Happy reading...
----
“Selamat datang tuan muda.” Sambut Kepala Pelayan kepada Deka.
Deka menatap tajam Kepala Pelayan itu. “Di mana Papi?” bentak Deka.
Belum sempat menjawab, Kepala Pelayan itu sudah lebih dahulu di dorong oleh Deka. Wajah pria itu kentara sekali terlihat amarah.
Langkah kakinya semakin cepat saat menemukan sang Papi sedang duduk di ruang tamu sembari membaca majalah. Deka sanksi kalau Papinya itu benar-benar membaca.
Papinya itu pasti sudah tahu kalau dia akan datang. Tentu saja karena itu memang tujuannya.
Brak!
Tanpa berbicara sedikit pun, Deka menghempaskan dompetnya hingga semua kartu yang ada di dalamnya berserakan keluar.
“Kali ini apa yang Papi mau?” tuduh Deka tepat sasaran.
Clando Bulaleno tampak acuh, membuat Deka semakin geram dengan sikap Papinya yang kentara sekali sedang berpura-pura.
Memangnya siapa yang bisa menutup semua fasilitas miliknya selain Papi. Kalau bukan karena hal ini mana sudi Deka bertemu sang Papi.
Deka tentu saja tahu kalau Papinya itu pasti sedang merencanakan sesuatu yang akan merugikan dirinya. “Papi kan yang bikin semua kartu aku di blokir? “ Clando menatap putranya dengan ekspresi bingung yang kentara sekali berpura-pura.
“Jangan tuduh Papi sembarangan!” Suara sang Papi terdengar tegas tapi Deka tahu kalau itu bentuk ejekan untuknya.
Tidak kah Clando ingat kalau putranya itu sangat buruk dalam mengendalikan emosi persis seperti dirinya. Deka berdecak. “Kalau bukan Papi, terus kenapa apartemen access card aku enggak bisa di gunakan? “
Tawa sang Papi tiba-tiba saja menggelegar memenuhi ruangan. Deka merasa sangat kesal ketika suara tawa itu memenuhi gendang telinganya.
Kalau bukan karena terpaksa, mana sudi Deka menginjakkan kaki di rumah ini jika Papinya ada. Rasanya Deka benar-benar tidak ingin menghirup udara di tempat yang sama dengan Papinya.
“Tinggal di rumah ini selama seminggu dan hadir di acara ulang tahun pernikahan Papi dan Mami!” tegas Clando tidak terbantahkan.
Perintah itu tentu saja mendapat penolakan dari Deka. Tinggal di rumah ini sama saja dengan menjebloskan diri sendiri ke dalam penjara.
Clando yang merasa kalau putranya itu akan menolak kembali membuka suara. “Jangan berani bantah perintah Papi, Zeus!” tegas Clando sekali lagi tidak ingin di bantah.
“Kamu boleh aja menolak atau pun membantah perintah Papi tapi kamu harus siap dengan konsekuensinya.” Clando memberikan peringatan.
“Papi akan cabut semua fasilitas yang kamu gunakan, mulai dari mobil, kartu kredit, dan access card yang kamu punya. Bukan seminggu lagi tapi selamanya.”
Mendengar hal itu, Deka membelalakkan matanya tidak percaya. Deka tidak bisa hidup tanpa salah satu hal yang Papinya sebutkan tadi.
“Tolong antarkan tuan muda menuju kamarnya. Barang kali dia lupa, Andreas.” Ucap Clando kepada asisten yang berdiri di sampingnya. Mendengar itu Deka semakin kesal di buatnya.
Tanpa bicara apapun, Deka menaiki anak tangga menuju kamar yang dulu di tempatinya sebelum tinggal di apartemen. Demi apapun, Deka berjanji akan membalas perlakuan Papanya hari ini.
“Sial!”
----
“Kusut amat muka lo, Ka?”
Kali ini Deka hanya diam tanpa melirik Aleo yang mencoba memancing dirinya untuk kesal. Sayangnya hari ini Deka tidak punya tenaga untuk melakukan itu semua.
Aleo tersenyum genit menatap Kara yang tampak sangat pemalu. Jenis perempuan yang tampak sangat tidak cocok dengan Deka.
Jujur saja Kara memang sangat cantik, Aleo pun akan mengakui. Tapi perempuan itu terlalu polos dan lugu untuk jadi pacar ketuanya.
Kara merasa risih sekaligus tidak nyaman karena Aleo terus menatapnya dengan intens. Bahkan pria itu juga beberapa kali melempar senyum menggoda dan mengedipkan mata ke arahnya.
Semua orang di ruangan ini tampak sibuk dengan urusannya masing-masing termasuk pacarnya Deka. Sedari tadi Deka hanya diam dan mengacuhkannya sehingga Kara ragu untuk meminta bantuan pacarnya.
Bukan Aleo namanya, kalau tidak menyadari raut ketakutan Kara yang begitu kentara. Aleo ingin berhenti tapi sayangnya hal itu terlalu menyenangkan baginya.
“Bosan gak sih sama Deka yang cuma diam aja dari tadi?”
Tanpa berpikir sedikit pun, Kara langsung menggelengkan kepalanya. Sontak saja Aleo tertawa melihat reaksi Kara yang menurutnya berlebihan.
Aleo tersedak saat ada yang menyumpal mulutnya yang sedang tertawa dengan kertas. Kini giliran Aleo yang menjadi bahan tertawaan anggota Bruiser.
“Jangan ganggu Kara, Aleo!” tegur Aileen.
Mendengar suara Aileen membuat Aleo tidak dapat menahan senyum di bibirnya. “My baby..” seru Aleo heboh menyambut kedatangan Aileen.
Pria itu lantas langsung berdiri membawa Aileen untuk duduk di sampingnya tanpa memedulikan reaksi Raident selaku pacar Aileen.
Aileen duduk di antara Aleo dan Raident. Tangan Aleo bahkan sudah bersender di bahu Aileen yang terbuka. Kara memperhatikan Aileen yang tampak tidak terganggu sama sekali saat Aleo menyentuh beberapa bagian tubuhnya.
Jujur saja Kara sedikit insecure melihat penampilan Aileen malam ini. Kara melirik dirinya sendiri yang hanya mengenakan kemeja putih berpadu celana jeans pendek serta rambut ponytail.
Sedangkan Aileen mengenakan Tube Dress merah super ketat yang memperlihatkan bahu serta menutupi setengah pahanya. Di tambah jaket kulit berwarna hitam yang kini sudah Aileen lepas.
Rambut Aileen juga di biarkan tergerai dengan sedikit ikal di bagian bawahnya. Di bandingkan dengan semua perempuan di ruangan ini tentu Kara sangat kalah jauh soal penampilan.
Lagi-lagi perkataan Aileen tentang dirinya yang tidak akan cocok dengan mereka semua kembali hadir dalam pikiran Kara.
Kalau Kara tahu dari awal mungkin dia akan menyetujui ucapan Aileen. Semakin ke sini Kara semakin yakin kalau dirinya tampak tidak pantas untuk berdekatan dengan mereka semua.
Berkumpul dengan circle Deka bukan hal pertama bagi Kara. Setelah kejadian di puncak, Deka selalu mengajak Kara untuk ikut berkumpul bersama teman-temannya. Sayangnya sampai sekarang pun Kara tetap sulit untuk mengakrabkan diri dengan mereka semua.
Lihatlah Aileen yang tampak akrab dengan semua perempuan di ruangan ini. Padahal selama Kara berpacaran baru kali ini Aileen ikut berkumpul tapi tidak ada kecanggungan saat Aileen berbicara.
“By the way, lo sama Kara satu sekolah kan?” Tanya Kesya kepada Aileen.
Tanpa menatap Kara, Aileen mengangguk. “We are friends.” Akui Aileen.
Kesya tertawa. “Really?” Tanya Kesya tidak yakin.
Aileen menanggapi pertanyaan Kesya dengan dahi mengernyit. “Maksudnya?”
“Sorry Ai. Tapi kalian enggak kelihatan kayak sahabatan. Apalagi Kara maupun lo sama-sama diam aja dari tadi. You don’t look like two good friends.” Kesya kembali tertawa kecil.
“Kita sahabatan kok. Iya kan, Kara?” pertanyaan Aileen sedikit mengejutkan untuk Kara. Tapi Kara tetap mengangguk dan tersenyum. “Iya.” Sahut Kara.
Melihat Kesya yang bertepuk tangan setelah dirinya menjawab iya sedikit membuat Kara kebingungan. Apakah ada yang salah dari jawabannya? Pikir kara.
“Finally, gue dengar suara lo juga. Kenapa sih lo diam aja dari tadi?”
Veron langsung menarik pacarnya yang terus bertanya sedari tadi. Lama-kelamaan Veron menjadi jengah melihat Kesya yang berbicara terlalu banyak.
“Jangan berisik Kes!” Titah Veron kemudian menyandarkan kepalanya pada sofa.
Mendengar nada bicara Veron yang tidak bersahabat. Kesya memilih untuk diam dan tidak berbicara lagi.
Kara melihat perubahan raut wajah Kesya yang semula tersenyum dan memancarkan kebahagian menjadi sedih dan tampak murung.
Sejujurnya Kara sangat merasa kasihan tapi di sisi lain Kara juga bersyukur. Karena hal itu Kara jadi tidak perlu menjawab pertanyaan dari Kesya. Lagian tidak mungkin kalau Kara menjawab dirinya tidak nyaman ada di antara mereka semua.
Atensi Kara kembali kepada Aileen setelah mendengar suara Aleo.
“Rei, Foto-in gue sama Ai dong!” Pinta Aleo yang tidak di gubris sama sekali oleh Raident.
“Kenapa juga Raident harus Foto-in lo sama pacarnya? Dasar bodoh.” Ucap Keyzo.
Perhatian Kara kembali teralih melihat Keyzo yang tampak tertawa melihat Aleo yang tidak di tanggapi oleh Raident. Di antara semua orang yang berkumpul malam ini, Keyzo satu-satunya yang datang sendirian.
Padahal seingat Kara, Deka pernah mengatakan kalau pacar Keyzo paling banyak di antara mereka semua.
Perkataan Deka pun bukan isapan jempol belaka. Selama ini, Kara selalu melihat Keyzo membawa perempuan yang berbeda setiap kali mereka berkumpul. Tapi hari ini Keyzo datang tanpa perempuan mana pun. Itu sangat aneh.
Aleo terus berusaha membujuk Raident yang diam bagaikan batu. Sampai pada akhirnya Aileen tampak berbisik kepada Raident. Barulah setelah itu Raident berdiri dan mengambil foto Aileen dan Aleo.
Tampak Aleo yang melingkarkan tangannya di pinggang Aileen serta ber pose layaknya hendak mencium pipi. Raident menggeram melihat tingkah kurang ajar Aleo.
“Rai, lo duduk di tempat gue dulu.” Ucap Keyzo tiba-tiba saja berdiri.
Raident melayangkan tatapan penuh tanya. “Gue mau foto sama Aileen juga.” Ucap Keyzo tanpa beban. “Ai, nanti repost ya!” Pinta Keyzo pada Aileen.
Pada akhirnya Raident mengalah dan duduk di tempat Keyzo. Kalau sudah seperti ini, Raident yakin kalau dia akan berakhir duduk di sini sampai acara kumpul mereka selesai.
Kelano berdiri dari duduknya. “Giliran gue lagi Key.” Celetuk Kelano. “Lo ikut gak Ver?” Tanya Kelano pada Veron yang sedari tadi bersandar di sofa dalam keadaan menutup mata.
Veron membuka mata dan ikut berdiri di belakang Kelano. Sebenarnya hal semacam ini bukan pertama kalinya. Tapi pasti selalu ramai yang ingin berfoto dengan Aileen. Tentu saja itu semua karena followers Aileen yang begitu banyak. She is a very popular and beautiful girl.”
Sesi foto selanjutnya, Aileen di apit oleh Veron dan juga Kelano. Aileen tidak ragu sama sekali saat di pinta untuk merangkul kedua pria itu.
Deka tersenyum sinis saat melihat dahi Kara berkerut saat menatap Aileen. Pacarnya yang lugu dan polos ini pasti terkejut melihat sahabatnya yang selama ini lebih banyak diam dan membatasi pergaulan saat di sekolah bisa seliar ini saat di luar.
Kalau boleh jujur, meskipun dirinya sendiri tidak begitu suka dengan hubungan Aileen dan Raident tapi harus di akui kalau Aileen sangat asyik saat di luar sekolah.
Perempuan itu bukan tipe yang polos dan lugu. Aileen itu tipe perempuan yang selalu membuat penasaran termasuk dirinya.
Sebenarnya, Deka tidak memiliki masalah apapun untuk hubungan Aileen dan Raident. Hanya saja perlakuan Aileen yang terlalu sering acuh kepada Raident membuat Deka muak. Apalagi sahabatnya itu terlalu bucin tolol. Terlepas dari itu, Deka tidak punya masalah apapun.
“Mau foto juga gak Ka? Sekalian sama Kara.” Belum sempat menjawab, Deka sudah lebih dahulu di tarik oleh Kelano untuk duduk di sebelah Aileen. Kara juga turut ikut di sebelah Deka.
“Jangan malu-malu Ra, peluk aja Dekanya.” Goda Kelano karena Kara tampak ragu saat ingin mengalungkan tangannya.
Tanpa aba-aba, Deka menarik tangan Kara dan mengalungkan di lehernya sendiri. Sementara Aileen hanya duduk dengan melipat kaki dan tersenyum ke arah kamera.
“Terakhir kita foto rame-rame aja. Pindah yuk Ai ke sofa yang sebelah sana, lebih luas juga.” Keyzo menarik Aileen tanpa canggung.
Raident, Aileen, Deka, dan Kara duduk di posisi tengah di ikuti yang lain. Keyzo menyerahkan hp nya ke salah satu pelayan yang di minta untuk memfoto mereka.
“Jangan lupa repost ya Ai.” Ucap Keyzo setelah melihat hasil foto.
Sedari tadi Deka memperhatikan tatapan Kara yang tidak lepas dari Aileen. Melihat cara Kara menatap, Deka tahu kalau pacarnya itu pasti merasa iri. Tapi mau bagaimana lagi, di circle ini perempuan semacam Aileen memang primadona.
Perempuan polos dan lugu tentu saja bukan tipe mereka semua, apalagi Kara juga lebih banyak diam.
Deka mencondongkan tubuhnya ke arah Kara lalu berbisik. “Kamu jealous sama Aileen?”----
Vote, coment, follow!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Shattered Dreams (END)
Teen Fiction𝙆𝙖𝙬𝙖𝙣𝙖 𝙍𝙖𝙝𝙚𝙣𝙖𝙯𝙪𝙡𝙖, 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘱𝘪 𝘤𝘩𝘶𝘣𝘣𝘺, 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘵𝘰𝘭𝘢𝘯 𝘑𝘢𝘺𝘢 𝘕𝘶𝘴𝘢, 𝙕𝙚𝙪𝙨𝙖𝙙𝙚𝙠�...