"Hahaha mau lari kemana lagi lo?""Gabakal bisa kabur dehh lo, semua sisi tempat ini udah dikepung sama anak buahnya Jaendral."
Beberapa pria berjaket Bomber mengelilingi seorang gadis berambut kucir kuda, mereka tak memberi celah sedikitpun untuk perempuan itu membebaskan dirinya.
"Aku mohon, tolong lepasin aku, biarin aku pulang."
Gadis itu berlutut sembari memohon, sudah terisak hebat, karena terlalu ketakutan menghadapi pria-pria gila itu.
"Mati aja lo anjing!! Brengsek!!"
Salah seorang dari pria itu melempari sebuah balok kearah wanita itu, dan balok itu tepat mengenai pelipis kanannya.
"AAAKKHHHHHHHH!!"
Tak sanggup menahan hantaman balok di pelipis nya, tubuh gadis itu ambruk dan langsung terbanting terjun ke lantai dasar.
BRUKK!!
Sekarang pukul 03.00 dini hari, Tampak ada kegelisahan di mimik wajah Annara.
"Hah, hah, AYAH!! AYAH!! Ayahh." Annara tersentak dari tidurnya, sepertinya ia bermimpi buruk dan dengan cepat memanggil Abrasha.
Ia berteriak histeris, sepertinya terlalu ketakutan akan mimpinya barusan. Sekarang ia benar-benar histeris, dan mulai merasakan sesak di dadanya.
Berkali-kali ia coba memukul kepala serta dadanya untuk meredakan segala rasa takut dan sesak yang ia tahan.
"Kakak, kakak, udahh, udahh!!" sesampai di kamar Annara, Abrasha dengan sigap menahan tangannya agar tak terus-terusan menyakiti dirinya sendiri.
Abrasha merangkup badan Annara dipelukannya, ia tak tahu apa yang membuat anaknya berlaku demikian, yang pasti hatinya ikut terluka mendapati putrinya seperti itu.
"Ayaaahh... Takut, kakak takut ayah." lagi-lagi suara Annara serak, badannya menggigil tapi ia tak menangis.
Abrasha semakin mengeratkan pelukannya, ia berusaha untuk menenangkan Annara sebisanya. Ia bingung biasanya jika Annara berlaku seperti ini hanya Adinda lah yang mampu menenangkan, sedangkan ia tak tau mau melakukan apa.
"Yah, ayah!! Ada apa?" Alisha yang ikut tersentak mendengar pekikan Annara dengan tergesa-gesa datang ke kamarnya.
"Tolong ambilin minum dulu ya, Sha."
Dengan sigap Alisha membawa segelas air mineral untuk diberikan ke Annara. Abrasha mencoba untuk meminumkan nya ke Annara, agar dia segera tenang kembali. Dia benar-benar ketakutan, badannya bergetar menahan takut.
Setelah dirasa kondisi Annara mulai stabil, Alisha mencoba untuk membuatnya tertidur kembali, sekalian menemaninya untuk tidur dikamar itu.
"Gapapa Ra, gapapa." Alisha benar-benar berusaha membuat Annara tenang kembali, ia mengusap pucuk kepala Annara hingga ia tertidur pulas.
"Untuk hari ini Annara ga masuk dulu ya, Yah." setelah mendapati Annara tertidur, Alisha menyarankan kepada Abrasha untuk membiarkan Annara beristirahat saja untuk hari ini.
"Iya nak, nanti biar ayah saja yang menghubungi gurunya."
Alisha memberikan anggukan kecil sebagai respon.
"Yah, udah lama banget Annara ga kaya gini, biasanya dia bertingkah kaya gini karena beberapa ingatan nya kembali, tapi terakhir kali ingatan nya kembali itu sebelum ibu meninggal kan, tapi kenapa mendadak ingatan nya balik lagi?" Alisha bertanya-tanya akan hal yang membuat trauma Annara bangkit kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Roman pour AdolescentsProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...