Sudah mulai menenang karena tak terdapat lagi teror dari sosok berjubah itu. Sekarang sudah menunjukkan pukul 12.47 yang mana semua orang yang latihan pagi tadi sudah kembali masuk ke dalam kelasnya.
"Mario mana?!" teriak Chalis yang tak mendapati kehadiran pria itu.
"Lagi latihan renang," jawab Jordi yang saat ini sibuk tiktok an bersama Dika.
"Buset dah tu anak, udah dibilangin sebelum jam satu udah ada di kelas, tapi kenapa malah ngerjain yang lain, sih?" gerutu Shelin mengacak rambutnya frustasi.
"Emang ada perlu apa sih sama dia?" Yudanta yang sibuk mengisi buku absen bertanya tanpa melirik.
"Kita butuh ukuran tubuhnya, ini kain udah mau di jahit," jelas Nila rada tak santai lesehan di lantai.
"Woyy!! Ada yang free ga, sih?!" teriak Alya, dan tak direspon satupun.
Ia melirik ke tiap anak kelas, semuanya sibuk dengan tugas masing-masing, memang agak repot mengurus kontes fashion ini, karena butuh kreativitas orang sekelas, yang mana waktu pengerjaannya hanya tinggal beberapa minggu lagi. Jadi, tak satupun yang diperbolehkan untuk berleha-leha.
"Semuanya pada sibuk lagi," oceh Alya.
Ia melirik pada Nataya yang berdiri di depannya, yang tengah menunggu kelanjutan apa yang akan diukur serta yang akan disesuaikan dengan tubuhnya.
"Lo ga sibuk kan?" tanya Alya penuh harap.
"Ah, kurasa ngga." seringainya.
"Yaudah, cari dulu Marionya, agak cepetan ya," pinta Alya, dan langsung melepas semua kain yang awalnya terpasang di tubuh gadis itu.
Nataya sempat melirik pada sekitar, mencari seseorang yang mau menemaninya pergi mencari Mario, tak terdapat satupun dari orang itu yang free, ia memilih pergi sendirian.
Baru beberapa langkah meninggalkan kelas ia langsung bertemu dengan Annara. Tersenyum lebar dan langsung menarik gadis itu ikut bersamanya.
"Ehh, mau kemana?" Annara yang ditarik bertanya kaget.
"Temenin aku nyari Mario," rada memelas ia memohon pada Annara. Tanpa pikir panjang gadis yang sebelumnya disuruh untuk membeli beberapa benang kembali keluar menemani Nataya.
"Dia dimana?" tanya Annara yang saat ini sudah berada dalam gandengan Nataya.
"Katanya sih di kolam renang," balas Nataya tanpa melirik pada Annara.
Annara hanya memanggut-manggut mengikuti langkah Nataya pergi. Mungkin karena gadis ini yang lagi merasa bosan jadi tak menolak sedikitpun. Padahal, lokasi kolam renang dengan gedung Bahasa itu terbilang cukup jauh.
"Kembaran lo mana?" tanya Jaendral yang saat ini berada di kolam renang bersama Alvan.
Mengingat Alvan ini punya kembaran, tapi semua hal tentang mereka tak ada sedikitpun yang mirip ataupun sesuai. Masing-masing dari mereka punya keahlian serta minat masing-masing. Alvin yang suka basket serta pintar di bidang Sains, sedangkan Alvan yang hobi renang juga minat di bidang politik ataupun hukum.
Masing-masing mereka punya nilai plus sendiri, mengingat kenapa orang-orang jauh lebih banyak terpikat dengan Alvin ketimbang Alvan walau sama-sama tampan sedikit bedanya. Ini dikarenakan perempuan zaman sekarang lebih mudah terpikat dengan pria dingin nan kalem, ketimbang pria sengklek seperti Alvan.
"Kagak tahu gua mah," balas Alvan sibuk meneguk minuman di bangku tepi kolam renang bersama Jaendral.
"Ini tangan habis digerogoti siapa, sih?" Jaendral dapati bekas luka kuku di tangan Alvan, lalu direspon dengan gelengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Roman pour AdolescentsProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...