38. NIAT BAIK UTAMA

7 5 0
                                    

"KAK!!" pekik Annara, dan langsung menjauhkan dirinya dari Utama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"KAK!!" pekik Annara, dan langsung menjauhkan dirinya dari Utama.

Pupil serta bibirnya bergetar secara bersamaan tepat setelah melihat hal yang berada dalam genggaman Utama saat ini.

Setetes air matanya jatuh, dadanya naik turun menahan sesak. Kedua telapak tangannya langsung menutup wajahnya, tak mau memperlihatkan dirinya yang saat ini tengah menangis.

Utama tak mengatakan apapun, ia hanya diam dengan keadaan sebelah tangannya yang sudah di penuhi rambut, juga tangan lainnya menggenggam gunting yang terbilang cukup besar.

"Kamu jahat kak," ujar Annara tak lagi menutup wajahnya.

"Kamu sendiri tahu kalau aku selalu berusaha untuk ngejaga rambut aku tetap panjang, sesuai dengan harapan ibu aku."

"Tapi, kenapa di potong sih, kak?" mulai histeris, Annara terisak di depan Utama.

Utama hanya diam, tak mengatakan apapun. Sekalipun tak melepas tatapan pada Annara yang terisak di depannya. Annara kesal, berhenti menangis, menggigit bibir bawahnya, menatap tajam pada Utama.

Ia mendekat, mengambil tasnya yang terletak di atas kursi samping brankar Utama, seraya berujar, "brengsek."

Annara mempercepat langkahnya keluar, memaksa air matanya untuk berhenti, berkali-kali mengusapnya kasar dan hendak menarik handle pintu.

"Mereka kembali," tukas Utama menghentikan langkah Annara.

"Orang yang nikam lo kembali, dia nyariin lo," ungkap Utama menatap lekat pada Annara.

Annara tertegun, detak jantungnya memompa dengan begitu cepat, mendadak tubuhnya bergetar hebat, dan kembali menutup pintu.

Berbalik, menatap pada Utama, menuntut penjelasan tanpa mengatakan apapun. Utama yang paham bahwa gadis itu tak akan mendekat, ia memilih turun dan mengambil tongkat kruk yang berada di dinding ruangannya.

Mendekat pada Annara, memasangkan sebuah topi yang ia minta tadi dari Cecep. Mengusap pelan pucuk kepala gadis itu dan berlanjut menunduk menyamakan tinggi wajahnya.

"Rambut lo bisa menjadi petaka untuk diri lo sendiri, Ra," ungkapnya lembut.

"Gua tahu, lo suka dengan rambut panjang lo ini."

"Dan gua akui, gua cukup berat untuk motongnya, karena gua juga suka lo dengan rambut panjang lo ini." Utama menghembus napas sukar, menunduk dan kembali menatap Annara.

"Tapi, untuk sekarang ga dulu, Ra."

"Rasa suka tak sepenting nyawa seseorang."

"Lo cantik mau bagaimanapun, pilihlah cantik yang menyelamatkan, daripada cantik yang bisa membuat lo tersiksa."

"Bertahan lah untuk beberapa waktu."

"Gua disisi lo, jangan takut." usap Utama pada pipi Annara, dan berlanjut memeluk gadis itu.

MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang