Untungnya sehabis pulang tadi Nataya mau berbaik hati menemani Annara untuk membeli barang yang akan dijadikan hadiah ulang tahun untuk kakaknya besok.
"Aku pikir jika hanya datang, bakalan langsung pulang karena tujuan yang mau aku beli cuma satu, ternyata setelah berada di sini rasanya mau lebih lama lagi di sini," ujar Annara yang menatap bingung pada barang-barang cantik yang terpajang di sekelilingnya.
Nataya tak membalas, ia hanya menanggapi dengan senyuman dan berlanjut sibuk melihat-lihat barang.
"Ra, ukuran kaki kakak kamu berapa?" di tengah-tengah kesibukannya memilih barang, tanpa sengaja Nataya menemukan harta karun yang langsung membuatnya terpikat.
"38 Nat." Annara langsung mendekat pada gadis itu.
"Seukuran kaki aku berarti ya, bentar ya." Ia melihat nomor yang tertera di masing-masing heels itu, dirasa telah menemukan nomor yang pas, ia pasang pada kakinya.
Alis Annara spontan terangkat, "cantik banget di kaki kamu."
"Ahaha di kaki kakak kamu juga cantik pastinya. Gimana? Mau?" Nataya terkekeh pelan, dan hendak memesan heels berwarna hitam yang dihiasi pernak-pernik seperti permata.
"Boleh," Annara langsung menyetujui, setelah mendapati persetujuan gadis itu, Nataya langsung melangkah kearah kasir.
Seketika Annara teringat, dan berlari mengejar Nataya, "sebentar."
Annara mencoba melihat harga yang tertera di heels itu, tapi tak ia temukan nominalnya di sana, dahinya mengerut, diiringi dengan bibir yang komat-kamit.
"Kenapa, Ra?" Nataya bertanya bingung dengan keberadaan Annara yang menahannya saat ini.
"Itu, ini harganya dibawah 300k kan ya? Aku gapunya uang lebih dari itu," dengan ekspresi memelas Annara bertanya.
"Ahhh ini...." hendak menjawab, tapi seketika ia terdiam.
"Seharusnya aku gabawa Annara kesini, di sini kan harga minimumnya kisaran 500k."
"Yaudah lah, udah terlanjur suka juga, gaenak juga kalau harus di taro kembali."
"Iyaa, Ra. Uang kamu?"
Annara langsung mengeluarkan uang seratusan tiga lembar pada Nataya, disertai dengan hembusan nafas kelegaan.
Ditengah perjalanan menuju kasir, ntah kenapa perasaan Nataya serasa dicampur aduk. Ia merasa kesal, kasihan, juga merasakan perasaan bersalah.
"Huhh, aku yang kekanak-kanakan."
"Ck, bagaimana bisa mulut aku sekasar itu bicara tentang Annara, padahal sejauh ini yang bikin aku kesal bukan dia, tapi kenapa marahnya ke dia." seketika gadis itu menunduk malu di depan kasir.
"Semua perhatian yang biasanya aku dapetin semenjak SMP membuat aku merasa kesal tiap kali ngeliat perhatian orang-orang jauh lebih banyak untuknya ketimbang aku."
"Aku cemburu, rasanya ingin mendapatkan perhatian yang biasanya aku dapatkan."
"Aku tetap sama kayak yang dulu, tapi kenapa perhatian orang-orang jauh lebih banyak tertuju padanya."
"Jaendral yang tak sengaja aku sukai di hari pertama kami bertemu juga tertuju padanya. Sekarang yang salah siapa? Perasaan aku? Atau keberuntungan gadis biasa kayak dia?" Membatin gadis ini tiada henti merasakan berbagai perasaan yang membuat dirinya bingung mesti melakukan apa.
Tak lama setelah heels itu dibayar, Nataya langsung menyusul Annara yang disuruh menunggu di luar.
Pandangan pertama yang terlihat dipandangan Annara saat ini, Nataya memegang 2 buah paperbag yang keduanya terbilang cukup besar. Ia pikir gadis itu juga ingin membeli sesuatu sekalian disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Fiksi RemajaProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...