50. Apa itu cinta?

752 39 10
                                    


Semua perkataan Deka membuat Aileen berusaha keras menahan semua amarah yang ada di dalam hatinya. Meski begitu Aileen paham dengan kemarahan dan kebencian Deka tapi bukan berarti membenarkan tindakannya.

Aileen sangat membenci tindakan Deka yang pengecut. Kara tidak salah dan tidak tahu dengan kesalahan yang pernah di lakukan oleh orang tuanya. Tidak adil kalau Kara harus menanggung semua penderitaan itu.

“Kalau kamu benci Papa Kara, jangan lampiaskan kebencian itu sama Kara! That’s not fair to Kara!!” Aileen segera bangkit dan menjauhkan dirinya dari Deka.

“Isn’t that fair, you say?” Aileen terkejut dengan nada suara Deka yang tiba-tiba meninggi. “Masa kecil aku hancur gara-gara itu! Sedangkan dia baik-baik aja!!” Mata Deka mulai berkaca-kaca.

Aileen sampai terdiam dan suaranya menghilang begitu saja. Semua kemarahan Aileen menguap begitu saja saat melihat tatapan Deka yang penuh luka.

Selama ini Aileen tidak pernah melihat Deka seperti itu. Bahkan waktu pertama kali menceritakan perselingkuhan Maminya, Deka tidak memberikan reaksi apapun.

Tatapannya datar dan dingin, seolah itu bukan hal yang mampu membuat hatinya terluka.

Tapi hari ini Deka terlihat berbeda.

Ada emosi yang terpancar jelas lewat tatapannya.

Hal itu membuat Aileen sadar kalau kebencian itu pasti sulit untuk di singkirkan.

“Kalau pun ada yang enggak adil, itu aku! Bukan dia!” ucap Deka dengan tatapan penuh luka, amarah, dan kebencian.

Saat itu juga Aileen sadar kalau melawan Deka dengan kekerasan akan berakhir sia-sia. Luka di hati  laki-laki itu harus ia obati sebelum membuat Deka bersedia mengobati luka Kara.

Bagaimana pun juga, Deka adalah korban dari perselingkuhan Maminya dan Kara adalah korban dari kebencian Deka. Mereka berdua sama-sama terluka tapi dengan akar yang berbeda.

Deka terluka karena rasa sakit akibat perselingkuhan Maminya dan Kara terluka karena rasa cintanya kepada Deka.

The world is unfair to both of them!

Aileen kembali mendekat dan membawa Deka ke dalam pelukannya. Tanpa berbicara apapun, Aileen merasakan bahu Deka bergetar dengan suara tangisannya yang lirih. Sebagai sahabat, Aileen merasa gagal menyelamatkan Deka.

Seharusnya waktu mengetahui perselingkuhan kedua orang tua Deka, ia tidak hanya diam karena laki-laki tidak menunjukkan reaksi apapun. Hari itu Deka tidak menangis tapi ternyata hatinya menyimpan luka yang teramat besar.

Dan Aileen terlambat memahaminya.

“Let go of all the pain in your heart, Ka. Jangan simpan rasa sakit itu sendirian!” Aileen mengeratkan pelukannya. “Kapan pun rasa sakit itu datang, temui aku! Lampiaskan semuanya sama aku! Jangan sakit-in siapapun!!”

Suara tangisan Deka yang lirih benar-benar membuat perasaan Aileen tidak karuan. Mungkin karena mereka berteman dari kecil dan punya nasib yang sama. Bedanya hanya Deka tetap bisa melihat Papi dan Maminya bersama sedangkan ia harus kehilangan kedua orang tuanya.

Bagaimana rasanya membenci pun Aileen tahu tapi perasaan semacam itu tidak ia biarkan tumbuh di dalam hati.

Selama ini Aileen memilih tidak mencari tahu kehidupan Papinya bersama selingkuhannya. Rasanya lebih baik tidak tahu apapun dari pada membiarkan hatinya berselimut kebencian. Karena kebencian hanya akan menghancurkan dirinya sendiri.

“Aku pikir lebih baik Papi dan Mami pisah, Ai. Setiap kali lihat Mami, aku merasa jijik, mual, dan benci.” Ungkap Deka

“Tapi Papi malah maafin Mami. Apa Papi enggak jijik, Ai? Kenapa Papi tetap maafin Mami?” tanya Deka tanpa jawaban apapun dari Aileen. “Aku mau Mami pergi! Aku mau Papi benci sama Mami! Aku mau Papi pisah sama Mami!”

Aileen menangkup kedua sisi wajah Deka saat di rasa laki-laki itu mulai berbicara terlalu jauh.

“Dengerin aku, Ka!” Aileen akan berusaha meruntuhkan kebencian di hati Deka dengan cara apapun.

“Ada hal yang enggak akan bisa kita mengerti tentang hubungan orang dewasa. Karena kita enggak merasakan ada di posisi itu. Sama halnya dengan Papi kamu yang memilih untuk memaafkan kesalahan Mami kamu.”

Ada rasa sesak yang merayap di dalam hari Aileen. “Bahkan sampai akhir hayatnya, Mami enggak pernah benci sama Papi yang udah selingkuh dan ninggalin dia. Aku sering bertanya kenapa? Mami bilang itu cinta. Walaupun harus sakit dan menderita, Mami tetap cinta sama Papi.”

“Kenapa ada yang rela di sakiti cuma karena cinta, Ai?” Aileen tersenyum. “Kamu harus tanyakan itu sama Kara.” Jawab Aileen.

Kening berkerut tampak berpikir. “Kenapa Kara?” tanya Deka.

“Sekarang kamu jawab aku!” Aileen berganti meraih tangan Deka. “Kenapa kamu enggak ragu untuk menyakiti Kara?”

“Karena aku benci sama dia.” Jawab Deka.

Aileen malah menggelengkan kepalanya, “Bukan.” Bantah Aileen.

“Tapi karena kamu tahu kalau Kara cinta sama kamu. Dan Kara enggak akan meninggalkan kamu meski sudah kecewa dan terluka. Iya kan?”

Aileen membantu mengarahkan tangan Deka ke dadanya sendiri. “Coba tanya hati kamu sekali lagi. Apa iya, kamu enggak pernah cinta sama Kara?”

Kepala Deka yang menunduk dan keterdiaman nya sudah cukup untuk menjadi jawaban bagi Aileen. Sejak Deka mengatakan kalau Kara adalah ‘perempuan yang gak boleh di cintai’ membuat Aileen tahu kalau laki-laki itu hanya enggan mengakuinya.

Perasaan benci telah menutupi perasaan sebenarnya. Dari awal, Deka membohongi perasaannya sendiri. Deka meyakinkan hatinya kalau ia membenci Kara. Walaupun ada cinta di dalam hatinya.

“Deka.” Panggil Aileen. “Ayo temui Kara dan minta maaf sama dia!”

“Buat apa?”

Namun, Deka masih berusaha mengelak dan menyembunyikan perasannya.

“Untuk memastikan hati kamu dan mendapatkan jawaban dari pertanyaan kamu tentang cinta. Aku yakin kalau Kara punya jawaban untuk pertanyaan itu.”

Sebesar apapun kebencian, tidak ada yang tidak mungkin untuk jatuh cinta. Deka harus tahu akan hal itu. Meskipun Deka berulang kali mengatakan kalau hatinya tidak merasakan apapun tentang Kara.

Karena terkadang, kita takut untuk jatuh cinta dan merasakan sakitnya hingga mencoba meyakinkan hati kalau tidak pernah mencintainya.

Lying to yourself is a shield against fear of love.

----

Aku bingung nih mau bicara apa tapi semoga kalian suka ya.

Pendek banget gak sih?

Aku gak suka pas lihat kalau bab ini pendek. Aku mau buat panjang tapi kondisi aku enggak memungkinkan.

Tadi tu ya, badan aku dingin dan menggigil. Setelah minum obat jadi lebih baik.

Oh iya, bab ini tuh masih tentang Deka dan Aileen. Selanjutnya bakal tentang Kara.

So, tetap baca cerita ini ya.

Satu lagi nih, sebenarnya aku punya dua pilihan cerita baru untuk di upload tapi aku bingung yang mana.

Besok deh aku kasih kalian sinopsisnya. Biar kalian yang pilih ceritanya.

Segitu aja dulu, see you.

*Jangan lupa tinggalkan Vote dan Comen!

Shattered Dreams (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang