"Woy!! Woyy!! Gua mau cerita," terdengar sahutan penuh semangat yang di lontarkan Nopal.Dengan langkah cepat, ia menyela di antara kerumunan orang-orang yang tengah sibuk membahas mengenai acara pembukaan stand yang akan dibuka siang nanti.
"Apaan sih, Nop?" kesal Mazan yang omongannya terpotong akibat ulah Nopal.
"Bentar dulu, soal buka stand masih ada waktu."
"Sedangkan cerita gua ini ada masa kadaluwarsa nya, jadi denger ini lebih dulu," pinta Nopal tersenyum sumringah.
Beberapa mulai penasaran, mendekatkan telinga mereka ke arah Nopal, melebarkan bola mata teramat penasaran. Menarik napas yang cukup panjang, Nopal akan mulai menceritakan hal yang teramat ingin ia ceritakan untuk saat ini.
"Jen, keluar." sahut Alvin yang tiba-tiba masuk ke ruangan IIS 5.
"Ehh jangan keluar dulu ahh. Dengerin dulu cerita gua kampret." pinta Nopal, menarik Alvin ikut bergabung dengan mereka.
Hanya pasrah, Alvin tak memberontak saat di tarik paksa Nopal untuk ikut serta lesehan seperti yang lainnya.
"Cepetan bego, gua udah kebelet ini." sentak Mio yang tak mau ketinggalan informasi dan lebih memilih menahan panggilan alam.
"Sabar!!" bentak Nopal, berlagak akan melayangkan pukulannya.
"Ehem, jadi gini...."
"Tadi subuh gua gak sengaja ketemu sama Pak Ijam."
"Satpam kita?" tanya Jaendral ragu, langsung diangguki Nopal.
"Trus?"
"Gua ngeliat dia kayak orang meriang gitu, sakit kali ya."
"Pas gua sapa, tu bapak sempat tinggalin pesan ke gua," jelasnya terpotong-potong, seolah berniat memancing rasa penasaran orang-orang ini.
"Dia bilang apa?" ikut Jingga, makin memajukan wajahnya.
"Jangan maling mangga lagi ya nak, nanti penghuninya marah," ujar Nopal, memperagakan logat Pak Ijam saat berucap demikian.
"Lahh maksudnya?" heran Kenzo kebingungan.
"Awalnya gua juga bingung, karena habis Pak Ijam ngomong gitu dia langsung cabut kayak orang ketakutan gitu."
"Tapi, ada hal yang lebih menggemparkan setelah gua ketemu Pak Genta di kantin."
"Kenapa? Ikutan demam?" sela Bayu.
"Sabar dulu ah, denger dulu cerita gua." sentak Nopal kesal memukul kepala gundul Bayu.
"Niatnya gua mau makan, tapi keenakan bicara sama Bu Kantin soal cerita yang baru aja diceritain Pak Genta ke Ibu kantinnya."
"Makanya ni perut masih kosong karena gua buru-buru ngabarin kalian ke sini," ungkap Nopal menepuk-nepuk perut buncit nya yang beberapa kali mengeluarkan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Teen FictionProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...