49. AWAL DARI PENERORAN

6 6 0
                                    

"Mau tahu siapa yang bertanggung jawab penuh akan semua ini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau tahu siapa yang bertanggung jawab penuh akan semua ini?"

"Saya ke kediaman kakek sekarang."


"Saya tak menerima tamu jam segini."

"Siapa peduli?"


Tak menyempatkan mendengar omelan Rajendra, pria jangkung yang masih berada di atas motor itu hendak kembali mengantongi handphonenya. Terhalangi berkat sambungan dari panggilan lain masuk membuat dirinya terpaksa untuk kembali berbicara menggunakan benda pipih itu.

"Hallo?"


"Tak pulang?"

"Hm, saya akan ke kediaman kakek."


"Jangan, saya menunggumu."

"Kenapa?"


"Ada yang perlu saya bicarakan."

Melepas napas berat, terpaksa Jaendral ikuti maunya Reswara, tak ada cara untuk mengelak ataupun menolaknya, sekeras kepala apapun dirinya, dan se-tak sukanya dirinya di tolak, Reswara jauh lebih darinya.

Malas mengabari Rajendra, Jaendral hanya langsung bergegas berlanjut ke arah jalan rumahnya. Tak jauh, karena dari awal niatnya memang akan pulang, jadi arah jalannya saat ini tetap pada jalur yang sama.

Melangkah santai memasuki ruang tamu, dengan kunci motor yang sudah bergelantungan di jari-jari tangannya yang tengah memutar-mutar benda itu, merotasikan segala pandangan mencari sosok yang menyuruhnya untuk pulang tadi.

Tak ia temukan, sekarang pria ini bergegas melangkah ke arah ruang keluarga dengan kedua tangan yang berada di kedua sisi kantong celananya. Ia dapati raut kegelisahan di wajah pria yang matanya tertutup rapat itu, sesekali alisnya bertaut dan menurun seolah bayangan buruk tengah terputar di balik kelopak matanya itu.

"Pa...." sahut Jaendral berdiri kokoh di depan papanya itu.

Tampak gerakan telinga Reswara yang peka akan suara itu, matanya terbuka secara perlahan, arah pandangan yang awalnya jatuh langsung naik menatapi putra tingginya itu.

Menatap dalam pada Jaendral, mendekat, sesekali melepas napas lelah. Jaendral ikut serta menatap dalam netra papanya itu, ia dapati tatapan kesal atau sedih?

Detik berikutnya, rasa pengar juga kebas mendadak menguasai pipi Jaendral, tanpa alasan atau memang alasannya tak Jaendral ketahui, tiba-tiba saja Reswara menamparnya dengan sangat kuat.

"Sebenarnya mau mu ini apa?" kelewat kesal tampaknya Reswara ini, terlihat dari napasnya yang sesekali tersenggal saat mengomeli putranya itu.

"Apa hanya bisa merepotkan, juga berbuat onar?!" mulai membentak, bulatan yang awalnya berwarna putih itu langsung beralih menjadi merah pekat menatap sengit pada Jaendral.

MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang