"Jadi, intinya ingin kamu apa?" tanya Annara datar.
"Kamu menjauh dari Jaendral," balasnya cepat.
Sudah tak kaget lagi, karena dari awal pembicaraan gadis ini sudah curiga dengan tujuan pembicaraan temannya ini. Beberapa detik hanya Annara pandangi, hingga satu helaan napas lolos dari mulutnya.
"Ngga, aku gabisa," tolak Annara, memudarkan senyum gadis yang tengah bersamanya.
"Daripada saling mengalah, akan lebih baik kita saling bersaing aja, agar adil." usulnya.
Seharusnya hari itu, aku bisa lebih tegas menolak permintaan kamu. Dengan begitu, akankah kita bisa menjalani hidup tanpa peduli untuk saling menjatuhkan?
Seberkuasa apapun, atau sekaya apapun manusia, tak semua hal di dunia ini harus mereka miliki. Dunia bukan milik si kaya, jangan serakah.
Harusnya, kalimat itu yang aku ucapkan, agar kamu tak semakin kukuh berpendapat bahwa yang kaya harus selalu dapat.
"Kamu masih suka Jaendral, ya?" tanyanya curiga.
"Hmm, bukan masih, tapi tetap suka," balasnya percayadiri.
"Cihh, kenapa gak ngomong? Malah kesannya aku jadi ngemis, kan." tawanya kesal.
"Ini bukan kamu," tukas Annara menatap lekat pada Nataya.
Tak Annara dapati respon dari gadis itu, beberapa waktu hanya ia tatapi wajah ramah yang selalu ia lihat di kelas. Mendadak terasa sedih, terlewat takut jika nantinya pertemanan mereka berakhir hanya karena seorang pria.
"Kenapa mendadak begini, sih?" sambungnya menatap sedih.
"Kamu orangnya ga gini loh, Nat."
"Ini cuman candaan kan?"
"Kamu suka Jaendral? Itu ga mungkin." mendekat, Annara menggenggam tangan temannya itu.
"Kalau aku lebih cepat minta Jaendral dari kamu, akankah kamu kasih?" selanya.
Menggeleng, ia membalas, "ntahlah, karena aku gatau siapa yang lebih dulu menyukainya."
"Berarti, kamu gak mau beri."
Menyeringai lebar, Nataya berujar, "semuanya gak dapat lagi diperbaiki, baik hubungan kita ataupun nama baik aku di depan kamu?"
"Baiklah, mulai dari sekarang kita akan bersaing," tantangnya langsung melongos pergi setelah melepas genggaman Annara pada pergelangan tangannya.
"Kenapa Jaendral? Kenapa harus dia?" tanya Annara pelan, yang diacuhi Nataya.
"KENAPA DIA?!" mendekat, Annara menarik tangan gadis itu agar keduanya dapat kembali saling berhadapan.
"Seharusnya aku yang nanya, kenapa harus Jaendral yang kamu suka?" sungut gadis itu, menatap jengkel Annara.
"Aku gak suka bersaing dengan yang bukan lawan aku. Kamu itu jauh dibawah, Ra."
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Teen FictionProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...