Selamat membaca...
----
“Kapan Kara aborsi?” tanya Keyzo dengan tenang.
Bahkan tidak ada yang terlalu kaget saat mendengar pengakuan Jasmine tadi. Apalagi melihat gaya pacaran Deka dan Kara yang terlihat sangat berani.
Bahkan Keyzo sering melihat Kara yang tidak menolak saat bagian-bagian sensitif di tubuhnya di sentuh oleh Deka. Mungkin, satu-satunya hal yang membuat Keyzo kaget adalah hal itu terlalu cepat dari perkiraan mereka.
Deka hanya diam tanpa menjawab sementara Veron sudah tertawa di tempat duduknya. Bukan kah sudah bisa di duga kalau Veron juga turut terlibat.
“Kalian berdua sekongkol?!!” Keyzo menatap dengan tidak percaya.
“Bukan sekongkol tapi gue bantu-in Deka buat cari tempat aborsi yang aman dan terpercaya.” Jawab Veron dengan santai.
Kelano mendengus mendengar pembicaraan para sahabatnya yang sudah melantur kemana-mana. Tapi Kelano masih tidak percaya kalau Jasmine sepeduli itu kepada Kara.
Keberaniannya mendatangi lima orang laki-laki seorang diri patut Kelano acungi jempol. Padahal Kelano kira, Jasmine itu bukan tipe yang akan ikut campur sejauh itu.
“Pantas aja akhir-akhir ini Kara enggak nempelin lo lagi kaya lem.” Kata Kelano mengundang tatapan dari Deka.
“Gue yang suruh dia jaga jarak.” Terang Deka.
“Kenapa? Udah bosan?” tanya Keyzo kepada Deka yang menatap lurus ke depan. “Maybe, yes.” Keyzo hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. “Yaudah, putus-in.”
Tidak ada sahutan apapun. Deka menatap Keyzo sambil tersenyum misterius. “Belum waktunya. Gue masih punya dua bulan buat main-main.”
Deka tidak berbohong. Kara memang masih akan tinggal bersamanya untuk dua bulan ke depan. Jadi, sebelum itu Deka masih akan bermain dengan Kara. Lagian ia masih belum benar-benar bosan.
“Lo yakin enggak akan jatuh cinta sama Kara?” tanya Raident mengundang perhatian dari semua orang.
Tatapan tidak percaya tertuju kepada Raident. Mereka semua tidak percaya kalau Raident yang sedari tadi hanya diam menyimak bisa bertanya seperti itu.
“Kenapa lo tanya gitu?” Deka memicing menatap Raident yang sudah menggelengkan kepala. “Enggak. Penasaran aja.” Jawab Raident santai.
“Gue enggak mungkin jatuh cinta sama Kara. Karena...” Deka terdiam saat Raident masih menatap ke arahnya. “Kara bukan tipe gue.”
Respon yang di berikan Raident di luar dugaan mereka semua. Deka sampai menatap dengan pandangan tidak percaya saat Raident menyandarkan kepalanya di sofa dan terkekeh dengan mata terpejam.
----
Deka menatap tajam pada Kara yang baru saja masuk ke dalam apartemen. Setelah kedatangan Jasmine kemarin, Deka tidak pernah sekalipun menjenguk Kara. Ini adalah pertama kalinya mereka bertemu setelah dua hari yang lalu.
“Deka...” panggil Kara lirih.
Jujur saja Kara sangat takut dengan tatapan Deka kepada dirinya saat ini. “Aku dari rumah sakit ke--”
“Gue tahu.” Potong Deka.
“Kamu enggak jenguk aku?” tanya Kara dengan suara pelan.
“Buat apa?”
Kara terdiam. Buat apa? Bukankah mereka masih menjalin hubungan. Harusnya sebagai seorang pacar, bukankah Deka memang harus perhatian kepadanya.
Sejak Kara ketahuan hamil, sikap Deka berubah drastis. Deka menjadi kasar dan tidak segan melontarkan kata-kata yang membuat Kara sakit hati.
Perasaan Kara langsung memburuk hingga air matanya jatuh begitu saja. “Kamu berubah.” Ucap Kara dengan air mata yang membasahi wajahnya.
Tidak ada perubahan apapun dari raut wajah Deka. Bahkan Deka tidak terlihat peduli dengan air mata Kara yang sudah membanjiri wajah cantik pacarnya.
Prang!
Kara terkejut saat sebuah gelas di lempar tepat di sebelah kakinya. “Bisa gak berhenti bikin drama. Gue muak dengarnya!”
Deka bangkit dari duduknya dan menghampiri Kara dengan tatapan yang mengintimidasi hingga membuat Kara tanpa sadar berjalan mundur.
“Kenapa? Takut?” tanya Deka saat Kara sudah menempel di dinding.
Sebelah tangan Deka menyentuh wajah Kara yang masih basah lalu tanpa terduga bergerak mencengkeram kedua sisi wajah Kara.
“Sa-sakit...” ucap Kara yang tidak di indahkan Deka sama sekali.
Cengkeraman Deka terasa semakin kuat saat Kara merasakan kuku Deka menancap di kulit wajahnya. Kara yakin kalau bekasnya pasti akan sangat sulit untuk di hilangkan.
“Bibir lo ini udah bicara apa aja sama Jasmine?” tanya Deka.
Tubuh Kara menegang dengan wajah yang mendadak pucat pasi. Deka pasti sudah salah paham terhadap dirinya. Kara berani bersumpah kalau ia tidak pernah bercerita apapun kepada Jasmine atau siapapun.
“Jawab?!!” bentak Deka.
Kara menggeleng dengan segera membantah semuanya sebelum Deka semakin salah paham. “Aku enggak cerita apapun sama Jasmine atau siapapun. Kamu harus percaya sama aku.” Mohon Kara sambil bersujud di kaki Deka setelah cengkeraman di wajahnya lepas.
“Kara...” panggil Deka dengan nada yang lembut.
Mendengar nada suara Deka tidak membuat Kara merasa semakin lebih baik. Malah Kara merasa kalau hal yang lebih buruk akan menimpa dirinya.
“Kamu tahu kan apa yang akan terjadi kalau sampai ada orang yang tahu tentang rahasia kita.” Deka berjongkok, menyejajarkan tingginya dengan Kara. “Hubungan ini berakhir.” Bisik Deka membuat Kara menggeleng keras.
“Enggak. Aku gak mau.” Tolak Kara dengan kepala menggeleng.
Senyum miring langsung terpatri di wajah Deka. “Kalau gitu pastikan kalau sahabat kamu itu enggak akan cerita sama orang lain. Bisa Kara?” tanya Deka dengan raut wajah yang di buat sendu.
Tangan Kara terulur menyentuh permukaan wajah Deka. Sampai kapan pun Kara tidak akan pernah melepaskan Deka. Apapun akan di lakukannya, asalkan Deka selalu ada di sisinya.
Tanpa Kara sadari bahwa ia jatuh semakin dalam pada lubang kegelapan yang telah Deka ciptakan. Perasaan cinta itu membuat Kara lupa bahwa di luar sana banyak yang sangat menyayanginya.
Semakin dalam Kara masuk maka semakin sulit juga ia untuk keluar. Pada akhirnya hanya bom waktu yang dapat membantu Kara keluar dari semua ini. Tapi, apakah Kara masih akan utuh jika bom waktu itu meledak? Atau hancur tanpa sisa!
“Aku bakal lakukan apapun supaya Jasmine tutup mulut.” Ucap Kara. “Tapi kamu harus janji! Jangan akhir-in hubungan kita.” Mohon Kara sekali lagi.
“Semua tergantung kamu, baby.”
----
Tinggalkan jejak kalian dengan
Vote, Comen, dan Follow!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Shattered Dreams (END)
Teen Fiction𝙆𝙖𝙬𝙖𝙣𝙖 𝙍𝙖𝙝𝙚𝙣𝙖𝙯𝙪𝙡𝙖, 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘱𝘪 𝘤𝘩𝘶𝘣𝘣𝘺, 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘵𝘰𝘭𝘢𝘯 𝘑𝘢𝘺𝘢 𝘕𝘶𝘴𝘢, 𝙕𝙚𝙪𝙨𝙖𝙙𝙚𝙠�...