14. PERTENGKARAN

9 8 0
                                    

Waktu istirahat hanya tinggal 15 menit lagi. Untung saja saat ini Sean tak menjadwalkan mereka untuk melanjutkan project itu di waktu istirahat sekarang.

Ini juga karena kemarin malam Annara yang mencoba membujuk Sean agar tak menjadwalkan waktu pertemuan mereka di jam istirahat. Untungnya Sean cepat terbujuk dan merasa tak enak karena membuat Annara bekerja terlalu keras. Jadi, mungkin jadwal pertemuan mereka di luar sekolah, atau di luar jam pelajaran juga diluar jam istirahat.

Kini Annara sedang berada di kantin gedung Utama, bersama ke-tujuh temannya yang tengah asik menikmati menu yang mereka pesan di kantin ini.

"Bisa mampus HP ni anak gara-gara lo isiin oppa lo mulu." Dira menegur Chalis yang sibuk memainkan HP Annara, serta mendownload foto-foto idol kpopnya. Lalu dibalas dengan cibiran.

Tak heran lagi, Chalis ini selalu di larang untuk suka kpop oleh orang tua nya. Karena dipandangan mereka, suka k-pop itu akan memberikan pengaruh buruk pada anaknya.

"Raa."

"Hmm?"

"Project kamu yang bareng Sean itu apa kabar?" Chalis bertanya, nampaknya sedikit kepo dengan perkembangan project yang Annara buat dengan Sean.

"Ahh itu, masih zero." Annara tersenyum sehingga membuat pipinya menggembung dikarenakan makanan yang belum ditelan.

"Lah, kok gitu?" Gita bertanya penasaran.

"Ya gitu."

"Apanya yang gitu? Beberapa hari yang lalu lo pulangnya kesorean kan? Trus ngapain aja berduaan sama dia sampai project lu ga ada perkembangan sedikitpun?" Lavanya protes tak terima dengan pernyataan Annara barusan.

"Ahh itu karena..."

"Berduaan? Siapa?" ucapan Annara terpotong tepat setelah seorang Pria jangkung menyempil duduk di sampingnya.

"Huwaaaa!!"

"Kamprett!!"

"Uhukk."

Semuanya terkaget karena kedatangan Jaendral yang tiba-tiba. Ia datang terlalu mendadak, sehingga memecah keseriusan orang-orang ini.

"Hai cantik." dia melambai kearah gadis yang tepat berada di sampingnya itu.

Sebelah bibir Annara menyungging keatas karena gedeg dengan pria di sampingnya ini. Tepat setelah itu Annara mendorong nya dari kursi yang terbilang panjang ini.

"Woyy!! Lo ngapain sih ke sini?"

"Mengganggu pandangan orang aja tau ga?"

"Who cares?" Jaendral ber smirk menanggapi ucapan Lavanya barusan.

Lavanya menatapnya tajam seolah ingin menerkam pria di depannya ini. Hendak mengambil ancang-ancang murka, tapi cepat ditahan Gita dan Chalis.

"Ikut gua." Jaendral menarik tangan Annara pergi dari sana, Annara tak menolak hanya mengikut karena dari awal dia memang punya niat membawa pria ini menjauh dari teman-temannya.

Mereka berhenti di lapangan futsal sekolah mereka. Keduanya sempat terdiam, tapi setelah menyadari sedari mereka berada disini Jaendral tak sekalipun melepaskan genggamannya serta mengalihkan pandangan darinya, kini Annara mulai merasa risih dan membuka suara lebih dahulu.

"Ngapain?"

Tak merespon sedikitpun, pria ini masih saja dalam postur yang sama. Ia tak tersenyum, wajahnya yang menatap Annara saat ini sangatlah lempeng.

"Kalau gaada yang mau di omongin aku pergi." Annara mencoba melepas genggaman Jaendral dari tangannya.

Tak diberi celah sedikitpun, tangan Annara tetap berada di genggamannya. Sekarang ia mencoba untuk membuka suara.

MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang