16. WARUNG BAKSO

9 8 0
                                    

Kini keduanya sudah berada di warung bakso yang berada tak jauh dari sekolahan. Karena kali ini Annara yang mentraktir, jadi Lavanya dengan senang hati memesan sendiri.

"Mang, bakso 2 mangkok ya."

"Siap neng."

"Oiya mang, satu pedes, yang satunya lagi ngga, dikitin aja cabenya."

"Lahh Nya, tumben ga pedes?" tak seperti biasanya yang dua mangkok selalu pedas, Annara jadi kebingungan tumben-tumben ni anak begini.

"Yang pedes punya gua." Lavanya menduduki dirinya di kursi depan Annara.

"Lahh woyy, kok gitu?" Annara hampir mengamuk, memukul pelan meja di depannya.

"Lo dari pagi belum makan, sekarang kalau lo makan yang pedes, asam lambung lo naik, gua yang repot." Lavanya mengomel layaknya seorang ibu yang menceramahi anaknya.

"Nyaa, jangan gitu dong Nya." Annara dengan raut memohonnya.

"Makan bakso atau ga nihh?" Lavanya mengancam, lagi-lagi Annara hendak membantah.

"Stt, sttt, gaada bantahan." telunjuk tangan Lavanya membungkam mulut Annara. Sedangkan yang dibungkam hanya bisa pasrah.

Sepertinya mereka tak akan makan sendirian. Karena ada 2 orang pria lainnya yang datang kesana, juga hendak makan bakso sepertinya.

"Lo yang traktir." salah seorang dari mereka lebih dulu menuruni motornya yang telah terparkir.

"Ogah!!"

"Aduhh, aduhh, sakit banget." ia berlagak seperti orang yang tengah menahan sakit.

"Basi!" sudah tahu akal licik temannya ini, ia mengusap kasar wajah temannya ini dengan tangannya.

Keduanya sudah memasuki warung bakso itu dengan menenteng sebuah helm dari masing-masing mereka.

"Mang Asep, seperti biasa!!"

"Siapp nak Jaendral."

Annara serta Lavanya sontak melirik serentak ke arah dua pria itu. Sempat kaget, karena lagi-lagi bertemu dengan dua pria yang ingin mereka hindari ini.

"Ett dahh," Lavanya melenguh sebal.

"Lahh Anna!! Ngebakso juga?" Jaendral yang mulai berjalan masuk, sempat kaget mendapati 2 orang gadis yang ia kenal ini.

"Hehe iyanih." Annara menanggapi dengan tersenyum canggung.

Jaendral langsung mengambil posisi duduk tepat di samping Annara. Sempat merasa canggung, tapi ya mau gimana lagi.

"Oyy sistur!!" Jaendral mengacungkan tangannya hendak bertos ria dengan Lavanya. Lavanya melirik kearah tangannya dan berlagak seolah meludahi tangan Jaendral dengan angin.

Pria itu tak bisa mengamuk, berpura-pura tertawa solusi agar tak terjadi kerusuhan part 2.

"Oyy Pin!! Sini." Jaendral melambai, menyuruh Alvin duduk di depannya, alias di samping Lavanya.

"Lo ngapain sihh? Disana masih banyak tempat yang kosong!!"

"Nyantai Nya, biar lebih asik aja makannya."
Lavanya makin jengkel nampaknya, ia mulai tak suka dengan keberadaan temannya Jaendral ini.

Tepat setelah Alvin mulai mendudukkan dirinya disamping Lavanya, sang empu malah langsung menggeser kursinya, seperti menambah jarak untuk keduanya. Serta Jaendral yang bertingkah seolah memegangi Alvin, yang sebenarnya berniat menjadikan pakaian tu anak sebagai sapu tangan.

Secara bergantian keempat bakso pesanan empat orang ini datang di meja mereka, dengan satu mangkok bakso yang pedas, tiga lainnya yang original atau tak pedas-pedas amat.

MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang