34. Kara itu Pelacur.

830 25 4
                                    

Selamat Membaca...

----

Terkadang, tidak tahu apa-apa memang lebih baik. Karena pada nyatanya, tidak semua hal harus kita ketahui demi kebaikan diri kita sendiri. Kenyataan pahit itu sangat sulit di terima, apapun alasannya.

Meski begitu, kita bukan tuhan yang bisa mengatur apa yang akan terjadi ke depannya. Kita hanya bisa berharap bahwa besok masih akan baik-baik saja walaupun tidak ada jaminan pasti untuk itu.

Kara sudah membuktikannya sendiri. Di sampingnya, Deka malah asyik bercengkerama dengan sahabat baiknya Aileen. Padahal Kara dengan jelas ada di sampingnya.

Kalau sudah begini, jangan salahkan Kara kalau kepalanya semakin berpikir yang tidak-tidak. Kara jadi membayangkan bagaimana hubungan Deka dan Aileen di belakangnya, kalau di depannya saja sudah begini.

“Lawan tim kamu selanjutnya, siapa?” tanya Aileen yang di jawab Deka dengan semangat.

“Kalau enggak salah, Pelita kasih.”

“Persiapan kamu buat lawan mereka sudah sampai mana?” Deka mengetuk meja menggunakan jarinya sebelum menggeleng. “Enggak ada.”

“Kita pasti menang kok tanpa latihan!” Aileen tertawa mendengar sahutan Deka yang terdengar sangat sombong.

“Sombong!”

Mereka bahkan tidak punya niat sama sekali melibatkannya. Kara benar-benar merasa kesal. Secepatnya, ia harus bisa mengungkap hubungan terlarang yang di lakukan Deka dan Aileen di belakangnya.

Suasana ramai club malam sangat kontras dengan perasaan Kara saat ini. Padahal sebelumnya Kara sangat senang saat Deka mengajaknya kesini tapi semuanya lenyap begitu saja semenjak kedatangan Aileen.

“Raident mana sih, Ai?!!” Kara tidak berusaha menyembunyikan rasa kesalnya sama sekali. Kara yakin kalau Aileen pasti bisa melihatnya.

Buktinya Aileen langsung menatap Kara dengan raut wajah yang tampak sedikit terkejut. “Raident? Lagi main DJ di bawah. Kenapa?” Kara bahkan mulai muak dengan pertanyaan kenapa. Semua orang sangat menyebalkan malam ini.

Kara menatap Aileen dengan senyum sinis. “Enggak.” Dengan tangan terlipat di depan dada, Kara semakin berani menunjukkan ke tidak sukaannya. “Cuma enggak suka aja sama perempuan yang suka cari perhatian sama pacar orang.” Ucap Kara tanpa rasa bersalah.

Percayalah kalau bukan hanya Aileen yang terkejut. Tapi semua orang yang ada di meja itu juga terkejut bukan main, termasuk Deka.

Tanpa di suruh, Deka langsung menatap Kara dengan nyalang begitu pula Veron dan Kelano. Sementara Keyzo sedang menemani Raident di bawah sana.

Kalau Raident ada di sini, sudah pasti akan terjadi sesuatu yang sangat buruk kepada Kara. Apalagi mengingat tabiat Raident jika sudah menyangkut Aileen.

“Kamu apaan sih, Ra?!” bentak Deka.

Kara hanya memalingkan wajah tanpa peduli. Kalau bisa Kara ingin berteriak bahwa ia sama sekali tidak peduli dengan perasaan Aileen. Lagi pula salah sendiri bersikap genit dengan kekasihnya.

Namun, sikap angkuh Kara runtuh begitu saja saat Kelano dan Veron kompak menyiram gelas berisi wine kepadanya. “Dasar cewek enggak tahu diri!” tukas Veron dengan senyum sinis.

Beda lagi dengan Kelano yang malah menyiramkan gelas kedua padanya. “Pacar lo benar-benar keterlaluan Ka!” Kali ini Kelano juga turut memberikan aura permusuhannya.

Tampaknya Kara sudah salah memilih, harusnya ia tidak berbuat hal tersebut kepada Aileen. Apa mungkin Kara lupa kalau Aileen itu kesayangan semua orang? Mulai sekarang, tidak akan ada lagi orang yang mendukungnya.

Lain halnya dengan Aileen yang masih terlihat terkejut hingga diam saja saat Kelano menariknya keluar. Sekarang ruangan itu hanya menyisakan Kara, Deka dan Veron.

Kara tidak berani menatap Veron yang sudah pasti menatap tajam ke arahnya sekarang. “Selama ini gue diam aja ya cewek murahan, tapi mulai hari ini ucapkan selamat tinggal sama hidup lo yang tenang. Gue sendiri yang akan pastikan kalau lo akan dapat berkali-kali lipat lebih sakit dari hari ini.” Ancam Veron sebelum keluar.

Ruangan itu semakin sepi tapi Kara malah semakin sesak saat Deka tidak bergeming sama sekali. Bukannya membela, Deka malah turut menyiramkan wine ke arah wajah Kara lalu pergi begitu saja.

See, Kara bahkan tidak perlu repot-repot mencari tahu betapa tidak berharga dirinya. Malam ini semua terbukti dengan jelas di hadapannya. Bahwa tidak satu pun orang yang ada di pihaknya.

Kara, pergilah dari tempat yang tidak menerimamu sama sekali sebelum kamu terluka lebih parah. Karena sejak awal Kara memang hanya mainan bagi mereka dan sekarang ini masa pakainya sudah hampir kadaluwarsa.

Kara, pilihannya hanya tersisa dua. Pergi dengan sendirinya atau menunggu sampai di buang. Tidak ada lagi selain itu. Pilihan ada di tanganmu Kara.

----

Suara tamparan menggema memenuhi ruang tamu yang tampaknya akan segera hancur. Salah satu dari mereka menunjukkan raut wajah penuh kemarahan sementara yang lainnya malah tertunduk dengan air mata yang menggenang.

Keduanya tampak sangat kontras untuk satu sama lain. Tidak ada keserasian di antara keduanya. Deka dan Kara memang perpaduan paling buruk yang pernah ada.

Tamparan kedua kembali mendarat di pipi Kara. Kali ini kedua pipinya sudah di penuhi bekas kemerahan yang mencetak telapak tangan Deka dengan jelas.

Tidak ada raut penyesalan yang di tunjukkan Deka. Malahan Deka semakin menunjukkan wajah tanpa belas kasihan yang sukses membuat Kara semakin terluka.

“Aku salah apa, Ka?” tanya Kara membuat emosi Deka semakin terpancing.

“Salah apa? Cih! Ucapan kamu itu udah kelewat batas, Ra!!”

Mulai hari ini Kara secara resmi mendeklarasikan kebenciannya kepada Aileen. Sampai kapan pun Kara tidak akan menyesali perkataannya waktu itu. Karena baginya, Aileen memang pantas mendapatkan hal tersebut.

Salah sendiri genit dengan pacarnya!

“Aku enggak akan kayak gitu kalau Aileen enggak  mencuri perhatian kamu terus!” ucap Kara membela diri.

Mata Deka melebar karena tidak menyangka dengan jawaban yang di berikan pacarnya itu. “That’s a very stupid thought Kara! Aileen enggak perlu mencuri apapun dari kamu karena dari awal semua perhatian itu memang punya dia!!” ucap Deka dengan kejam.

“Oh... Jadi kamu secara enggak langsung mengaku kalau kalian selingkuh! Aileen pasti goda kamu kan?” tuduh Kara.

Perkataan Kara yang sangat kurang ajar itu langsung di balas Deka dengan sebuah tamparan. Sejenak Kara kembali terdiam sambil meraba pipinya yang terasa nyeri. Namun, di banding pipi, hati Kara jauh lebih sakit.

Memangnya ia salah apa? Kara hanya ingin mempertahankan posisinya, Kara hanya ingin mempertahankan hubungan bersama Deka dari gangguan apapun. Untuk alasan apa, ia harus sampai di tampar sebanyak tiga kali. Kara tidak habis pikir.

“Keterlaluan!” Deka sampai tidak habis pikir dengan pemikiran Kara. “Aileen bukan perempuan semacam itu. Aileen bukan kamu yang enggak punya harga diri. Perempuan semacam kamu yang suka mengemis cinta enggak pantas bicara hal seperti itu tentang Aileen.” Bela Deka habis-habisan.

Mata Kara berkaca-kaca mendengar ucapan kekasihnya. “Perempuan yang enggak punya harga diri? Jadi, bagi kamu, aku cuma perempuan semacam itu?!!”

“Memang iya kan!” Deka tersenyum miring dengan sorot mata menghina Kara. “Perempuan semacam kamu itu memang murahan.” Ucap Deka teramat kejam.

“Ka! Aku gini karena cinta sama kamu!”

“Cinta? Bullshit Ra! Perempuan semacam kamu mana ngerti tentang cinta!!”

Kara menatap dengan tidak percaya. “Setelah semua yang aku laku-in, kamu bilang aku enggak ngerti cinta? Seriously? Jadi apa arti hubungan kita selama ini, Ka?!!”

Kali ini Kara akan menuntut semua penjelasan yang selama ini membuatnya penasaran.

Namun, melihat Deka tersenyum miring membuat Kara merasa takut. “Kamu mau tahu arti hubungan ini apa? Jangan salah-in aku kalau kamu terluka setelahnya.”

“Kara.” Sekujur tubuh Kara merinding mendengar suara Deka yang terlalu lirih. “Bagi aku, kamu enggak lebih dari seorang Pelacur!!”

Detik itu juga Kara merasa waktunya berhenti berputar dan dunianya runtuh seketika. Kenyataan pahit itu sama sekali tidak ingin untuk Kara dengar. Jadi, bolehkah Kara menyimpulkan kalau Deka tidak pernah sekalipun mencintainya?

----

Jujur aja ya, aku paling suka sama part ini. Karena kalian bakal punya gambaran gimana nasib Kara kedepannya. Udah bisa tebak gak nih?!!

Kalian suka ending yang gimana? Happy? Or sad?

Sebenarnya aku udah tahu mau bikin ending yang gimana tapi kemauan kalian bisa aku pertimbangkan. Comen ya!

*Jangan lupa berikan vote dan comen kalian.

Shattered Dreams (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang