"Jangan lupa sama janji lo," peringat seorang gadis dengan rambut panang yang di kepang rapi.
"Gua gamau tahu, Annara udah menjauh dari Jaendral, sekarang saatnya untuk Lavanya."
"Lo ga perlu cemas untuk itu, akan gua usahakan apa yang bisa gua usahakan untuk juga misahin mereka," balas gadis lainnya yang sedari tadi tak melepas pangkuan tangannya.Terdengar bunyi ketukan pintu beberapa kali, serentak keduanya dibuat bungkam. Menginstruksikan gadis yang di kepang itu untuk membuka pintu. Menampilkan dua gadis cantik lainnya, yang mana salah satunya identik dengan rambut berwarna coklat terang.
Tak berbasa-basi, gadis yang rambutnya di kepang itu langsung keluar setelah melihat siapa para gadis yang hadir itu.
Tersenyum singkat, Luna bertanya pada Nataya, "apa dia cukup membantu?"
Mengangguk pelan sambil tersenyum singkat, "ternyata dia juga punya tujuan yang sama dengan kamu."
"Apa? Dia suka Jaendral?" kaget Luna, mendekat pada Nataya yang tak melunturkan senyumnya.
"Hm, dia juga suka, makanya dengan begitu gampang membujuknya agar ikut membantu aku misahin mereka," kilah Nataya, mengalirkan suatu hal buruk di dalam pikirannya.
"Wahh, sialan tuh cewek," umpat Luna tak habis pikir.
"Jangan sakiti dulu, manfaatin dulu hingga keinginan kita tercapai, setelah itu kamu bisa ngelakuin apapun padanya," pinta Nataya, sedikit tak diterima Luna, tapi lebih baik untuk ia turuti.
Melepas napas panjang Luna mengangguk, menyetujui permintaan Nataya, berlalu duduk di atas meja yang tersusun berantakan di dalam ruang musik.
"Thanks untuk bantuan lo, kayaknya tuh anak gamau lagi berhubungan sama Jaendral," ujar Luna, kembali merasa baikan pada perasaannya yang sempat kalut.
"Kamu yakin?" ragu Nataya, bertanya memastikan.
"Hm, sudah hampir seharian penuh Jaendral dibuat menunggu di luar sana. Sedangkan tuh cewek selalu beralasan bahwa dia teramat buru-buru sehingga gapunya waktu untuk menemuinya," balas Luna menyeringai lebar, dilanjutkan dengan menggaruk kasar dagunya yang terlewat gatal-gatal karena jerawat pertanda datang bulan.
"Lalu, Jaendral nya bagaimana?"
"Tetap menunggu di luar," lanjut Luna.
Mengangguk senang, Nataya menunduk, menatapi kedua punggung kakinya, mendadak merasa sedih mendengar ungkapan bahwa Jaendral masih menunggu gadis itu.
"Anyway, lo yakin cuman mau balas dendam ke Annara? Gaada maksud yang lain?" penasaran dengan alasan lain gadis ini menusuk Annara dari belakang, Luna bertanya.
"Hm, hanya karena dendam."
"Oh, kalau gua jadi lo ogah banget sih, Nat. Buang-buang waktu ngerjain hal yang gak akan nguntungin gua," celetuk Luna tanpa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Teen FictionProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...