13. Lukisan Misterius

719 18 0
                                    

Selamat membaca.....

----

Kara menyeret kopernya keluar dari lift. Sampai di depan pintu apartemen tujuannya, Kara memasukkan pin lalu masuk dengan perlahan.

Tidak ada siapapun di dalam sana membuat Kara tersenyum senang. Langkahnya berubah riang mengelilingi ruangan itu. Beberapa kali ke sini, Kara belum punya kesempatan sama sekali untuk melihat-lihat isi apartemen ini.

Kara tidak memberitahu kedatangannya sama sekali kepada Deka. Kara ingin mengejutkan Deka dengan kehadirannya yang datang secara tiba-tiba.

Tapi, hal paling utama yang ingin di lakukan Kara adalah menjelajahi ruangan apartemen ini. Kara ingin tahu isi dari setiap sudut tempat tinggal pacarnya.

Kara mengerjapkan matanya beberapa kali melihat sekeliling. “Mulai dari mana ya?” tanya Kara pada dirinya sendiri

Lalu tatapan Kara terarah ke sebuah lukisan besar yang sangat ingin di lihatnya sejak awal. Namun, Deka tidak pernah mengizinkannya untuk alasan yang tidak jelas.

Padahal lukisan itu tidak lebih dari lukisan hitam putih yang memperlihatkan seorang perempuan duduk di depan sebuah piano dengan seorang laki-laki di belakangnya tampak sedang mengajari perempuan itu.

Tidak ada hal spesial apapun selain di bawah lukisan itu terdapat tanda yang Kara percaya pemilik dari lukisan itu.

“P dan C.” Gumam Kara membaca tulisan yang terletak di bagian bawah lukisan.

Kara jadi semakin penasaran siapa pemilik lukisan itu sebenarnya, sampai Deka sebegitu keras untuk melarangnya mendekati lukisan itu.

Inisial yang tertera di lukisan itu juga jelas bukan milik pacarnya, Deka. Tapi kenapa Deka sampai melarangnya untuk mendekatinya apalagi menyentuhnya.

“Kalian siapa?” tanya Kara pada lukisan yang tidak akan pernah menjawab pertanyaannya.

Tidak ingin berpikir lebih keras dan menghabiskan waktunya hanya pada lukisan itu, Kara melangkahkan kakinya untuk menjauh.

Meninggalkan lukisan itu, Kara mencari objek lain yang menarik perhatiannya. Namun, ruangan apartemen Deka ini terkesan monoton dan tidak menarik selain lukisan yang sebelumnya Kara lihat.

Akhirnya Kara memilih duduk di sofa sambil bermain handphone untuk mengusir rasa bosannya.

“Tapi mungkin gak sih kalau Ai selingkuh?” tanya Kara pada dirinya sendiri. “Alasannya apa?”

“Kalau di pikir-pikir aku bahkan gak tahu apa-apa tentang Ai.” Kara menggelengkan kepalanya mengusir rasa pusing.

Kara tiba-tiba saja tersenyum sambil menatap langit-langit apartemen. “Dari pada pusing, mending aku bikin rencana apa aja yang bakal aku laku-in sama Deka selama tiga bulan ke depan.”

Kara  memang telah membohongi kedua orang tuanya demi bisa tinggal bersama Deka. Perempuan itu terlalau naif untuk Deka yang manipulatif.

Kesenangan yang Kara rencanakan mungkin tidak akan pernah terwujud karena siapapun termasuk Kara tidak akan sadar sampai badai benar-benar datang.

----

Berjalan sendirian di Mall bukan hal baru bagi Deka. Meskipun dia punya para sahabat tapi bukan berarti mereka harus terus bersama.

Sebenarnya, sekarang Deka hanya berjalan berkeliling untuk mengusir rasa bosannya. Sebelum itu Deka sudah membeli jaket  baru untuk dirinya sendiri.

Deka tidak menenteng barang belanjaannya karena semuanya akan di kirim ke apartemennya.

Shattered Dreams (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang