"Jangan sok ganteng, ya?"
"Maksud lo?"
Gadis dengan gaun yang sudah menjulai indah di lantai, serta si pria yang tengah mengenakan jas senada dengan gaun yang yang dikenakan gadis itu tengah menunggu antrian.
Penampilan kontes fashion antar kelas ini dilaksanakan secara 3 sesi, yang akan dimulai dari jurusan Mipa, dilanjutkan IIS, dan ditutup oleh anak Bahasa.
Saat ini baru berlanjut di kelas Mipa 2, yang artinya masih ada begitu banyak waktu untuk menunggu giliran anak Bahaa untuk tampil.
Tampak raut ragu-ragu di wajah gadis yang rambutnya diganti dengan wig longhair , dengan berbagai macam hiasan serta pernak-pernik yang terpasang indah di rambut serta wajahnya. Selayaknya sedang berada di dunia fantasi, keduanya berpakaian selayakna peri.
"Aku takut kelihatan jelek di samping kamu," gumamnya menampilka raut sendu.
"Hahaha baru nyadar?" ledek Mario, bukannya menghibur gadis yang tengah tak percaya diri ini, dirinya malah membuat gadis itu makin hilang tingkat kepercayaan dirinya.
"Dihh, kayak yang paling ganteng aja!!" sentak Annara memukul lengan pria gondrong itu, tak lagi sedih malah merasakan kekesalan.
Tak henti-henti menertawai Annara, pria ini beralih berbicara sembari terkekeh mengusap lengannya, "santai, bukan muka lo kok yang di sorot."
"Ishhh...." kesal gadis itu, memutar mata jengah.
Mereka saat ini berada di belakang panggung, menunggu seluruh anak Mipa tampil bersamaan di atas sana, dan dilanjutkan dengan penampilan anak IIS.
"Kamu gak ikut kontesnya?" bisik Lavanya, yang saat ini duduk di antara bangku penonton bersama kekasihnya Alvin.
Geleng-geleng, Alvin tersenyum simpul, "gamau di teriakin cewek-cewek."
"Lahh kenapa? Kan bagus."
"Nanti kamu kesal." terkekeh pelan, ia langsung balas alasan kenapa dirinya tak mengikuti kontes itu yang sudah dipastikan bahwa pria ini sudah menolak untuk ditunjuk.
Langsung terbungkam, Lavanya mengulum bibirnya menahan rasa gugup, seketika pipinya langsung memerah, memalingkan wajah dari Alvin yang tak mau melepas perhatin pada dirinya.
"Kenapa?" tanya pria yang dibaluti kaos oblong senada dengan kaos yang digunakan Lavanya.
"Nggak!" elak gadis itu cepat, tetap menoleh ke depan tanpa sekalipun mau membalas tatapan Alvin.
Hanya kembali terkekeh menampilkan gigi taringnya yang sering kali dapat menarik minat orang-orang. Tak lagi mau meledek kekasihnya secara tak langsung, karena hawa kecanggungan dari gadis itu sudah mulai kenal ia rasakan.
Kembali bersikap biasa seperti yang lalu-lalu agar gadis ini kembali mengeluarkan suara yang terlewat banyak. Dulu dirinya seringkali kesal terhadap Lavanya yang banyak omong dan memiliki suara lantang ini. Mendadak setelah mereka berhubungan begini, dirinya malah menjadi suka akan keberisikan yang di hasilkan gadisnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Ficção AdolescenteProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...