15. DIA GAK SALAH

10 8 0
                                    

"Si lemper bawa tu anak kemana sih?" Lavanya benar-benar tak fokus untuk belajar saat ini. Matanya berputar kesegala arah berharap dapat menangkap sosok yang saat ini tengah ia nanti.

"Kenapa sih?" Kiana yang sadar akan kegelisahan yang dirasakan Lavanya bertanya penasaran.

"Annara belum balik." Lavanya berbisik takut ada yang mendengar.

"Lah iyaya, gak ngeh. Dia kemana?" Kiana juga berbisik menyamakan dengan Lavanya.

"Kalau gua tau, udah dari tadi dianya balik. Justru karena gua gatau makanya terpaksa masuk sendirian."

"Lah? Kamu ga sendirian masuk lohh tadi, kalian berenam." karena berlawanan ucapan dengan keadaan yang dilihat Kiana tadi, ia membantah pernyataan Lavanya.

"Iyaaa, tapi itu perumpamaan nya aja Kiana cantik." Lavanya tersenyum geram.

"Mana bisa itu dibilang sebagai perumpamaan, lain kali kalau ngomong itu jelas-jelas ya cantik, biar ga bikin orang bingung." Kiana tersenyum lebar diiringi dengan mengusap lembut kepala Lavanya.

"Huhh, bisa-bisa gua beruban sebelum umurnya gara-gara lo tau ga!!" Lavanya menghembus nafas kasar menutup pembicaraan mereka.

"Nyaa." Nataya berbalik menghadap kebelakang menyahuti Lavanya, tapi dengan intonasi suara yang teramat pelan. Layaknya orang yang tengah berbisik.

Lavanya merespon dengan mengangkat kedua alisnya. Dan komat kamit berujar mengatakan 'apa'.

"Annara mana? Kok belum balik juga?"

"Gua gatau, dia ga ngomong pergi kemana."

"Kenapa ga ditanya dulu sih?" Kiana memotong pembicaraan mereka dan menyeletuk memancing emosi Lavanya.

"Lo kalau ga tau diem aja dehh." Lavanya mengapit mulut Kiana dengan tangannya, seolah memaksanya untuk diam.

"Udah telfon?" lagi-lagi Nataya berbisik, memperagakan tangannya seolah tengah bertelfon.

Sedetik kemudian Lavanya langsung menepuk dahinya, sepertinya ia terlupa dengan yang ini. Seharusnya ia menelfon Annara jika ingin tahu dimana keberadaannya.

"Lupa, yaudah gua telfon dia dulu ya."

Agak kaget dengan ucapan Lavanya barusan. Nataya tak bisa marah hanya menghembus nafas kasar.

"Lavanya, selama jam pelajaran saya berlangsung tidak boleh menggunakan gedget." belum sempat menekan tombol power HPnya, ia sudah lebih dulu ditegur Buk Nayla.

Mendengar teguran Buk Nayla sontak seisi kelas melirik serentak kearah Lavanya. Sehingga hal itu hanya bisa membuat Nataya menggeleng tak menyangka.

"Kenapa ga keluar dulu sih?" Nataya lagi-lagi berbisik kepada Lavanya.

Lavanya hanya tersenyum kecut, tampaknya lagi-lagi ia lupa. Memang anak ini selalu bikin geleng-geleng kepala, masalahnya disaat yang lain lemot ia teramat marah, tapi lain hal jika dirinya sendiri yang berlaku demikian.

"Bodoh." Chalis yang menjadi saksi bisu dalam pembicaraan dua orang itu menghujat Lavanya.

Gina menggeleng pelan dan berujar, "blo'on."

Lavanya tak bisa marah, saat ini mereka berada di kelas ada guru lagi, jadi bersabar dulu untuk saat ini. Ia hanya merespon dengan tatapan tajam disertai ujung bibir yang naik turun menahan geram.

"Ehh lupa, HP Annara sama gua." Chalis berbisik pada Gina, dan langsung dapat cubitan dari teman nya itu.

***

MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang