41. Hampir bagi Deka.

819 40 3
                                    

Tidak semua orang akan berada dalam fase penyesalan. Dan tidak semua orang merasakan penyesalan. Dunia memang sekejam itu karena tidak semua orang akan menderita setelah menyakiti orang lain.

Deka adalah salah satu contoh nyatanya. Di saat Kara sedang berjuang antara hidup dan mati, Deka baik-baik saja bahkan bahagia. Bukankah hal itu tidak adil? Kenyataannya, hidup ini memang penuh dengan ke tidak adilan.

“Lo masih berhubungan sama Tanaya-Tanaya itu?” Deka menggeleng tanpa melihat Kelano.

“Kenapa? Takut ketahuan Bastian?” Deka kembali menggeleng sambil menatap layar handphone-nya. “Gue gak tega kalau harus melibatkan Tanaya.”

Semuanya menatap Deka dengan tatapan sulit di percaya. Bukan kah cukup aneh mendengar orang yang tidak pernah peduli pada perasaan orang lain berbicara begitu?

“Lo suka sama Tanaya!” tebakan Raident membuat Deka mengalihkan tatapannya pada laki-laki itu.

Keyzo menatap tidak percaya, “Serius?” rasanya sulit sekali untuk di percaya. Tapi diamnya Deka seolah membenarkan dugaan itu.

“Hampir.”

Mata Veron terbelalak, bahkan ia sampai tersedak saking tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.

Kalau Deka bukan manusia brengsek mungkin tidak akan sulit baginya untuk percaya. Bukan maksud Veron meragukan perempuan bernama Tanaya.

Veron pernah beberapa kali bertemu Tanaya. Kalian tahu, sulit bagi Veron untuk tidak mengenali perempuan cantik seperti Tanaya. Perempuan itu memang punya visual yang cantik dan enak di pandang.

Rasanya wajar-wajar saja jatuh cinta kepada perempuan cantik seperti Tanaya.

Kecuali bagi Deka.

Kalau membuat Deka jatuh cinta semudah itu, bukankah Kara pasti sudah melakukannya.

Veron jelas hafal top sepuluh perempuan paling cantik di Jaya Nusa. Bukankah sudah Veron katakan kalau sangat sulit mengabaikan perempuan-perempuan cantik. Kara ada dalam jajaran top sepuluh itu.

Kara punya mata bulat, pipi yang chubby  dan wajah cantik. Walaupun bodoh dan naif, Veron tidak dapat menyangkal kalau Kara sangat cantik. Tipe-tipe gadis imut yang bisa membuat bahagia hanya dengan melihatnya.

Namun, Kara jelas jauh dari tipe ideal, Zeusadeka.

“Gue enggak salah dengar kan? Hampir?  What the F*ck!”

Jangan salahkan Kelano yang mengumpat, karena pengakuan Deka memang sangat sulit untuk di percaya.

“That’s why I stopped. It could be bad if I get emotional, right?!” kata Deka santai.

Lagi pula untuk apa para sahabatnya itu terkejut?! Padahal ia hanya bilang hampir tapi mereka sampai se-tidak percaya itu.

Orang-orang aneh!

Deka menatap tajam saat Keyzo menarik bahunya untuk menghadap laki-laki itu. “Lo benar-benar brengsek sejati, Ka.” Akui Keyzo dengan kepala menggeleng tidak percaya.

“Padahal lo baru aja putus dari Kara. Atau jangan-jangan lo sempat hampir suka Tanaya saat masih pacaran sama Kara.”

Respon Deka yang mengalihkan tatapan darinya membuat Keyzo bersorak seakan-akan paham maksudnya.

Keyzo menggelengkan kepalanya sambil terkekeh, “Kalau Kara dengar omongan lo, bisa gila kayaknya.” Lalu Keyzo tertawa bersama Veron. Keduanya hanya bisa kasihan dengan nasib sial Kara.

Sudah di bodohi dan di sakiti tapi tetap tidak di cintai. I feel sorry for you Kara.

----

Suasana riuh yang memenuhi apartemen Veron mendadak senyap saat suara bel mengalun berkali-kali di telinga mereka.

“Siapa sih? Udah gila tuh orang!” gerutu Keyzo saat suara bel semakin intens. “Lo belum bayar tagihan apartemen ya, Ron?!” Veron mendelik.

“Gue beli bukan sewa!”

Sementara itu Deka hanya menatap malas dua orang yang malah asyik bertengkar. Tidak cukup dengan suara bel yang nyaris memekakkan telinga, Keyzo dan Veron hanya menambah masalah bagi telinga kalau terus di biarkan.

“Dari pada ribut, mending kalian lihat siapa yang datang!” titah Deka.

Mendengar hal itu, Veron bangkit dari duduknya dan berjalan menjauh sambil terus menggerutu. Lain kali, Veron tidak akan mengizinkan Keyzo untuk masuk ke dalam apartemennya. Lihat saja nanti.

“Lagian siapa sih pencet bel kaya orang gi—” ucapan Veron terhenti saat melihat Aileen menatapnya dengan pandangan tajam. Belum lagi, Aileen membawa tas yang cukup besar di bahunya.

Namun, tatapan tajam Aileen sama sekali tidak membuat Veron takut. Malahan laki-laki itu semakin menggodanya. “Kenapa gak bilang kalau mau nginap, Ai? Aku kan bisa jemput.”

Godaan itu tidak melunturkan tatapan tajam Aileen sedikit pun. “Minggir!” suara dingin Aileen membuat Veron curiga akan ada badai besar yang sebentar lagi akan terjadi.

Veron hendak meraih bahu Aileen tapi tangannya lebih dahulu di tepis. “Minggir brengsek!” Veron terperanjat kaget saat Aileen mendorongnya. Tidak terlalu kuat tapi karena tidak siap, Veron hampir terjatuh jika saja tidak di tahan oleh pintu.

Dengan tergesa-gesa Veron menutup pintu dan menyusul Aileen. Firasatnya sangat buruk saat ini.

Dari belakang Veron bisa melihat Raident langsung bangkit dari duduknya untuk menyambut Aileen, tapi sambutan itu tidak berakhir baik.

Raident bernasib sama sepertinya karena tidak siap dengan dorongan Aileen. Wait.... Jadi Aileen mau kemana?

Jangan bilang Deka? Kalau iya, ini benar-benar bencana.

Tatapan bengis Aileen tertuju pada satu orang yang kini menatapnya dengan tersenyum. Senyum itu terlihat sangat memuakkan di mata Aileen.

Tanpa basa-basi ataupun peringatan, tangan Aileen terangkat dan mendarat di wajah Deka. Semua yang ada di ruangan itu menganga tidak menyangka dengan apa yang baru saja di lihatnya.

Apalagi Deka yang wajahnya sampai menoleh ke samping karena tamparan Aileen yang tidak main-main. Bahkan wajahnya terasa kebas.

“Kenapa Ai?” Deka mengerutkan kening merasa heran dengan Aileen yang malah terkekeh.

Tamparan kedua kembali mendarat di wajah Deka tanpa peringatan lagi. Aileen dan kemarahannya berhasil membuat Deka terdiam dengan tubuh yang mematung.

“Brengsek!” cerca Aileen. “Apa yang udah lo laku-in sama Kara, brengsek!”

Deka bingung harus menggunakan alasan apa. Untung otaknya bisa berpikir dengan cepat. “Aku cuma minta putus Ai.” Kata Deka membela diri, “Kara terlalu baik buat aku.”

Tawa Aileen yang menguar menimbulkan tanda tanya dalam benak Deka. “Selain brengsek, lo juga pengarang cerita yang handal ya!”

Aileen mendekat lalu menarik lerah kaos Deka hingga jarak mereka semakin dekat. “Gue salah karena udah percaya sama lo, Ka. Gue menyesal.”

“Salah aku apa, Ai?”

“Lo enggak ada bedanya sama Papi gue yang brengsek, Ka! Lo benar-benar mirip iblis.”

Cengkeraman tangan Aileen pada kerah Deka mengendur seiring matanya yang memerah mau menangis.

“Enggak cukup menipu perasaannya, lo juga bikin Kara jadi pecandu? Lo jahat! Gara-gara lo, Kara overdosis dan pendarahan hebat.”

“Dan lebih brengseknya, itu bukan kehamilan pertama Kara kan?” cerca Aileen dengan banyak fakta.

Tubuh Deka menegang. Bagaimana Aileen bisa tahu semuanya? Apakah Kara yang menceritakannya? Atau perempuan tukang ngadu bernama Jasmine.

“Bukan aku Ai! Bisa aja Kara seling--”

Kalimat pembelaan diri Deka menguar begitu saja saat Aileen melempar sebuah tas kepadanya. Tidak sampai di situ, Aileen juga melemparkan surat keterangan aborsi yang terdapat persetujuan atas namanya.

Deka meneguk air liurnya susah payah. Sial. Apa yang harus ia lakukan sekarang?!

Melihat ekspresi wajah Deka yang pucat pasi membuat Aileen senang. Dendam Kara pasti akan Aileen balaskan.

“You can’t avoid it anymore. You’re caught.”

Semesta memang selalu tepat dalam menempatkan seseorang. Ternyata inilah guna Aileen yang sebenarnya. Siapa yang akan menyangka kalau Aileen selalu punya banyak cara untuk membuat Deka mengakui semua kesalahannya.

What if Aileen is a form of universal punishment for Deka? Wouldn’t this be fun

----

Gimana-gimana? Kalian masih sabar kan menunggu balasan apa yang akan Deka dapatkan dari perbuatannya?

Tapi, aku enggak janji bakal buat akhir yang menderita dan sengsara buat Deka.

Deka pasti akan menyesal, tapi aku masih bingung mau bikin di sini atau di squelnya aja.

Jujur aja ya, karakter Deka itu arogan, sombong, berkuasa dan susah terlibat perasaan sama perempuan. Kalau aja Deka enggak brengsek, mungkin kalian bakal suka banget sama dia.

Kasih comen kalian tentang bab kali ini ya, aku tunggu loh!

*Jangan lupa tinggalkan vote dan comen.

Shattered Dreams (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang