Rasanya hari ini teramat malas untuk bersekolah. Mengingat tak ada pelajaran, tugas ataupun hal yang dapat memengaruhi nilai mereka. Tapi, mengingat akan lebih membosankan jika hanya berdiam diri dirumah, maka lebih baik bersekolah saja. Hitung-hitung untuk mencari informasi terbaru terkait acara yayasan bulan depan.
"Woiii!!"
"Apatuh, apatuh?"
"Woahhh."
"Mantap nihh."
Berbondong-bondong para siswa-siswi untuk dapat melihat informasi terbaru yang tertempel di mading. Sepertinya, ini informasi yang cukup menggemparkan, makanya orang-orang ini dibuat cukup terkagum dan kegirangan.
"Good morning gaiisss!!" Gina yang baru datang berteriak nyaring menyapa seisi kelas.
Seisi kelas hanya melirik sinis pada Gina yang cengar-cengir di depan pintu.
"Ada info terbaru nihh."
"3 hari lagi anak Rabroeta akan gabung bareng kita. Gajadi 2 minggu lagi, uhuyy."
"Cogan, i'm coming!!"
Seolah bangga dengan informasi yang ia dapat, Gina berekspresi angkuh dengan dagu yang sedikit terangkat, serta tangannya yang berpangku di dada.
"Udahh tahu!!" Shelin yang saat ini sibuk memasang make up pada Natasya berujar sinis pada gadis yang masih berdiri di ambang pintu itu.
"Hmm, informasi lo udah basi sedari 15 menit yang lalu." Jordi berjalan kearah Gina, menepuk pelan bahu gadis itu, dan langsung melongos pergi keluar.
"Lahh, lo pada tahu dari mana? Orang informasi nya baru dipasang 5 menit yang lalu." tak terima, Gina menuntut penjelasan.
"Lo lupa kita sekelas sama siapa?" Nila yang menyender pada dinding, disertai HP yang tergenggam di tangannya bertanya tanpa melirik pada yang ditanya.
Tanpa berlama-lama Daiva langsung mengangkat tangan, dan tersenyum sumringah pada Gina yang sudah manyun di bangku nya.
"Oiya, acara yayasan ini kan bakal diikuti semua siswa ya, dari kelas 10 sampai 12. Apa muat sekolahan kita menampung siswa sebegitu banyaknya?" Ajeng bertanya pada Daiva yang sibuk memasang cat warna pada kuku gadis beralis tebal itu.
"Setahu gua, gedung sebelah yang bakalan nampung mereka. Dengan perkelasnya diisi lebih dari 35 siswa mungkin. Gedung kemarin kan lebih besaran dikit dari gedung kita." Daiva tanpa menoleh pada gadis itu berusaha menjelaskan, dengan sesekali meniup cat warna itu, agar lebih cepat kering.
Ajeng hanya mengangguk paham dengan penjelasan singkat Daiva. Lalu pandangannya beralih pada Gladys yang sibuk mendandani gadis-gadis kelasnya bersama Shelin.
"Mau?" melihat Nindy yang duduk di sampingnya, Annara menawari permen pada gadis itu. Tak menolak, Nindy mengambil beberapa dan langsung memakannya.
"Kamu suka permen?" Nindy bertanya pada Annara yang beberapa hari ini diperhatikan sibuk memakan permen.
"Ga terlalu," Annara menjawab singkat, disertai senyum tipis.
"Trus?" Nindy menunjuk pada 2 bungkus permen yang kemungkinan isinya lebih dari 30 butir per bungkusnya.
"Ayah aku bilang dulu aku suka permen ini, makanya selalu di beliin. Kalau aku bilang ga suka takutnya sedih, makanya selalu bawa kesekolah biar ada yang habisin," Annara menjelaskan dengan sesekali terkekeh kecil.
"NARA!!!"
"WOYYY!! NARA!!"
Dika berlari masuk dengan berteriak memanggil Annara. Langsung berjalan ke arah belakang dengan kedua telapak tangan dibuat seolah menampung do'a.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Genç KurguProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...