45. Jawaban Tak Terduga Deka

628 26 9
                                    

Cahaya lampu memasuki retina mata Kara yang baru saja terbuka. Sekujur tubuhnya sakit tapi tidak lebih sakit dari kegagalannya untuk mati.

Mata Kara berpencar mengelilingi ruangan yang sepi, sunyi dan kosong seperti hatinya. Air mata Kara kembali menetes saat teringat dengan dosa-dosanya. Tangan Kara menyentuh perutnya yang kosong dan hampa. Ia kembali menjadi pembunuh.

“Maaf! Kamu mati karena aku.....” 

Tangisan Kara tidak mengeluarkan suara sama sekali tapi air matanya keluar dengan deras. “Harusnya aku ikut mati sama kalian juga....”

“Aku jahat!”

“Aku pembunuh!”

“Harusnya aku mati!”

Kara harus mengaku kalau ia menyesali semua keputusannya di masa lalu. Rasa cinta yang membuatnya buta berakhir menghancurkan seluruh hidupnya. Mimpi-mimpi indah tentang masa depan turut hancur bersama cinta butanya.

Tetapi bagi Kara, mencintai Deka bukanlah sebuah kesalahan. Satu-satunya kesalahan adalah pilihannya untuk memiliki Deka. Sejak awal harusnya ia mengerti bahwa tangannya tidak akan mampu menggenggam Deka.

Ia terluka karena terlalu banyak memaksakan diri. Padahal ia tahu bahwa ia tidak akan sanggup. Hasrat untuk memiliki telah membuat cintanya yang suci di selimuti oleh kebutaan. Hingga ia tidak dapat melihat jalan yang benar.

Perasaan ingin memiliki dan cinta yang buta telah membuatnya lupa tentang arti bahagia yang sesungguhnya. Perasaan itu juga yang membuatnya menjadi pembunuh keji yang tidak kenal belas kasih.

Begitu sadar, Kara tahu bahwa segalanya tidak akan sama lagi. Sebanyak apapun pengorbanan yang di lakukannya untuk Deka, itu tidak akan pernah cukup karena Deka memang tidak pernah mencintainya.

Bahkan di saat-saat seperti ini, Kara masih tidak bisa melepaskan Deka. Meskipun cintanya telah di hancurkan.

Kara ingin Deka selalu ada di sisinya walaupun bukan karena cinta. Batinnya berteriak kesakitan tapi Kara abai demi memiliki Deka.

Kalau memang semua rasa sakit itu adalah bentuk bayaran untuk memiliki Deka, maka ia rela terus sakit seumur hidup.

Kara sadar bahwa cinta buta telah menghancurkan hidupnya. Keinginannya untuk memiliki Deka membuatnya kehilangan segalanya tapi ia juga tidak sanggup hidup tanpa Deka.

“Aku cinta sama kamu, Ka.” Akui Kara. “Aku siap mati buat kamu, tapi kenapa?” tanya Kara dalam tangisnya. “Setelah semua pengorbanan yang aku lakukan, kenapa kamu masih enggak bisa mencintai aku?”

“Aku kesakitan karena mencintai kamu. Tapi aku juga enggak bisa tanpa kamu!”

Ironi paling menyedihkan bagi Kara adalah mengetahui kalau orang yang di cintainya tidak pernah mencintainya. Perjuangannya selama ini hanyalah usaha sia-sia yang hanya menghancurkan hidupnya, tubuhnya, dan jiwanya.

Tapi kenapa?

Setelah semua rasa sakit tiada akhir yang di berikan Deka, ia masih tidak bisa melepaskan laki-laki itu. Kenapa ia terus mengharapkan cinta dari orang yang tidak mencintainya? Padahal ia sudah memberikan segalanya tanpa sisa.

Kalau saja bisa memilih maka Kara lebih baik mati dari pada mengetahui fakta kalau Deka tidak pernah mencintainya. Rasanya lebih baik mati tanpa mengetahui segalanya di banding hidup dengan penderitaan.

Kara kembali bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

“Aku kurang apa?”

“Kenapa kamu enggak bisa cinta sama aku?”

“Padahal aku udah kasih kamu segalanya tapi kenapa kamu merasa enggak cukup?”

“Aku cuma mau di cintai, Ka! Kenapa malah penderitaan yang kamu berikan?”

Tangisan Kara semakin kencang seiring dengan lebih besar dorongan rasa sakit yang di rasakannya. Meskipun Kara sudah menangis terlalu banyak, tapi kenyataannya ia masih punya banyak air mata untuk menangisi Deka.

Walaupun Kara telah sadar betapa menderitanya mencintai Deka tapi ia masih tidak bisa melepaskan laki-laki itu. Bagi Kara, lebih baik menderita asalkan Deka bersamanya karena tanpa Deka, ia tidak akan bisa bahagia.

Itulah hal yang masih belum bisa Kara pahami. Bahwa kebahagiaan datang dari dalam diri sendiri. Kita tidak bisa menggantungkan kebahagian kepada orang lain yang bahkan tidak mengerti kita. Mereka sama sekali tidak bertanggung jawab untuk kebahagian kita.

Pahamilah bahwa kita adalah yang paling tahu kebahagian kita sendiri. Berhenti menjadikan orang lain sumber kebahagian ataupun rasa sakit karena kitalah yang paling tahu diri kita sendiri. Kebahagian tidak akan pernah bahagia kalau kita masih membiarkan orang lain melakukannya.

Cintailah diri kita sendiri sebelum mencintai orang lain. Karena kita tidak akan bisa mendapatkan cinta yang tulus saat tidak mencintai diri sendiri.

----

Jasmine menatap nanar handphone-nya yang menunjukkan sebuah video yang baru saja di posting di situs sekolah mereka. Meskipun video itu telah di edit hingga tidak ada yang bisa mengenali sosok di dalam video itu tapi Jasmine tahu.

Video itu milik Deka dan Kara. Jasmine pernah melihatnya ketika Deka menunjukkannya waktu itu. Sekalipun suara dalam video itu juga di samarkan tapi Jasmine masih bisa mengenali suara Kara.

Jadi, Deka serius dengan ucapannya.

Jasmine yakin kalau Deka tidak akan berhenti sampai di sini saja. Cowok brengsek itu pasti sudah menyiapkan rencana yang lebih buruk dari pada ini. Video ini pasti punya tujuan untuk memberitahunya agar berhati-hati.

“Dasar cowok brengsek!” umpat Jasmine.

Kenapa semesta seolah mendukung kejahatan yang di lakukan Deka? Ini tidak adil!

Padahal sudah sejak seminggu yang lalu ia mencoba membuat image Deka menjadi buruk dengan memposting tulisan, video, ataupun komentar tapi semuanya gagal. Ia juga tidak mengerti tapi pasti itu hal yang buruk.

Lagi pula, bagaimana bisa ia tidak bisa memposting satu hal buruk pun tentang Deka?

Pasti ada sesuatu yang tidak di ketahui nya!

Tapi untuk sekarang Jasmine akan mengesampingkan hal itu. Hal yang penting sekarang adalah ia harus memastikan kalau tidak akan ada yang mengira kalau perempuan di dalam video itu adalah Kara.

Meskipun wajahnya sudah di samarkan tapi rambut perempuan dalam video itu terlihat jelas. Kalau sampai ada yang menyadari itu mirip rambut Kara maka tamatlah sudah riwayatnya. Karena hanya butuh satu asumsi saja untuk membuat orang-orang terpancing dan menyadari.

Situs sekolah sedang ribut menerka-nerka  pelaku pengirim video itu, mungkin inilah satu-satunya kesempatan Jasmine untuk bisa menyelamatkan nama baik Kara. Sekarang ini, Jasmine bahkan rela bolos sekolah untuk menghampiri Deka. Semuanya demi Kara.

“Gue akan balas cowok brengsek itu, Ra!”

----

“Sesuai dugaan lo, Ka. Mereka lagi menerka-nerka siapa perempuan dalam video itu.” Ucap Veron tanpa melepaskan tatapannya dari tab.

Sementara Deka hanya tersenyum menanggapi ucapan Veron. Dalam situasi seperti ini, sangat jarang dan hampir tidak mungkin orang-orang akan fokus dengan pihak laki-laki.

Mereka hanya akan fokus pada pihak perempuan. Lalu, setelah tahu siapa perempuannya, mereka akan mulai menghujat dan mengeluarkan sumpah serapah. Seolah-olah mereka adalah manusia suci saja.

“Terus pantau situsnya. Gue mau tahu siapa aja  yang akan mereka tuduh!”

Akan sangat menyenangkan kalau sampai ada yang mengira kalau perempuan dalam video itu adalah Kara. Tapi Deka juga tidak begitu menginginkan kalau sampai hal itu terjadi.

Ia hanya ingin memberikan gertakkan kepada Jasmine agar tidak berani macam-macam kepadanya. Semua yang tidak mau tunduk di hadapannya akan Deka paksa sampai bersujud di kakinya. Karena itulah tempat yang pantas bagi mereka.

“Lo yakin di bakal datang kesini?” tanya Kelano yang tidak henti menatap CCTV di depan rumahnya.

Deka membasahi bibirnya yang kering. “Lo ngeraguin gue?” tanya Deka. “Dalam satu jam ke depan, gue jamin kalau mangsa lo pasti akan datang.”

“Apa yang membuat lo seyakin itu?” tanya Kelano.

“Dia tipe yang nekat dan enggak pikir panjang. Kita udah pernah liat sendirikan waktu itu? Jadi, persiapkan diri lo!”

Kelano menganggukkan kepalanya begitu mengingat hal yang terjadi akhir-akhir ini. Perempuan itu memang nekat dan tidak punya rasa takut. Tapi sebentar lagi akan ia pastikan kalau perempuan itu pasti bersujud di bawah kakinya sambil memohon.

Ah, sial! Kelano tidak dapat menahan senyumnya saat membayangkan hal tersebut.

Di sisi lain ada Keyzo yang hanya bisa geleng-geleng kepala saat melihat Kelano senyum-senyum sendirian. “Gue tanya serius, Ka. Lo pernah gak satu kali aja jatuh cinta sama Kara?” tanya Keyzo.

Meskipun pertanyaan itu di tunjukkan untuk Deka tapi kenyataannya semua orang menatap Keyzo dengan aneh. Mereka pasti merasa itu adalah pertanyaan aneh yang di tanyakan oleh orang aneh.

Tapi Deka menganggapinya dengan serius. “Enggak!”

“Sekalipun?”

Deka mengangguk. “Iya.” Pandangan Deka kembali menerawang kepada masa lalu. Bukannya tidak bisa mencintai Kara tapi Deka bertekad untuk tidak melakukannya.

Karena.....

“Dia perempuan yang enggak boleh gue cintai!”

----

Apa kabar kalian semua?
Aku harap kalian baik dan sehat-sehat aja ya.

Gimana nih sama bab kali ini? Comen dong!

Sebenarnya aku mau bikin promosi cerita Shattered Dreams ini ke tiktok tapi masih ada yang bikin bingung.

Berdasarkan cerita Deka dan Kara yang udah sampai bab ini, menurut kalian lagu apa yang cocok untuk menggambarkan cerita Shattered Dreams?

Kasih saran ya, aku masih bingung.

Aku punya sih beberapa pilihan tapi entah kenapa aku masih merasa ada yang kurang. Aku mohon bantuan kalian ya.

Boleh lagu apa aja kok. Bahasa Indonesia ataupun bahasa inggris.

Aku tunggu comen kalian ya!

*Jangan lupa tinggalkan vote dan comen!

Shattered Dreams (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang