14. Kepindahan Kara

1.1K 26 0
                                    


Hai!!!
Cerita Deka sama Kara kembali lagi nih, makasih buat kalian yang tetap setia menunggu cerita ini.

Selamat membaca.....

----

Deka memasuki apartemennya dan menemukan makanan di atas meja makan. Padahal sebelumnya, Deka yakin bahwa meja itu kosong.

Saat ia sedang memikirkan hal tersebut, pintu kamar Deka terbuka dan menampilkan pacarnya, Kara, mengenakan piyama berwarna putih.

Deka mengerutkan keningnya bingung melihat kehadiran Kara di dalam apartemennya.

Kara mendekati Deka dan berkata, "Surprise!"

"Mulai hari ini sampai 3 bulan ke depan, aku akan tinggal sama kamu," ujar Kara, semakin membuat Deka bingung.

"Senang gak?" tanya Kara.

Wajah Deka yang sebelumnya tanpa ekspresi berubah menjadi tersenyum. Dengan tersenyum, Deka mengangguk. "Serius, sayang?" tanyanya.

"Iya," jawab Kara.

Deka memeluknya dan mengangkat Kara, berputar-putar dengan penuh kegembiraan.

Setelah itu, Deka meletakkan Kara dengan lembut dan mencium bibirnya.

"Caranya gimana?" tanya Deka.

"Papi dan Mami punya perjalanan bisnis ke luar negeri selama 3 bulan," jelas Kara.

"Terus mereka izin-in kamu tinggal sama aku, atau kamu kabur dari rumah?" tanya Deka, tidak percaya.

"Enggak kok, aku izin sama mereka," jawab Kara dengan yakin. "Aku bilangnya aku tinggal di rumah Jasmine. Makanya mereka izin-in."

Deka tertawa. "Nakal," ucapnya.

"Tapi ya, kamu yakin kalau kita enggak bakal ketahuan?" tanya Deka.

Tiga bulan bukan waktu yang sebentar dan selama itu belum tentu mereka tidak akan ketahuan. Status mereka mungkin tidak akan menjadi masalah kalau keduanya pulang dan pergi bersama.

Tapi bagaimana pun pasti tetap saja ada kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Tentunya Deka tidak ingin terlibat dalam masalah yang rumit.

Kalau Deka suka-suka saja dengan ide Kara yang akan menginap di apartemennya selama tiga bulan. Lagi pula hal itu pasti akan lebih banyak menguntungkannya.

Semenjak mereka jadian, Deka sangat paham kalau Kara bersedia melakukan apapun untuknya. Sekalipun akal sehatnya juga semakin menghilang. Terkadang Deka jadi berpikir betapa memuakkannya hal sejenis cinta.

Untuk apa jatuh cinta pada orang yang hanya memanfaatkan kita? Tapi Deka yakin kalau Kara pasti tidak tahu dirinya sedang dimanfaatkan.

Deka paham kalau perempuan naif sejenis Kara ini percaya pada imajinasi bahwa mereka dicintai meskipun kenyataannya bertolak belakang.

Kalau sudah seperti ini, Deka jadi tertantang untuk mengetahui seberapa banyak Kara akan mengorbankan dirinya. Sebanyak apa Deka harus melukainya agar Kara sadar kalau ia tidak mencintai perempuan itu.

"Kita enggak akan ketahuan," ucap Kara penuh keyakinan.

Deka tersenyum miring menatap wajah Kara yang tampak sangat berseri. Perempuan itu selalu tampak bahagia membuat Deka jadi merasa iri. "Sebesar apa keyakinan kamu, baby?" Deka mengusap wajah Kara dengan lembut. "Buat aku jadi seyakin kamu."

Tubuh Kara terjerembab di atas sofa saat Deka mendorongnya sambil menyeringai. Dagu Kara diangkat mendongak untuk beradu tatapan dengan mata Deka yang memancarkan kecurangan.

Shattered Dreams (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang