Semakin hari Nadia setres memikirkan bagaimana caranya agar orang-orang tidak tau bahwa dirinya tengah hamil, sedangkan Andy tetap mengejar Nadia agar Nadia mau menikah dengannya.
"Maaf Tante izin bertemu Nadia" mama Nikko sudah mengetahui bahwa Andy adalah ayah dari bayi Nadia,maka dari itu mama mengizinkan Andy untuk masuk kerumah.
"Sayang,turun ayo" Andy memeluk Nadia dari belakang tentunya Nadia ingin memberontak tapi Andy mempererat pelukannya.
"Lepas jangan menyentuh saya,dasar laki-laki brengsek"
"Hei jaga ucapan kamu,saya ayah bayi kamu"
"Siapa yang mau mempunyai anak dari kamu hah, gara-gara kamu ini semua"
"Kenapa apa yang salah Nadia, dia tidak salah apakah saya salah mengakui dia sebagai anak saya"
Nadia menangis bagaimana tidak, seharusnya ia bisa bekerja tanpa harus memikirkan bayinya,ia bosen dirumah terus-menerus jika tidak bekerja.
"Saya bosan dirumah saya ingin bekerja "
"Yaudah menikahlah dengan saya, tinggal di apartemen saya dan bekerjalah sebagai asisten saya"
"Tidak mau kenapa harus itu"
"Nadia perutmu akan semakin membesar,apa kata tetangga kamu jika dia tau kamu hamil diluar nikah"
"Tapi saya belum siap untuk menjadi istri,saya takut"
"Percayalah saya tidak akan terlalu membebani kamu jika nantinya kamu menjadi istri saya Nadia"
Itu hanyalah alasan semata,karena memang Nadia bingung harus beralasan apa, keesokan harinya mereka pun menikah, Andy membawa Nadia tinggal bersamanya di apartemen.
"Luas ya, tinggal sendirian" Nadia merasa sangat nyaman tinggal disini, tapi harus membiasakan diri untuk tinggal bersama Andy.
"Iya memang seperti itu, istirahatlah kamu mungkin capek"
Sedangkan dirumah Bram dan Naura, hanyalah sepi yang menemani Bram yang selalu cuek dengannya bahkan selalu mengabaikannya,ingin sekali Naura mencari kenyamanan kepada laki-laki lain kenapa sedangkan suaminya tidak memberikan kenyamanan justru kesengsaraan yang ia terima.
Iya Bram sengaja membalaskan dendam sepupunya gara-gara Nadia sepupunya kehilangan nyawanya, itulah yang membuat Bram membenci keluarganya Nadia,ia sengaja berpura-pura berteman dengan Nikko.
"Gimana nih laper, apa aku harus makan mie aja ya" mulai saat itu Naura belajar memasak ya ternyata makanannya enak, bahkan ia selalu makan sendiri,belanja sendiri.
"Mas Bram gak mau makan" sebagai seorang istri Naura harus menunggu suaminya bukan, tapi Bram selalu mengabaikannya mana pernah mereka makan berdua, itupun hanya tidur seranjang saja selebihnya tidak ada perhatian.
"Makan sendiri saya sudah makan" jujur saja Bram tidak tega, mengingat Naura yang masih delapan belas tahun harus menerimanya, apalagi dengan keadaan hamil muda.
"Kenapa sih mas Bram selalu seperti ini, tau gitu Naura gak nikah aja, percuma Naura menikah jika Naura selalu diabaikan,dan kamu kenapa harus hadir dihidup aku, aku belum siap menjadi seorang ibu, aku ingin kuliah dan kerja bukan seperti ini hanya menjadi seorang istri yang diam dirumah tapi selalu diabaikan" Bram sontak terkejut dengan perkataan Naura, apakah Bram sekejam itu dengan Naura.
"Yaudah ayo makan, saya temani"
"Aku gak perlu, jika mas Bram menganggap aku sebagai istri mas, seharusnya mas gak mengabaikan aku kan"
"Suami mana yang mengabaikan istrinya Naura,saya gak mengabaikan kamu "
"Mas aku tau, kamu keluar kota kemarin bersama istri kamu kan, tapi kamu bilang kalau ada kerjaan,aku gpp mas aku sadar, tapi aku nyesel karena mau menikah sama kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Sahabat Adikku
Romancepernah berpikir gak kalau nantinya bakal menikah dengan sahabat adiknya sendiri... pasti enggak dong apalagi dia sahabat adiknya sendiri dan gak mungkin bisa menjadi suaminya.. namun takdir berkata lain sahabat adiknya sekarang adalah suaminya...