"Lo yakin bakal diizinin keluar sama satpam?"
"Gak yakin sih, tapi harus di coba dulu."
Tampak tiga orang gadis yang berdiri di balik tembok, dengan arah pandangan ke arah pagar yang terdapat dua orang satpam yang tengah sibuk menyeruput kopi sembari menjalankan bidak catur.
"Lo juga yakin untuk ngikut, Ri?" tambahnya ke gadis lainnya.
"Hm, Jagad luka itu gara-gara aku, gabaik kalau aku bertingkah seolah gapeduli," jawab Annara yakin dengan pertanyaan yang diajukan Lavanya.
"Nahh, ni anak ada alasan untuk ngejenguk Jagad, lo punya alasan apa?" cecar Lavanya, menatap curiga pada Nindy yang tak sekalipun melepas perhatian dari kedua satpam itu.
"Dia ketua gua," jawabnya anteng, sedikitpun alasannya itu tak memberikan jawaban yang dapat diterima akal sehat Lavanya.
"Halah alasan, suka bilang," sungut Lavanya berhasil mendapatkan pukulan pada lengannya.
Setelah melancarkan pukulannya pada Lavanya, kaki Nindy langsung melangkah mendekat ke arah dua satpam yang berada di posko samping pagar. Langsung diikuti Annara dari belakang dan Lavanya yang tak mau ditinggal sendirian.
"Apaan? Gak, gaboleh!!" tolak satpam itu mentah-mentah.
Padahal, baik Annara ataupun Lavanya belum sampai ke langkah yang kelima untuk mendekat ke arah posko itu, tapi penolakan lantang sudah menyeruak masuk ke dalam gendang telinga keduanya.
Tak menunggu Nindy mendekat, keduanya yang takut jadi sasaran kemarahan selanjutnya langsung terbirit-birit kembali ke balik tembok tadi, menunggu kedatangan Nindy dengan raut masamnya.
"Gimana?" tanya Lavanya berbasa-basi.
"Menurut lo?" sungut Nindy melampiaskan kekesalan.
Beberapa menit ketiganya hanya sibuk melamun sembari memutar otak, memikirkan dengan cara apa agar mereka dapat keluar malam ini. Melirik pada arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, Annara komat-kamit menyebutkan angka 10.
Tak lama, pandangannya langsung naik, tak sengaja jatuh ke arah jemuran bermotif bunga-bunga yang mengepak-ngepak selayaknya mbak kunti yang tengah terbang.
"Allahuakbar!!" lonjaknya kelewat kaget.
"Kenapa sih?" tanya Nindy ikut kaget gara-gara gadis ini.
Tak menyempatkan untuk menjawab pertanyaan Nindy, senyum merekah gadis ini tampilkan kepada dua temannya yang sudah menatap heran padanya.
"Kenapa? Lo dapat ide?" tanya Lavanya, ikut penasaran.
Menunjuk ke arah jemuran tadi, keduanya serentak menoleh. Hanya Lavanya yang kaget, Nindy tak sedikitpun. Apakah karena imannya yang kelewat kuat? atau memang orangnya yang tak kagetan. Lavanya yang salah paham langsung menimpuk temannya itu, ia pikir Annara mencoba untuk menjahili mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Teen FictionProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...