22. Ada Apa Dengan Deka dan Aileen?

740 17 2
                                    

Selamat Membaca....

----

Hubungan Deka dan Kara semakin di curigai renggang setelah keduanya tidak pernah tampak bersama lagi. Meskipun begitu, Deka dan Kara masih pergi dan pulang sekolah bersama.

Kara juga tidak tampak menemani Deka saat acara pembukaan turnamen olahraga di sekolah. Perempuan itu tampak duduk seorang diri di tribune paling atas.

Selain hubungannya bersama Deka yang di curigai renggang, hubungan persahabatan antara Kara, Jasmine dan Aileen pun di curigai demikian.

Sudah cukup lama ketiganya tidak tampak bersama padahal mereka berada di kelas yang sama. Jasmine terlihat lebih banyak bermain dengan teman-temannya yang lain. Sedangkan Aileen lebih sering bersama pacarnya.

“Air mineralnya satu!” pinta Kara pada penjaga kantin.

Di tengah kerumunan ramainya kantin, hanya Kara yang duduk seorang diri dalam diam. Salad pesanannya pun masih rapi di piring tanpa di sentuh sama sekali.

Kara melamun di antara kerumunan murid yang tidak hanya berasal dari sekolahnya. Tidak ada yang mampu menyadarkan Kara meskipun kanan dan kirinya ramai.

“Aku harus gimana?” tanya Kara pada dirinya sendiri.

Saat ini Kara masih resah memikirkan kemungkinan kalau Jasmine tahu tentang apa yang di alaminya. Apalagi tingkah Jasmine yang benar-benar menjauhi dirinya.

Bagi Kara, apapun yang terjadi antara dirinya dengan Deka hanya boleh di ketahui oleh mereka. Bukankah itu rahasia mereka jadi sudah sewajarnya hanya mereka yang tahu.

Papi calling!!...

Lamunan Kara buyar saat ada sebuah panggilan telepon yang berasal dari Papinya.

“Halo sayang...” sapa sang Papi.

“Halo juga Papi sayang...” sahut Kara riang agar tidak menimbulkan kecurigaan dari Papinya.

“Kara apa kabar? Betah di rumah sahabat kamu, sayang?”

Kara jadi merasa bersalah saat suara sang Papi yang terdengar sangat khawatir. “Aku baik-baik aja dan betah kok di rumah Jasmine.”

Terdengar helaan nafas dari telepon membuat Kara merasa bersalah karena telah berbohong.

“Kara lagi di mana? Kok kedengaran ramai?” tanya sang Papi yang Kara yakini hanya pengalihan topik.

“Lagi di kantin, Papi.” Jawab Kara singkat karena nafasnya terasa tercekat.

“Papi, kita udah-an ya. Kara masih ada urusan. Kara langsung mematikan telepon tanpa mau mendengar sahutan Papinya.

Ada pemandangan yang berhasil mencuri perhatian Kara. Di mana tepat di hadapan Kara sedang duduk ada sosok Deka dan Aileen yang tampak asyik bercengkerama.

Apakah Kara melewatkan sesuatu? Seingatnya dua manusia berbeda gender itu tidak pernah seakrab itu. Mereka berdua bukan hanya tidak akrab tapi lebih mirip layaknya musuh.

Tubuh Kara mematung saat melihat Deka mengalungkan tangannya di bahu Aileen dan Aileen tampak tidak keberatan sama sekali. Keduanya bahkan saling bertukar tawa satu sama lain. Tawa penuh bahagia yang tidak terlihat tertekan sama sekali.

Kara sendiri yakin kalau Deka belum pernah tersenyum sebahagia itu saat bersamanya. Sekarang Kara sadar kalau ia memang tidak tahu apapun tentang pacar dan sahabatnya itu.

Dengan raut wajah datar, Kara pergi meninggalkan kantin itu karena muak melihat pemandangan yang hanya membuat hatinya terluka.

----

Untuk sejenak Aileen menghela nafas saat melihat suasana kantin yang ramai lebih dari biasanya. Hal itu karena saat ini sekolah mereka terpilih sebagai rumah bagi turnamen olahraga antar sekolah.

Aileen terlonjak kaget saat bahunya di sentuh oleh seseorang.

“Lihat apa?”

Mata Aileen membulat saat melihat Deka yang berdiri di sampingnya. “Bikin kaget aja.”  Deka tertawa kecil. “Lagian dari tadi cuma diam aja.”

“Yuk ke dalam!”  ajak Deka.

“Malas. Kantinya ramai.”

Deka tertawa membuat Aileen menatapnya dengan tajam. “Jangan ketawa!” Ucap Aileen dengan tangan mencubit perut Deka.

“Sshh...” Deka meringis saat cubitan Aileen tidak main-main.

Namun, pada akhirnya Aileen tetap mengikuti langkah Deka masuk ke dalam kantin. Aileen mengerutkan dahi saat merasa benar-benar tidak nyaman kalau harus ada di dalam kantin yang ramai.

Apalagi setiap stan makanan sudah berisi barisan antrean yang sangat panjang. Hal itu membuat Aileen menyesali pilihannya untuk ikut Deka masuk ke dalam kantin.

Saat Aileen hendak beranjak keluar, Deka menahannya. “Mau kemana?” tanya Deka sambil menarik tangan Aileen.

Aileen memalingkan wajahnya ke arah lain karena enggan menjawab. Deka yang paham dengan tingkah laku Aileen langsung berinisiatif.

“Makan apa?” tanya Deka.

“Salad buah.” Jawab Aileen dengan wajah cemberut.

Keduanya pun berjalan ke arah stan salad buah yang sangat ramai. Lebih tepatnya Deka yang menarik Aileen ke sana.

“WOY! MINGGIR LO SEMUA.” Teriak Deka hingga mengundang banyak pasang mata menatap kearahnya.

Barisan yang berisikan para perempuan itu langsung kompak menatap ke arah Deka dengan takut. “Kenapa ya kak?” tanya salah satu di antara mereka dengan tangan gemetar.

“Lo masih tanya kenapa? BUDEK LO! MINGGIR!”

Sementara itu, Aileen ingin tertawa saat melihat para perempuan itu mulai keluar dari barisan kecuali seorang adik kelas.

Adik kelas dengan name tag Luvita itu sangat lucu bagi Aileen. “Ta-tapi kan kita yang duluan.” Aileen harus memberikan empat bintang untuk keberaniannya.

Tubuh Luvita di dorong ke pinggir oleh Deka hingga hampir saja tersungkur. Untung saja di tahan oleh beberapa siswi di sana.

“Maaf ya.” Seru Aileen menatap ke arah para perempuan yang tadi di usir oleh Deka.

“Sebagai gantinya, aku bakal bayar salad buah untuk kalian. Dan kamu...” tunjuk Aileen pada Lovita. “Spesial untuk kamu aku bakal bayar-in dua.”

Sebelum berlalu ke depan stan, Aileen tertawa pelan saat melihat mata Lovita berbinar.

“Beli berapa, Ai?” Deka mengambil alih perhatian Aileen.

Sejenak Aileen terdiam tampak berpikir. “Sepuluh.” Ucap Kara membuat Deka tidak percaya. “Buat siapa?” tanya Deka.

“Ada deh kepo.”

“Wah-wah, udah mulai berani ya!” Aileen terpekik saat Deka merangkulnya teramat erat.

Bukannya merasa bersalah Deka malah tertawa  melihat wajah Aileen yang memerah. “Cup-cup, jangan nangis.” Goda Deka.

Aileen tentu saja tidak terima kalau dirinya di permainkan. Untuk membalas semua itu, diam-diam Aileen mengarahkan tangannya ke pinggang Deka lalu mencubitnya sekeras mungkin.

“Sshhh... Sakit!” ganti-an Aileen yang tertawa. “Makanya jangan jahil.” Keduanya saling pandang lalu tertawa bersama.

“Udah ah, jangan ganggu aku lagi.” Aileen tanpa sengaja memalingkan wajahnya dan menatap penjaga stan makanan yang menatap ke arahnya. “Tuh kan, aku lupa gara-gara kamu.”

“Sepuluh ya Pak.” Ucap Aileen kepada penjaga stan itu.

----

Gimana sama update kali ini? Komen dong!

Tinggalkan jejak Kalian dengan
Vote, Comen, and Follow!!!

Shattered Dreams (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang