kara menggeleng.
Setelahnya Raident tidak melakukan apapun selain memutar tubuhnya hendak pergi. Namun, baru saja Kara bernafas lega, Raident kembali melakukan gebrakan yang membuat tubuh Kara menegang.
“Deka enggak pernah cinta sama lo!” ungkap Raident lalu terdiam beberapa saat. “Lo terlalu jauh dari standar yang dia ciptakan. Sadar sebelum lo semakin hancur.” Pungkas Raident sebelum kembali melanjutkan langkahnya.
Namun, pada langkah kedua Raident berhenti saat Kara membalas ucapannya.
“Apa standar Deka? Aileen?” tanya Kara ke lewat berani.
Kini giliran Raident yang terdiam selama beberapa saat. Dan selama itu pula Kara mulai merasa menyesal dengan apa yang keluar dari bibirnya. Apalagi Raident langsung terdiam dan tampak marah
Seharusnya Kara tidak membiarkan dirinya tersalut emosi. Harusnya Kara diam saja dan membiarkan Raident pergi. Dan lagi, Aileen tidak salah apapun. Uh, Kara sangat menyesal.
Sementara itu Raident terkekeh pelan tapi masih mampu di dengan oleh Kara. “Kalau itu Aileen, Gue pastikan kalau lo enggak akan pernah bisa memenuhi standarnya.”
“Only fools will survive. And you’re one of them!”----
Gimana sama update kali ini? Suka?
Komen dong!Tinggalkan jejak kalian dengan
Vote, Comen, and Follow!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Shattered Dreams (END)
Teen Fiction𝙆𝙖𝙬𝙖𝙣𝙖 𝙍𝙖𝙝𝙚𝙣𝙖𝙯𝙪𝙡𝙖, 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘱𝘪 𝘤𝘩𝘶𝘣𝘣𝘺, 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘵𝘰𝘭𝘢𝘯 𝘑𝘢𝘺𝘢 𝘕𝘶𝘴𝘢, 𝙕𝙚𝙪𝙨𝙖𝙙𝙚𝙠�...