Selamat Membaca.....
----
Ketika sedang berjalan santai sambil meminum Americano, Jasmine tidak sengaja melihat Deka dan Kara yang masuk ke dalam ruangan ganti baju anak basket.
Selama sebulan ini, Jasmine memang sangat sibuk dengan klub dramanya hingga tidak sempat berkumpul dengan para sahabatnya.
Jasmine masih terdiam di tempat menatap kearah ruangan yang di masuki Deka dan Kara. Sudah lebih dari lima menit tapi tidak ada tanda-tanda Deka dan Kara keluar.
Hal itu membuat Jasmine menjadi curiga. Melirik jam yang ada di pergelangan tangannya lalu ruangan yang berada tepat di seberangnya membuat Jasmine menghela nafas.
“Lo kenapa sih, Ra?” gumam Jasmine dengan memacu langkahnya secepat mungkin.
Bahkan Americano yang baru saja di minumnya sudah di buang ke dalam tempat sampah. Berulang kali Jasmine mengumpat dalam hati sambil melirik jam di pergelangan tangannya.
“Kenapa jauh banget sih?” keluh Jasmine semakin mempercepat larinya.
Wajah Jasmine sudah penuh dengan keringat dan tangannya gemetaran saat mencoba membuka knop pintu itu. Jasmine berdoa dalam hati agar semua yang ada di pikirannya tidak terjadi.
Namun, rupanya pintu itu terkunci. Pikiran Jasmine jadi semakin kacau memikirkan apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana.
Saat mengingat semua track rekord seorang Zeusadeka, tidak ada hal baik apapun yang di ingat oleh Jasmine. Sepak terjang Deka terlalu gila kalau harus di sebutkan satu per satu.
“Tenang.” Ucap Jasmine kepada dirinya sendiri.
“Lo pernah masuk ruangan ini, coba ingat pintu masuk selain ini.”
Jasmine mencoba mengingat-ingat pintu masuk selain pintu depan. “Pintu belakang.” Gumam Jasmine setelah mengingat-ingat.
Dengan perlahan Jasmine melangkah ke belakang setelah memastikan tidak ada yang melihatnya. Walau bagaimana pun Jasmine tidak ingin kalau sampai sesuatu yang buruk menimpa Kara.
Sesuai dugaan, pintu belakang itu memang tidak terkunci, Jasmine membuka pintu itu dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara.
“Hhmp....” Jasmine menghentikan langkahnya saat mendengar suara-suara aneh.
Jasmine mulai mencari asal-asal suara-suara itu sampai langkahnya berhenti lagi pada sebuah pintu. Meneguk ludah dengan susah payah, Jasmine menempelkan telinganya pada pintu itu untuk mendengar suara itu lebih jelas.
“Hhmpp... Pe-pelan ra-ra-sanya ge-geli.”
Nafas Jasmine terasa tercekat saat yakin kalau itu suara milik Kara. Tapi apa yang sedang di lakukannya? Jasmine mencoba mencari cara agar dapat melihat melalui lubang yang ada di atas pintu.
Jasmine mencoba menenangkan diri sebelum meraih kursi yang ada di sampingnya. Sebisa mungkin Jasmine tidak mengeluarkan suara yang dapat membuat keberadaannya ketahuan.
“Kara...” lirih Jasmine menutup mulutnya dengan perasaan tidak menyangka.
Bagaimana Jasmine tidak terkejut saat melihat tubuh bagian atas Kara sudah telanjang. Bahkan Jasmine bisa melihat seragam milik Kara yang sudah tergeletak di lantai.
Keterkejutan Jasmine tidak hanya sampai di situ tapi juga ketika matanya menatap secara langsung Deka yang tampak menyusu pada buah dada milik Kara. Dan bukannya memberontak Kara malah tampak meremas rambut Deka dengan mata terpejam. Jasmine tahu kalau Kara menikmati semua hal itu.
“Kalian sudah sejauh itu?” tanya Jasmine teramat pelan hingga hanya terdengar oleh dirinya sendiri.
Jasmine segera turun saat tidak sanggup melihat apa yang di lakukan pasangan itu. Jantung Jasmine berdegup kencang dalam keadaan tidak percaya melihat Kara yang selama ini di kenalnya polos, lugu, dan lucu walaupun terkedang menyebalkan bisa berbuat sejauh itu.
Apalagi Jasmine pernah bertemu orang tua Kara secara langsung beberapa kali. Terlihat jelas kalau Kara tumbuh dengan penuh kasih dan cinta. Sahabatnya itu tumbuh di lingkungan yang berbeda dengannya dan hal itu yang sampai sekarang membuat Jasmine tidak percaya.
Apakah cinta memang punya pengaruh sebesar itu? Jasmine benar-benar dalam keadaan percaya dan tidak percaya kalau Kara bisa berbuat sejauh itu.
“Kenapa lo laku-in itu, Ra?”
----
Sebenarnya Aileen sudah merasa sangat aneh dengan tingkah Jasmine beberapa hari ini. Perempuan itu lebih banyak diam dan menunduk seolah sedang banyak pikiran.
Awalnya Aileen pikir ada kaitannya dengan klub dramanya tapi setelah bertanya, Jasmine mengatakan semua berjalan dengan baik lalu setelahnya kembali diam dan murung.
Aileen juga merasa Jasmine terlihat menghindari Kara beberapa hari ini. Padahal sebelumnya mereka terlihat baik-baik saja. Bahkan setelah sampai di kantin, Jasmine masih tetap diam dan menunduk, membuat Aileen menjadi khawatir.
“Are you okay, Jas?” tanya Aileen.
Namun, gelengan kepala Jasmine membuat Aileen menghela nafas dalam kebingungan. Aileen ingin bertanya langsung dengan Kara tapi perempuan itu sudah berjalan keluar kelas lebih dahulu.
Tampak Kara yang duduk dengan kepala bersandar di bahu Deka. Meskipun posisi mereka jauh dan Kara membelakanginya tapi Aileen tidak mungkin tidak mengenali sahabatnya.
“Ayolah Jas, cerita sama gue!” bujuk Aileen.
“Kalau lo cuma diam gini, masalah enggak akan selesai.”
Saat Jasmine hendak berbicara, Aileen lebih dahulu memotongnya. “Jangan bilang kalau lo enggak kenapa-kenapa karena itu pasti jelas bohong.”
Jasmine menunduk dengan wajah yang terlihat bersalah. “Gue bahkan bingung harus mulai cerita dari mana. Bahkan gue masih denial sampai sekarang.”
“Denial soal apa?” tanya Aileen yang membuat Jasmine menunduk kembali.
“Misalnya suatu saat lo melihat secara langsung orang terdekat lo melakukan hal yang jelas salah, apa yang akan lo lakukan, Ai?” Aileen mengernyitkan kening tapi tak urung tetap menanggapinya.
“Tergantung.” Ucap Aileen.
“Kalau orang itu akrab dan dekat, gue bakal berusaha supaya dia sadar. Sebaliknya kalau enggak akrab, gue enggak bakal peduli apapun yang orang itu lakukan.” Jelas Aileen.
Mendengar hal itu membuat Jasmine merasa harus memberi tahu apa yang di lihatnya kepada Aileen. Lagi pula Aileen pasti lebih tahu seberapa bahayanya Deka untuk Kara.
Di saat Jasmine sudah memantapkan dirinya untuk memberitahu Aileen. Sebuah kalimat yang di lontarkan Aileen sukses membuat Jasmine terdiam.
“Tapi Jas, kita harus tahu dulu apakah orang itu ingin kita tolong atau enggak.” Jasmine menatap Aileen penuh tanya. “Kenapa? Bukannya kita harus menolong kalau melihat orang yang dekat dengan kita melakukan kesalahan.” tanya Jasmine.
Senyum di wajah Aileen membuat Jasmine semakin bingung. “Lo harus tahu Jas kalau enggak semua orang ingin di tolong. Meskipun lo kasih tahu orang itu seribu bukti, mereka akan menyangkal dengan seribu alasan.” Ucap Aileen.
“Apa yang harus kita lakukan untuk orang seperti itu?” tanya Jasmine untuk ke sekian kali. “Enggak ada. Satu hal yang paling bisa kita lakukan cuma menunggu orang itu hancur dan menyesali perbuatannya. Mungkin kesannya buruk tapi cuma di saat itu, dia akan percaya dengan semua yang lo ucapkan. Jadi, lo cuma perlu tunggu masa itu datang untuk mengulurkan tangan.”
Jasmine kembali terdiam sambil melirik Kara yang bersandar di bahu Deka sesekali. Tatapan Jasmine menyiratkan kalau dia benar-benar bimbang dan putus asa.
“Apa gue harus lihat lo hancur dulu, Ra?” tanya Jasmine dalam hati.
----
Tinggalkan jejak dengan
vote, coment, and follow
KAMU SEDANG MEMBACA
Shattered Dreams (END)
Teen Fiction𝙆𝙖𝙬𝙖𝙣𝙖 𝙍𝙖𝙝𝙚𝙣𝙖𝙯𝙪𝙡𝙖, 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘱𝘪 𝘤𝘩𝘶𝘣𝘣𝘺, 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘵𝘰𝘭𝘢𝘯 𝘑𝘢𝘺𝘢 𝘕𝘶𝘴𝘢, 𝙕𝙚𝙪𝙨𝙖𝙙𝙚𝙠�...