DORR!!!
"Akhh!!" suara ledakan balon membuat Alisha yang baru pulang terperanjat kaget.
"Selamat ulang tahun kami ucapkan...l." semuanya serentak bernyanyi disertai tepukan tangan.
Alisha yang saat ini baru teringat akan hari kelahirannya hanya bisa tersenyum haru memandangi orang-orang ini. Ia pikir yang lain akan terlupa dengan hari ulang tahunnya, mengingat mereka semua yang bertingkah bodoamat akhir-akhir ini.
"Selamat ulang tahun kakak." Annara mendekat pada Alisha dan langsung mencium pipi kakaknya itu.
Seketika Alisha terperangah kaget, karena jarang-jarang Annara mau memperlihatkan kasih sayangnya seperti ini. Bergantian mereka memeluk serta menciumi Alisha, terakhir Aruna karena sebelumnya ia yang memegangi kue untuk Alisha.
"Tiup lilinnya."
"Tiup lilinnya."
Lagi-lagi semuanya melanjutkan lirik nyanyian tadi. Sekarang air mata Alisha mulai luruh karena teramat terharu dengan situasi saat ini.
"Aku gatau, apakah aku boleh sebahagia ini sekarang, padahal yang aku pikir hari ini merupakan hari tersial aku, karena besok merupakan peringatan hari kematian ibu setelah 2 tahun lamanya." Alisha mulai menangis berkat perkataannya ini, semuanya menatap sedih pada gadis ini.
Hari kematian Adinda itu selisih satu hari dengan hari ulang tahun Alisha, karena inilah ia selalu menyalahkan hari ulang tahunnya sebagai hari pembawa sial. Karena, teramat tak terima akan kepergian Adinda, ibunya.
"Jangan gitu dong, kak."
"Gaada hari sial, ataupun hal di dunia ini yang membawa sial."
"Semuanya sama, semua hari itu akan selalu memiliki momen spesial nya sendiri," sela Annara yang tak terima mendengar perkataan Alisha itu.
"Walaupun gitu, aku tetap merasa ga layak bersenang-senang untuk hari ini." Alisha menunduk mencoba menahan isakannya.
Abrasha datang mendekat dan langsung memeluk putri sulungnya itu, seraya berucap, "jangan buat ibu kamu sedih dengan berbicara seperti itu, ia teramat menyayangi kalian, sampai siap merelakan yang paling berharga di hidupnya sekalipun asalkan kalian bisa berbahagia."
Abrasha langsung memeluk keempat anaknya, berusaha menahan tangisnya karena mendadak teringat sang istri. Ntah mereka yang terbiasa dengan situasi ini, atau memang mereka yang tahan untuk tak menangis. Saat ini hanya Alisha yang menangis, yang lainnya tidak.
Setelah beberapa waktu mereka berpelukan, kini semuanya duduk anteng di ruang keluarga dengan masing-masing mereka telah menyediakan kado untuk Alisha.
Aruna dan Abrasha secara bergantian memberikan kado yang mereka belikan untuk Alisha. Tak langsung di buka atas permintaan keduanya, katanya malu.
"Kak, patungan kan? Tapi, gua ngutang dulu." Arjuna berbisik pada Annara yang berada di sampingnya.
"Ck, beli sendiri lah, kamu selalu gini. Ujung-ujungnya ga pernah diganti." Annara berdecak sebal pada si bungsu.
"Kali ini gua janji bakal gantiin kok. Kalau lo maksa untuk gamau patungan, emangnya kakak mau bikin kak Alisha sedih gara-gara gua?" kali ini ucapan Arjuna berhasil membuat Annara terbujuk, tapi disertai rasa kesal.
"Ihh, oke, oke." menatap jengkel pada adiknya ini.
Arjuna tersenyum menang setelah berhasil bernegosiasi dengan Annara, kini hadiah yang Annara belikan sudah ia kuasai.
"Ini hadiah dari gua ya, kak." Arjuna menyerahkan kado itu pada Alisha, tanpa menyertakan nama Annara.
Satu pukulan pada bahunya berhasil Annara loloskan. Annara menatap jengkel dan langsung melirik pada Alisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Teen FictionProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...