"Kamu hanya masa lalu yang dipaksa untuk dilupakan. Seharusnya tak lagi kembali agar aku dapat hidup nyaman di sini."
~~~
Kini Sean tengah berada di perpustakaan, saat ini mejanya dipenuhi oleh berbagai kertas coretan dari inspirasi nya untuk karya-karya yang akan Ia upload di berbagai jejaring sosial.
Sebenarnya Sean ini punya begitu banyak followers berkat gambar-gambar serta lukisan yang Ia buat. Makanya daripada menyia-nyiakan bakatnya, Ia mencoba hal baru dengan menjadikan lukisannya sebagai sebuah cerita agar lebih menarik lagi.
Dengan begitu lukisan serta karyanya akan semakin dikenal di penjuru dunia.
"Udah seminggu lamanya gua nawarin Annara untuk collab bareng, tapi kok dia ga kunjung ngasih kabar apapun ya? Apa gua hubungi aja?" Sean yang saat ini berada di perpustakaan sekolah tiba-tiba teringat akan tawarannya untuk mengajak Annara bekerjasama.
Ia mencoba merogoh sakunya untuk mengambil HP, niat hati akan menghubungi sang empu. Tiba-tiba teringat akan satu hal, bahwa saat ia mendatangi Annara ia tak sempat berbagi nomor.
"Sial!! Gua lupa nanyain nomor dia lagi, pantes dia ga ngasih gua kabar." tangannya yang sebelum ini menggenggam HP, spontan melempar HP itu di atas meja.
"Apa gua ke kelas nya aja kali ya?" ia berpikir ragu-ragu.
"Gak ganggu kan ya?" bertanya hati-hati, takut Ia menggangu waktu Annara untuk saat ini.
***
"Arggghhhhh, kok ganteng banget sih ayang aku," Chalis berteriak histeris memandangi HP yang terdapat di tangannya.
Ketujuh temannya tak heran lagi kalau melihat gadis ini berteriak tak jelas begini, pastilah penyebab nya para idol Korea.
Annara yang bersebelahan dengan gadis itu, melirik pada layar HPnya. "Kemarin bukannya Jimin ya? Sekarang kok malah Jeno?"
Bukan hal yang aneh jika Annara yang tak begitu tertarik dengan perkpopan tahu dengan nama-nama idol itu. Mengingat tiktok nya menjadi sarang oppa-oppa karena Chalis temannya ini.
Mendengar pertanyaan Annara, gadis itu tersenyum sumringah, dan langsung menguyel-nguyel pipi gadis itu.
"Gua ini mulfand loh, Ra. Jadi, wajar ayang gua ada banyak."
"Ga perlu heran lagi, kalau tiap hari orang yang dia panggil ayang itu beda-beda," Dira menyelonong dalam pembicaraan dua gadis itu.
"Nara!! Annara!!" panggil Yudanta selaku ketua kelas XII BAHASA 1.
Annara yang posisinya kini berada diantara 7 orang perempuan ini menolehkan kepalanya ke asal suara. Serta 7 gadis yang duduk bersamanya itu menoleh bersama-sama.
"Iya Yud?" Annara bertanya kebingungan.
"Itu, bokap lo datang nyariin lo." Yudanta memberikan penjelasan.
"Hahh? Ngapain?"
"Lah mana gua tau." Yudanta menaikkan bahunya pertanda ketidaktahuan.
Makin kebingungan dengan maksud kedatangan Abrasha ke sekolah, Annara langsung berdiri dan bergegas menyusul ayahnya.
Sebelum pergi Ia menepuk pelan bahu 2 orang yang duduk tepat disampingnya.
"Dimana?" Annara berjalan mendekat kearah Yudanta, menanyakan keberadaan ayahnya saat ini.
"Pos satpam, depan gerbang."
"Oke, thankyou." Annara mengacungkan jempol tangannya ke arah Yudanta.
Saat ini ia tak lagi berjalan melainkan berlari, ia harus cepat-cepat sampai dibawah agar ayahnya tak semakin lama menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Teen FictionProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...