Tahu saja saat ini ayahnya tak lagi sendirian, jadi dengan santainya ia masuk tanpa takut di marahi. Tak seperti biasanya, saat ini ia pulang cukup cepat dari biasanya.
Menunjukkan pukul 15.45, cukup jauh selisih waktunya dari jam pulang sekolah, tapi masih mendinglah dari biasanya, yang terkadang pulang larut.
"Baru pulang?" nampak anak semata wayang nya itu memasuki rumah, Reswara menyempatkan untuk bertanya.
"Tentu saja, ga mungkin lah saya baru pergi." memang tak sopan anak ini, jika setelah ini Reswara marah, maka tak lah salah ia sebagai ayah untuk marah.
Satu tendangan dari Rajendra mendarat mulus di bokong Jaendral yang hendak duduk di sampingnya, sempat tersungkur di lantai. Ia tak marah, malah terkekeh. Kata orang mah, kurang adab.
Tapi hal ini merupakan suatu hal yang wajar bagi kakek dan cucu ini. Mengingat mereka yang lumayan dekat, melebihi dekatnya dengan ayahnya sendiri.
Tahu saat ini Reswara tak hanya bersama Jaendral, jadi ia tahan amarah nya, teringat beberapa hari lagi ia butuh anak itu untuk ikut bersamanya, takut-takut berulah dan malah menolak.
"Disini cuman 2 bulan?" Jaendral menyenderkan kepalanya di bahu Rajendra yang sibuk membaca koran di ruang keluarga.
"Ntahlah, tergantung mood." mendengar pertanyaan Jaendral, Rajendra menurunkan sedikit kacamata nya dan melirik ke arah cucunya itu.
"Dasar pak tua narsis." tanpa kenal takut Jaendral menjentik perut Rajendra yang terbilang bulat berisi.
Rajendra tak marah, ia hanya diam. Tapi berlanjut menggaruk bagian perutnya yang di jentik Jaendral tadi, karena mendadak terasa gatal.
Sempat dilanda kesunyian, Jaendral yang mulai terkantuk di bahu Rajendra, dan Rajendra yang masih asik membaca koran. Mendadak teringat akan suatu hal.
"Annara, siapa gadis itu?" pertanyaan mendadak Rajendra membuat Jaendral yang baru terlelap langsung tersentak kaget.
"Manusia."
"Ck, saya tahu. Tapi kenapa kamu terlalu peduli padanya? Apakah ia sama seperti Imora?" tak terima dengan jawaban cucunya ini, Rajendra berbicara sambil menahan kesal.
"Tentu, karena mereka sama-sama manusia dan juga perempuan." dengan mata yang kembali terpejam, juga kepala yang tetap tersandar di bahu Rajendra. Jaendral menjawab setengah sadar.
"Tolonglah Jaendral, saya tidak lagi bercanda. Siapa itu Annara? Kenapa kamu bisa sampai membuat anak orang ompong hanya karena seorang gadis." mata Rajendra setengah tertutup karena alisnya yang bertaut meredam kesal. Juga tangannya yang tiada henti menggaruk pucuk kepalanya juga karena meredam kesal.
"Gapapa, tu anak banyak bacot, makanya lebih baik dibuat ompong biar ga pede lagi ngomong." masih dengan posisi yang sama juga keadaan yang sama.
"Ya Tuhan, yang saya pertanyakan mengenai gadis itu. Bukan, alasan kenapa kamu membuat anak itu ompong."
"Siapa dia? Ada hubungan apa kamu dengan Annara?" berusaha selembut mungkin agar anak ini mulai luluh untuk mau menjawabnya.
"Maybe, my future." (Mungkin, masa depanku)
Rajendra yang ingin berbicara seketika terhenti, mulutnya telah menganga mengambil ancang hendak bersuara, tapi langsung terbekap karena ucapan anak ini.
"Belum saatnya, jangan lebay jadi manusia. Umur kamu terlalu dini untuk mengatakan itu." Reswara yang tampaknya tak senang dengan kata-kata Jaendral, berkomentar. Ia langsung pergi dengan membawa laptop yang ia gunakan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Teen FictionProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...