Di antara banyaknya penghuni kantin, Kara merasa dirinya di isolasi sendirian. Terdengar suara ramai dari setiap meja kecuali mejanya. Kara hanya duduk sendirian di temani segelas orange juice dan semangkuk bubur.
Minuman dan makanan itu masih utuh tanpa Kara sentuh sama sekali. Sedari tadi Kara hanya fokus menatap pintu masuk, berharap bisa bertemu kekasihnya.
Tujuannya hanya satu yaitu meminta maaf. Setelah berpikir panjang, Kara memutuskan untuk meminta maaf kepada Deka meskipun ia tidak tahu di mana letak kesalahannya.
Deka segalanya baginya.
Kara bersedia melakukan apapun asal bisa bersanding dengan Deka. Namun, hingga kini Deka tidak memperlihatkan dirinya di kantin. Hal itu mampu membuat Kara gelisah dan duduk dengan tidak nyaman.
Tatapan Kara yang sebelumnya tidak lepas dari pintu masuk, kini beralih menunduk sambil memilin jarinya karena di landa gelisah dan gugup.
Pikiran Kara saat ini tidak lepas dari ketakutan kalau Deka akan meninggalkannya. Ia sudah memberikan semuanya kepada Deka tanpa tersisa. Harga diri ataupun kehormatan, Kara sudah tidak memilikinya.
Apa mungkin ini karma karena telah membohongi Papa dan Mamanya? Kara dengan cepat menggelang.
Semua ini terjadi karena sahabat pengkhianatnya, Aileen. Sudah sejak hari itu Kara jijik untuk sekedar mengingat dan menyebut namanya.
Karena terlalu banyak merenung, Kara sampai tidak sadar kalau ada seseorang yang berdiri tepat di depan mejanya.
“Kara.” Suara itu membuat Kara mengangkat kepalanya.
Tatapan Kara berubah sinis. Namun, dibanding marah-marah dan meluapkan emosi yang dapat membuat dirinya menjadi pusat perhatian, Kara memilih menatap Aileen dengan tajam dalam diam.
Sementara itu, Aileen sangat paham kalau Kara tidak menyukai kehadirannya. Perempuan itu terlalu banyak salah paham dan Aileen ingin meluruskannya. “Bisa kita bicara?” tentunya bila Kara menyetujui ajakannya.
“Apa yang perlu di bicarakan sama pengkhianat macam kamu, Ai?!” Tajam dan tepat melukai hati Aileen. Kara tersenyum miring saat melihat perubahan pada raut wajah Aileen.
Tapi tenang saja, Kara tidak mengucapkan hal tersebut dengan suara yang keras. Sehingga bisa di pastikan kalau hanya Aileen yang bisa mendengarnya.
Pengkhianat?
Pertama kalinya Aileen mendengar kata semacam itu tertuju padanya. Tapi, Aileen tidak bisa membantah karena memang benar adanya. Namun, kalian jangan salah paham. Karena pengkhianatan yang Aileen maksud bukan seperti yang kalian pikirkan.
Untuk sekarang, biarkan Aileen sendiri yang tahu maksud kata itu.
Raut wajah Aileen sudah kembali tenang seperti semula. “Ada banyak yang perlu kita bicarakan, Ra. Aku perlu meluruskan semua kesalahpahaman dan tuduhan kamu. Selain itu, ada banyak hal yang mau aku tanyakan.”
Kara hendak menolak ajakan itu. Lagi pula untuk apa mendengarkan perkataan dari pengkhianat semacam Aileen. Namun, alih-alih menolak sesuai keinginan awalnya, Kara malah menyetujuinya.
“Oke.”
----
Aileen membawa Kara ke studio dance tempatnya biasa latihan. Menurut Aileen, ini adalah tempat di mana siapapun tidak akan bisa mendengar pembicaraan mereka.
Begitu masuk, Aileen langsung mendudukkan dirinya di salah satu bangku yang tersedia. Sementara Kara mengambil tempat duduk tepat di seberangnya.
“Aku masih enggak paham kenapa kamu bilang aku pengkhianat, Ra. Kalau soal aku yang bicara sama Deka sampai mengabaikan kamu waktu itu, aku minta maaf.” Aileen membuka pembicaraan dengan suara yang terdengar sangat tulus.
Namun, bagi Kara itu semua belum cukup. Setelah semua yang terjadi kenapa Aileen begitu sulit mengakui perbuatannya. Kara benci kepada pembohong seperti Aileen.
“Kamu pikir aku percaya?!” tanya Kara menatap Aileen semakin tajam.
“Terlalu dini untuk mendeklarasikan kalau kamu enggak percaya.” Aileen masih tenang seperti awal. “Dengerin penjelasan aku dari awal sampai akhir. Setelah itu, terserah kamu mau percaya atau enggak.”
“Terserah.”
Kara terkejut saat Aileen mengeluarkan kalung yang semalam di lempar Raident. Kalung itu terlempar ke belakang mobil Raident dan Kara tidak sempat mengambilnya.
“Kalung ini punya kamu kan? Aku ketemu di mobil Raident. Kemarin malam kamu ketemu sama dia?” tanya Aileen dengan hati-hati.
“Iya.” Kara tidak akan mengelak. Lagi pula untuk apa ia menghindar. “Aku perlu kasih tahu dia kalau pacarnya ini pengkhianat.”
Sejenak Aileen menunduk untuk mengusir amarah yang telah meluap di dalam dadanya. “Kamu enggak punya hak untuk menyebut orang lain pengkhianat, Ra! You can ask if you don’t know. Not even jumping to conclusions.”
“Gitu? Sekarang aku tanya! Kamu tahu satu-satunya lukisan yang ada di kamar Deka? Gambar seorang perempuan dan laki-laki yang bermain piano atau Kosong sembilan dua tiga dua satu atau...”
Kara mengantung ucapannya hingga menimbulkan tanda tanya dalam benak Aileen. “Sebuah kotak di dalam lemari Deka yang berisi kotak kecil bertuliskan nama Cempaka Aileen. Dan di dalamnya ada kalung itu. Bisa kamu jelaskan semuanya, Ai?!”
Tiba-tiba saja Aileen terdiam dengan lidah yang kelu. Bingung bagi Aileen untuk menjelaskan semuanya kepada Kara. Penjelasan yang tidak membuat perempuan itu semakin salah paham.
“Kenapa diam, Ai? Bingung karena enggak punya pembelaan diri. Udah aku duga kalau kamu cuma pura-pura enggak kenal sama kalung itu. Selain pengkhianat, ternyata kamu juga munafik ya!”
“Bukan, Ra!” akhirnya Aileen buka suara. “Aku enggak tahu apapun soal kalung ini atau pun angka yang kamu sebutkan. Kamu bisa tanya langsung hal itu sama Deka.”
Aileen menyerahkan kalung itu kepada Kara sebelum melanjutkan ucapannya. “Lukisan itu hadiah perpisahan yang aku kasih sama Deka sebelum pindah ke Bandung. Kamu jangan salah paham, karena bukan cuma Deka yang aku kasih. Keyzo, Veron, dan Kelano juga aku kasih. Cuma dengan gambar yang berbeda.”
Kara tidak akan percaya semudah itu. “Kamu pikir, aku percaya?”
“Pilihan kamu untuk percaya atau enggak. I’ve given you the explanation you want to know. Believe it or not, it’s your choice.”
Sejenak Kara terdiam mencoba mencerna semua perkataan yang Aileen sampaikan. Setelah semua yang di lihatnya, sulit bagi Kara untuk percaya. Rasanya, penjelasan Aileen tidak cukup untuk menghilangkan semua rasa tidak percaya yang di milikinya.
“Sulit buat aku percaya, Ai.” Suara Kara terdengar lirih. “Kenapa hubungan kamu sama Deka tiba-tiba akrab? Kamu akrab di saat hubungan aku dan Deka memburuk. Kalau kamu ada di posisi aku, gimana perasaan kamu, Ai?”
Bagaimana kalau ia yang ada di posisi Kara? Aileen tidak tahu karena tidak pernah mengalaminya. Tapi, Aileen harus menegaskan sekali lagi kalau semua tuduhan dan pemikiran Kara itu tidak benar.
Sekalipun dalam hidupnya, ia tidak pernah ingin menjalin hubungan terlarang dengan kekasih sahabatnya. Namun, sekali lagi harus Aileen tegaskan. Tidak ada yang tahu dengan masa depan begitu pula ia.
Harus Aileen tegaskan kalau ia benci pengkhianatan dan perselingkuhan. Tapi setahun yang lalu, Aileen malah melakukan hal tersebut. Selingkuh dari kekasih yang sangat di cintainya.
A facts that Aileen could not deny. And the most embarrassing thing to admit.
“Aku bingung, Ra. Gimana caranya supaya kamu percaya sama aku. Aku juga bingung harus menjelaskan gimana supaya kamu enggak salah paham.” Ucap Aileen sebelum menunduk. Beban yang ada di punggungnya terasa semakin berat.
“Aku dan Deka punya kesalahpahaman di masa lalu. Dan akhir-akhir ini kesalahpahaman itu udah selesai. Kita kembali berhubungan dekat seperti sebelumnya. Aku minta maaf, Ra. Salah aku karena enggak kasih tahu kamu sebelumnya dan malah bikin kamu jadi salah paham. Sorry, Ra!”
Penjelasan Aileen mudah untuk Kara mengerti. Tapi logika Kara menolak semua penjelasan itu. Terasa ada yang janggal tapi apa? Kara juga tidak mengerti pada dirinya sendiri. Penjelasan apa yang di inginkannya?
Sehingga Kara hanya bisa memberi respon secara singkat. “Kasih aku waktu untuk memproses semua ini, Ra!” Aileen mengangguk. “Iya.”
Pembicaraan mereka berakhir dan itu artinya Kara harus keluar dari ruangan ini. Namun, keluar tidak akan semudah masuk. Saat Kara bangkit, Aileen mengeluarkan pertanyaan yang membuat tubuhnya menegang.
“Selama hampir tiga bulan ini, kamu tinggal di mana Ra?” Tenang dan tanpa emosi tapi berhasil membuat Kara kesulitan bernafas.
“Papa kamu telepon aku. Katanya, kamu lagi apa? Kenapa enggak jawab panggilannya?” Aileen dengan mudah melihat kegugupan di mata Kara. “Setelah aku, sekarang giliran kamu yang kasih penjelasan. Kenapa Papa kamu bisa berpikir kalau kamu sempat tinggal di rumah aku dan Jasmine?”
Kara tidak berpikir panjang dampak dari mengabaikan telepon Papanya. Kalau sudah seperti ini, Kara tidak bisa menghindar lagi. Satu-satunya hal yang bisa Kara lakukan hanyalah jujur.
“A-aku tinggal di apartemen Deka.” Kara cukup takut saat melihat Aileen mengangguk-angguk.
“Hidup adalah pilihan dan itu pilihan kamu, Ra.” Aileen menghela nafas. “Lagi pula kamu juga enggak akan dengerin pengkhianat ini kan?”
“Ini terakhir kalinya aku akan kasih kamu peringatan. Meskipun hubungan aku dan Deka membaik, hal itu enggak akan mengubah penilaian aku tentang dia. Deka itu brengsek! Aku bilang gini karena tahu siapa dia.”
“Jadi menurut kamu, aku enggak tahu apa-apa tentang Deka?”
Aileen kembali menggeleng. “Kamu pun pasti paham maksud aku yang sebenarnya, Ra.”
“I said Deka was a jerk because that’s the truth. Those of you who have lived with Deka for several months will know what he is like.”
Kara sendiri merasa muak dengan apa yang di katakan Aileen. Cukup sampai di sini saja Kara mendengar suara Aileen yang entah sejak kapan terdengar memuakkan di telinganya.
Tangan Kara terangkat ke atas menolak Aileen yang hendak kembali buka suara. “Cukup semua omong kosong itu, Ai! Aku enggak mau dengar apa-apa lagi.” Kara bangkit dari duduknya untuk keluar dari ruangan yang terasa memuakkan baginya.
Namun, saat hampir melangkahkan kaki melewati ambang pintu, perkataan Aileen membuat seluruh tubuh Kara melemas.
“Di tinggalkan atau meninggalkan cuma masalah waktu. Only you can determine the end, Ra.”
Setelahnya hanya terdengar suara gema pintu yang di tutup dengan kencang. Sekali lagi Kara menolak sadar betapa berbahayanya Deka bagi hidupnya.
Kara, hancur itu cuma masalah waktu.----
Halo semuanya!
Gimana nih pendapat kalian setelah baca bab kali ini. Ada yang masih sebel sama Aileen?
Kasih tahu aku dong, hal apa yang buat kalian gak suka sama Aileen?
Aileen tuh sebenarnya sayang tahu sama Kara, cuma lebih banyak diam aja. Kara juga gak salah kok kalau dia sampai salah paham sama Aileen. Apalagi enggak ada yang bicara sama dia.
Aku paham banget apa yang di rasakan Kara. Tapi buat siapapun yang lagi terjerat dalam hubungan seperti Kara, please lepasin diri kalian. Percaya deh, enggak ada cinta yang buat kamu sakit dan merasa terabaikan. Jadi please, lepasin mereka yang buat kalian sakit.
Sebenarnya, aku mau buat cerita versi Aileen. Ada yang setuju gak?
*Comen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Shattered Dreams (END)
Teen Fiction𝙆𝙖𝙬𝙖𝙣𝙖 𝙍𝙖𝙝𝙚𝙣𝙖𝙯𝙪𝙡𝙖, 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘱𝘪 𝘤𝘩𝘶𝘣𝘣𝘺, 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘵𝘰𝘭𝘢𝘯 𝘑𝘢𝘺𝘢 𝘕𝘶𝘴𝘢, 𝙕𝙚𝙪𝙨𝙖𝙙𝙚𝙠�...