Selamat membaca...
----
Sesuai janjinya, Kara datang ke cafe tempat janji-annya bersama Jasmine. Dua hari yang lalu saat Kara tengah pusing memikirkan cara agar bisa bicara dengan Jasmine, perempuan itu malah lebih dahulu meneleponnya.
Kesempatan itu tidak mungkin Kara lewatkan begitu saja. Bagi Kara ini adalah kesempatan yang tepat untuk bisa menyelamatkan hubungannya dengan Deka.
Kara berjalan cepat saat melihat Jasmine sudah duduk di salah satu meja yang ada di dalam cafe. Senyum yang Kara lontarkan tidak di sambut oleh Jasmine sama sekali.
Wajah Jasmine datar tanpa ekspresi apapun. Bahkan Jasmine tampak memalingkan wajahnya seolah tidak sudi menatap wajah Kara.
“Mau bicara apa Jas?” tanya Kara setelah duduk.
Jasmine memusatkan pandangannya pada Kara. Dengan ekspresi datar tanpa senyum, Jasmine berhasil membuat Kara merasa takut.
“Bokap lo nelpon gue dua hari yang lalu.” Jasmine menatap Kara yang tampak terkejut. “Lo gak mau jelas-in apapun?”
Kara terdiam dengan kata-kata runyam yang beterbangan di kepalanya. Alasan apa yang harus Kara berikan agar Jasmine berhenti menatapnya dengan tajam.
Bibir Kara sudah terbuka tapi tidak lama kembali tertutup. “Aku enggak maksud bohong kalau aku tinggal di rumah Jas.” Ucap Kara menunduk.
“Gue enggak bilang kalau lo bohong sama bokap lo soal tinggal di rumah gue.”
“Jas...”
“Ternyata lo udah terlalu jauh.”
“Tolong jangan kasih tahu Papi, Jas. Aku mohon!” pinta Kara menatap Jasmine penuh harap.
Wajah Jasmine berpaling karena rasanya sangat menyakitkan saat melihat Kara yang memohon kepadanya. “Lo tinggal di mana? Rumah Deka? Apartemen Deka? Di mana?” tanya Jasmine dengan mata yang memanas.
Pertanyaan Jasmine itu tidak mendapatkan jawaban apapun dari Kara. Sebaliknya, Kara bungkam dengan wajah yang tertunduk.
“Oke.” Jasmine menganggukkan kepala. “Lo enggak mau jawab pertanyaan gue. Fine!”
“Apartemen Deka.” Akui Kara saat Jasmine hendak bangkit dari duduknya.
“Tapi, Jas jangan salah-in Deka. Itu murni karena kemauan aku.”
“Gue enggak ngerti.” Kara menatap ke arah Jasmine. “Lo yang berubah atau gue yang salah menilai” Jasmine kembali menunduk sambil menghela nafas.
Untuk beberapa saat keduanya sama-sama terdiam tanpa berbincang lagi. Kesunyian mengiringi mereka dan tanpa sadar membuat mereka berdua menjadi semakin menjauh.
“Jas...” panggil Kara memecah kesunyian.
“Tolong jangan kasih tahu siapapun tentang hubungan aku sama Deka. Atau hal apapun yang kamu tahu tentang kami. Aku mohon...”
Jasmine tertawa tapi matanya tampak berkaca-kaca. “Termasuk sama Bokap lo?!!” Kara diam. “Kalau gitu jangan bawa-bawa gue dalam kebohongan lo!” desis Jasmine karena merasa terlalu muak.
“Maaf Jas. Aku bakal bicara sama Papi nanti.” Ucap Kara yang semakin membuat Jasmine merasa muak.
Sekarang Jasmine percaya dengan apa yang di katakan Aileen. Tidak semua orang ingin di tolong! Kara menjadi buktinya. Mulai sekarang Jasmine mengumumkan kalau dia menyerah.
Setelah hari ini, Jasmine tidak akan mencari tahu ataupun berusaha menolong Kara karena semuanya percuma. Mau sekeras apapun Jasmine berusaha menyadarkan Kara, pada akhirnya semua akan sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shattered Dreams (END)
Teen Fiction𝙆𝙖𝙬𝙖𝙣𝙖 𝙍𝙖𝙝𝙚𝙣𝙖𝙯𝙪𝙡𝙖, 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘱𝘪 𝘤𝘩𝘶𝘣𝘣𝘺, 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘵𝘰𝘭𝘢𝘯 𝘑𝘢𝘺𝘢 𝘕𝘶𝘴𝘢, 𝙕𝙚𝙪𝙨𝙖𝙙𝙚𝙠�...