16. Mengungkap Rahasia Kara

793 17 0
                                    

Selamat membaca...

----

Dengan mata yang agak memerah, Kara berusaha fokus pada pelajaran di hadapannya. Berkali-kali Kara mencoba mencatat hal-hal penting yang ada di layar ke dalam Ipad Pro miliknya.

Tapi mata Kara sangat sulit untuk di ajak bekerja sama sehingga beberapa kalo Kara salah dalam menulis. Matanya pun semakin lama semakin terasa perih.

Selain itu, Kara juga merasa kalau tubuhnya terasa sangat tidak nyaman. Mungkin hal itu karena ia dan Deka berhubungan secara intens selama satu bulan terakhir semenjak kepindahannya ke apartemen Deka.

Pagi tadi sebelum berangkat ke sekolah Kara memakan kertas yang di berikan oleh Deka. Seingat Kara, waktu itu Deka mengatakan kalau kertas itu di sebut kertas happy.

Awalnya tidak ada efek apapun yang Kara rasakan setelah memakan kertas itu. Tapi, sekarang Kara mulai mendengar suara-suara aneh yang terus menyapa telinganya.

Kara menatap sekeliling dan melihat kalau teman-temannya masih tetap fokus menatap ke layar di depan sana. Sedangkan Kara sudah meletakkan Ipad-nya dan menutup kedua telinganya untuk menghalau suara-suara yang asal-usulnya tidak jelas.

Suara piano itu tidak hilang meskipun Kara sudah menutup kedua telinganya. Malahan suara piano itu semakin terdengar jelas di kedua telinga Kara. Alunan piano itu membuat Kara merasakan perasaan sedih yang begitu mendalam hingga tanpa sadar air matanya jatuh.

Suara isak tangis mulai keluar dari bibir Kara hingga beberapa siswa menatap ke arahnya tanpa di sadari. Kara juga tampak tidak sadar saat suara tangisnya semakin besar dan menyita lebih banyak perhatian.

“Jangan... S-stop...” mohon Kara pada suara piano yang hanya di dengar oleh dirinya.

Suasana di dalam kelas menjadi riuh setelah mendengar suara tangis Kara yang semakin keras. Pembelajaran pun terhenti begitu saja.

“Kenapa Kara?” tanya Mrs. Ashena.

Kara tidak me-respon pertanyaan atau bahkan seluruh atensi yang tertuju kepadanya. Kara masih tetap setia menutup kedua telinga dengan tangannya dan memejamkan mata sambil menangis.

“Arghh... Berhenti!!” teriak Kara secara tiba-tiba yang membuat banyak orang terkejut.

Mrs. Ashena menatap para siswa yang sama bingungnya dengan dirinya kecuali Jasmine yang terlihat cemas juga khawatir dan Aileen yang tidak memberikan ekspresi apapun.

Padahal setahu Mrs. Ashena mereka bertiga bersahabat dan kemana pun sering bersama-sama. Apakah wajar seorang sahabat memberikan ekspresi datar saat sahabatnya sedang tidak baik-baik saja.

Walaupun itu tampak wajar untuk Aileen yang sejak hari pertama sekolahnya selalu menunjukkan wajah datar tanpa ekspresi.

“Jasmine! Aileen!” panggil Mrs. Ashena. “Kalian tahu apa yang membuat Kara seperti ini?” tanya Mrs. Ashena yang kompak di jawab oleh gelengan keduanya.

Hal itu membuat Mrs. Ashena menghela nafas karena tidak pernah menghadapi kondisi seperti ini. Saat Mrs. Ashena hendak mendekati Kara, Aileen tiba-tiba saja maju dan mendekat.

“Kara?” panggil Aileen dengan lembut yang sama sekali tidak di respon oleh Kara.

Aileen mengalihkan perhatiannya kepada teman-teman sekelasnya yang kini menatap kerahnya. “Tolong mundur dan beri ruang untuk Kara!” pinta Aileen yang langsung di turuti.

“Kara?” panggil Aileen sekali lagi sambil menyentuh bahu Kara.

Dengan perlahan Aileen meraih tangan Kara yang setia menutuk kedua telinga. “Ra, lo bisa dengar suara gue?” tanya Aileen.

Shattered Dreams (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang