49. Rahasia Deka tentang Kara.

871 30 25
                                    

Sesuai janjinya kepada kedua orang tua Kara maka Aileen bertekad untuk membuat Deka mempertanggungjawabkan  perbuatannya bagaimana pun caranya.

Hal pertama yang Aileen lakukan adalah mendatangi kediaman Bulaleno atau lebih tepatnya rumah utama Deka. Melalui informasi yang di terimanya, Aileen jadi tahu kalau Deka sudah cukup lama tidak pernah datang lagi ke apartemennya dan lebih memilih tinggal di rumah.

Yang pasti, Aileen sudah memastikan kalau saat ini hanya ada Deka di rumahnya. Aileen berjalan tenang saat beberapa pelayan yang berpapasan dengannya membungkuk hormat.

“Selamat pagi Nona.” Sapa kepala pelayan.

Aileen hanya mengangguk dengan senyum tipis.

“Nona ingin bertemu dengan Tuan muda Deka?” tanya kepala pelayan.

“Iya.” Kepala pelayan itu mengangguk. “Saya akan panggil Tuan muda Deka. Silakan Nona tung—”

“Aku aja yang ke kamar Deka, Pak.” Potong Aileen hingga membuat kepala pelayan itu mengangguk ragu.

“Kalau begitu, silakan Nona!”

Aileen kembali melanjutkan langkahnya menaiki setiap anak tangga hingga sampai di depan kamar Deka. Lalu, tanpa mengetuk pintu sama sekali, ia langsung masuk dan melihat Deka tengah tidur dalam posisi tengkurap tanpa memakai baju.

Rupanya kebiasaan itu masih terus berlanjut hingga sekarang.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Aileen segera mendekat ke ranjang Deka dan menyingkap selimut yang menutupi tubuh laki-laki itu.

“Bangun!” ucap Aileen yang tidak mendapat reaksi sama sekali.

“Bangun!”

“Bangun!”

“BANGUN!” teriak Aileen tanpa mendapat respon.

Melihat tidak ada respon yang di berikan Deka membuat Aileen harus menahan rasa kesalnya. Namun, saat tangannya terulur untuk mengguncang tubuh Deka, hal tidak terduga terjadi

Tangan Deka bergerak lebih cepat menarik tangan Aileen hingga tubuh Aileen jatuh di atas badan laki-laki itu. “Kamu kalah!” bisik Deka di telinga di samping Aileen.

“Lepas!” pinta Aileen yang tentu saja di abaikan oleh Deka.

Laki-laki itu malah tersenyum sambil membenamkan wajahnya di ceruk leher Aileen. Tangan Deka juga dengan kurang ajar melingkar di pinggang ramping Aileen.

“Jangan banyak gerak, Ai.” Gumam Deka, “Aku masih ngantuk.”

“Lepas Ka, please...”  mohon Aileen  yang kembali di abaikan Deka.

Semakin Aileen berusaha keras untuk bebas maka Deka semakin mengeratkan pelukan di pinggangnya. Tampaknya usahanya hanya akan sia-sia. Di banding membuat dirinya lebih lelah lagi, akhirnya ia memilih diam.

Keadaan Aileen sekarang pun tidak memungkinkannya untuk bergerak bebas. Apalagi saat ini ia mengenakan mini pleated skirt berwarna hitam berpadu kaos hitam. Sedikit saja bergerak, bisa-bisa roknya akan tersingkap.

Mungkin, Aileen harus membujuk Deka dengan cara halus.

“Aku mau bicara sama kamu!” ucap Aileen.

“Aku gak mau!” tolak Deka. “Kamu pasti mau bahas sahabat kamu itu kan? Aku gak mau!”

“Tapi kita harus bahas ini.” Ucap Aileen saat berhasil mengangkat wajahnya. Tapi hal itu tidak membuat Aileen berada di posisi yang menguntungkan.

Justru Aileen akan terjebak di posisi yang lebih sulit lagi. “Kiss me! Baru setelahnya aku akan mempertimbangkan topik pembicaraan itu.”

Wajah Aileen memerah menahan amarah, “Kamu benar-benar gak tahu malu Deka.”

Deka hanya tertawa menanggapi ucapan Aileen. “Terserah sih, itu pilihan kamu.”

Berada di posisi seperti ini adalah hal yang paling Aileen benci. Perasaan de javu akan hal sama yang pernah mereka lakukan di masa lalu membuat  Aileen merasa jijik dengan dirinya sendiri.

“Kamu gak tahu malu! Bisa-bisanya kamu minta cium sama pacar sahabat kamu sendiri.” Deka tertawa ringan.

“Come on, this isn’t the first time we’ve kissed.”

Raut wajah Aileen menegang. Ingatan tentang masa lalu kembali menghantam kepalanya. Ah, sial! Kenapa ia harus terlibat dengan segerombolan laki-laki brengsek ini?

“Deka please...” mohon Kara yang di acuhkan oleh Deka.

Laki-laki itu malah memejamkan mata dan menulikan pendengarannya, membuat Aileen luar bisa kesal. Belum lagi tangan Deka yang masih melingkar di pinggangnya. Ah, ia tidak ingin usahanya berakhir sia-sia.

Apa ia harus menuruti permintaan laki-laki itu?

Otak Aileen terasa buntu untuk berpikir sekarang.

“Kita akan bicara kan kalau aku turut-in kemauan kamu?” Deka tersenyum lalu membuka mata. “Yes.” Jawab Deka.

“Kamu enggak akan ingkar janji?”

Tatapan mata Deka mengunci kedua mata Aileen, “Trust me. I promist.”

Tepat setelah itu, Aileen kembali mengorbankan pendirian dirinya demi orang lain. Saat itu juga Aileen memejamkan mata dan mempertemukan bibirnya dengan milik Deka.

Lalu, bagaimana dengan Deka?

Tentu saja laki-laki itu menikmatinya.

Tidak perlu di tanya.

Deka mendominasi ciuman itu dengan menukar posisinya dengan Aileen sehingga kali ini Aileen di bawah dan Deka di atas. Tangan yang semalu melingkar di pinggang Aileen itu berpindah ke belakang leher.

Bahkan saat Aileen mulai kehabisan nafas, Deka tidak peduli sama sekali. Laki-laki itu hanya peduli dengan egonya yang haus pengakuan Aileen.

Saat Aileen memukul bahu Deka, barulah laki-laki melepaskan ciuman mereka.

“Deka...” panggil Aileen saat suaranya hampir habis.

Deka hanya tersenyum lalu mengakhirinya dengan mencium kening Aileen. “I love you.” Bisik Deka.

“Past or present.”

----

“Bisa kita bicara sekarang?”  tanya Aileen saat posisinya bersandar dalam pelukan Deka.

Sementara Deka menyandarkan dirinya di kepala ranjang dengan tangan memeluk pinggang Aileen.

“Sesuai janji, kita bisa bicara sekarang.”

Baiklah, sekarang Aileen akan pastikan kalau usahanya mengorbankan dirinya sejauh ini, tidak akan berakhir sia-sia. Siasat pertama yang akan Aileen lakukan adalah memastikan perasaan Deka.

“Deka.” Panggil Aileen, “Pernah gak kamu jatuh cinta sama Kara?” tanya Aileen.

Pertanyaan itu tidak langsung Deka jawab. Laki-laki itu terlebih dahulu menyandarkan dagunya di bahu Aileen dengan mata terpejam.

Ketika Aileen hendak kembali menuntut jawaban, Deka lebih dahulu membuka suara. “Dia perempuan yang enggak boleh gue cintai, Ai.”

“Why?”

Deka diam lagi. Hal itu membuat Aileen kesal bukan main. “Kamu udah janji bakal jawab pertanyaan aku, Ka!”

“Tenang Ai, aku pasti akan menepati janji.”

Namun, Deka kembali diam tanpa bersuara. Hal itu tentu saja membuat Aileen harus ekstra bersabar. Perjuangannya sudah terlalu banyak dan ia tidak ingin kalau harus memulainya lagi dari nol.

Maka dari itu, Aileen memilih untuk sedikit bersabar. Mungkin, Deka sedang menyusun alasan atau apapun yang membuatnya tidak terlihat bersalah. Yah, meskipun percuma.

Sapuan nafas Deka di lehernya membuat Aileen terkejut. “Kamu tahu kan cerita tentang perselingkuhan Mami di masa lalu?” Aileen tersentak. “I-iya.” Jawab Aileen gugup.

Rasanya ia akan lebih terkejut dari sekarang.

Pelukan Deka yang mengerat membuat Aileen punya firasat buruk.

“Rileks Ai, aku akan mulai dari hari di mana Kara menyatakan perasaannya.”

Sejenak Deka terdiam untuk memadamkan amarah yang membara di hatinya. Hanya dengan menyebut dan mengingat nama Kara saja, Deka hampir kehilangan kontrol atas dirinya sendiri.

Tidak ada yang salah dari Kara tapi kejadian itu membuat Deka turut membencinya. Rasanya Deka perlu melampiaskan semua kemarahannya pada satu orang yaitu Kara.

“Selingkuhan Mami waktu adalah Papinya Kara.” Ungkap Deka.

Aileen terkejut!

Hal ini di luar prediksi dan perkiraannya.

Lantas, apa yang harus Aileen katakan.

Jadi, keluarga sempurna itu memang tidak pernah ada?

Kedua orang tua Kara selalu membuat Aileen merasa iri tapi rasanya sekarang sulit untuk di percaya. Lagi pula sangat tidak mungkin untuknya mengabaikan pemberitaan itu.

“Aku bukannya enggak cinta sama Kara tapi tidak bisa mencintai Kara.”  Akui Deka.

“Kamu pasti benci aku kan, Ai? Tapi aku jauh lebih sakit dan hancur dari Kara.”

Aileen terkejut saat bahuku terasa basah tapi tetap memilih bungkam.
“Papinya Kara itu jauh dari kata baik, Ai. Dia menghancurkan keluarga aku.”

----

Aku harusnya update tadi pagi tapi lupa.
Sorry....

Aku enggak punya apapun untuk di katakan, intinya kalian harus vote dan rajin comen ya. Seru tahu baca comen kalian, hehe...

*Jangan lupa tinggalkan vote dan comen.

Shattered Dreams (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang