Hai semuanya...
Kembali lagi bersama Nona_resha dalam bagian yang lebih seru lagi.Update kali ini aku persembahkan untuk kalian semua.
Selamat membaca.....
----
Malam ini, Kara tidak dapat melunturkan senyumnya karena setelah sekian lama akhirnya Deka kembali mengajaknya jalan berdua.
Meskipun kalau boleh jujur, Kara sangat tidak nyaman dengan musik dan keramaian yang ada di sekitarnya. Belum lagi orang-orang yang meliukkan tubuhnya di lantai dansa serta aroma alkohol yang membuat Kara tidak nyaman.
Skymoon Club memang tidak pernah sepi.
“Wow! Cewek lo masih sama ternyata.” Kara mendelik saat suara Bara memasuki indra pendengarnya.
Di antara semua teman kekasihnya, Kara paling tidak suka dengan Bara. Pasalnya pemuda itu selalu memandangnya dengan kurang ajar dan terkesan tidak menyukainya.
Dan hal yang membuat Kara sedih adalah Deka yang tidak terlihat punya niatan untuk membelanya sama sekali. Kara yakin itulah hal yang membuat teman-teman Deka merasa bebas mengganggunya.
“Servisnya mantap tuh!” seru pemuda lain bernama Alan.
“Pantas Deka betah.” Celetuk Bara.
Kara memilin bajunya merasa sudah di lecehkan oleh mereka semua. Tapi tidak ada hal apapun yang bisa Kara lakukan selain menunduk dalam diam. Karena Kara tidak seberani itu untuk melawan mereka semua.
Merasa banyak mata yang menatapnya membuat Kara kian merapatkan tubuhnya dengan Deka. Tangan Kara memilin jaket bagian belakang Deka untuk menunjukkan betapa ia merasa tidak nyaman.
Deka yang menyadari tingkah aneh kekasihnya pun bergerak meraih tangan Kara dan menggenggamnya. “Duduk yang tenang, Ra!” titah Deka.
Senyum Kara mengembang saat Deka menggenggam tangannya. Kara sangat senang dengan cara Deka yang memperlakukannya seperti sekarang.
“Main truth or dare, yuk!” ajak Alan yang di setujui begitu saja.
“Yang enggak mau harus minum satu gelas Whisky.”
Botol wine yang telah kosong mereka jadikan sebagai alat permainan. Kara memperhatikan botol yang berputar itu dengan lekat, berharap agar tidak berhenti ke arahnya.
Ketika botol itu berhenti tepat di depan Raident, mata Kara tanpa sengaja tertuju menatapnya. Namun secepat mungkin, Kara mengalihkan tatapannya.
“Truth or dare?” tanya Alan.
“Truth.”
“Seberapa sering lo making love sama Aileen?!!” mata Kara terbelalak mendengar pertanyaan itu.
Pertanyaan macam apa itu?
Diam-diam Kara memperhatikan Raident yang menatap Alan dengan alis terangkat. Ekspresinya terlihat tenang tapi Kara mampu merasakan atmosfer di sekitarnya yang berubah.
Raident mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya tanpa mengalihkan tatapan dari Alan. “Aileen bukan perempuan yang ada di pikiran lo.” Ucap Raident dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shattered Dreams (END)
Teen Fiction𝙆𝙖𝙬𝙖𝙣𝙖 𝙍𝙖𝙝𝙚𝙣𝙖𝙯𝙪𝙡𝙖, 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘱𝘪 𝘤𝘩𝘶𝘣𝘣𝘺, 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘵𝘰𝘭𝘢𝘯 𝘑𝘢𝘺𝘢 𝘕𝘶𝘴𝘢, 𝙕𝙚𝙪𝙨𝙖𝙙𝙚𝙠�...